Minggu, 06 Maret 2016

Cerita Sex: Kegelapan Malam Saat Camping Hot Terbaru 2016 | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Cerita Sex: Kegelapan Malam Saat Camping Hot Terbaru 2016.



Cerita Sex | Pada waktu kemping di pegunungan dieng tahun 1998, ada  2 kemah untuk tidur kami berdua. Kemah satu untuk cowok yang berjumlah 4 orang dan lainnya untuk cewek yang berjumlah 4 orang. Pada suatu malam, kemah tempat cewek kebanjiran karena hujan yang besar tidak bisa tertampung di saluran yang mengelilingi kemah itu. Tentu saja mereka kalang kabut ditengah tidur lelap kami. Tentu saja kami jadi ikut terbangun dengan kegaduhan suara cewek-cewek itu.

Yang dituju pertama untuk melindungi diri dari hujan deras tentu kemah kami para cowok. Kami sepakat untuk malam ini kami tidur masal. Walaupun cukup sempit tetapi masih cukuplah kami tidur berhimpit-himpitan. Setelah diatur, maka muatlah ketujuh orang itu dengan posisi tidur, dengan catatan tidak boleh bergerak yang memang tidak bisa bergerak karena sempitnya. Vita, memilih tidur di dekatku, karena ia kebagian di tempat paling pinggir terkena kain kemah yang menggantung dan basah. Sementara aku sendiri berada di pinggir juga.

Ia membisikkan sesuatu kepadaku,

“Jangan macem-macem..” Tetapi hal ini justru kutafsirkan suatu tantangan untuk memulai suatu gerilya.

Setelah lentera padam, yang ada hanya kegelapan. Teman-teman yang lain tampaknya sudah tertidur. Vita memiringkan badannya sehingga menghadapku, sedangkan kakinya menindih pahaku. Nafas ringannya terasa di pundakku. Mataku terus melotot di dalam kegelapan, lalu timbul niat isengku. Pelan-pelan tangan kiriku kuangkat dan kutindihkan pada pinggulnya, sedangkan siku kuletakkan sedemikian rupa sehingga hampir menyentuh payudaranya.

Sehingga apabila Vita bergerak sedikit saja payudaranya akan tersenggol oleh lenganku. Aku menanti dengan hati berdebar-debar. Sementara tidur Vita nampaknya makin pulas. Aku menjadi kurang sabar, kugeser sedikit sikuku agar menyentuh payudaranya. Oh, rupanya payudaranya dilindungi oleh kedua tangannya. Usahaku sia-sia. Aku putar otak mencari posisi yang menguntungkan.
Selagi aku hampir kehabisan akal mencari strategi, tiba-tiba Vita bergerak, mengambil lenganku dan menariknya ke dalam pelukannya. Dalam keadaan yang gelap gulita aku memang merasa menyenggol benda yang halus. Tapi aku tidak tahu benar bagian tubuh mana itu, perut apa dada. Walaupun demikian cukuplah untuk pemanasan, pikirku.

Senjataku yang sejak siang tadi mengkerut kedinginan mulai bangun. Sebelum besar benar, kubetulkan posisi kemaluanku agar bisa mengembang dengan sempurna tanpa ada bulu yang tertarik oleh tegangnya kemaluanku. Gerakanku agaknya membuat Vita semakin mendekapkan tanganku ke dalam pelukannya, entah secara refleks atau apa aku tak tahu. Sebelah kaki yang menindihku dinaikkan lebih ke atas sehingga nyaris menimpa kemaluanku.

Lenganku masih dalam pelukannya. Tapi jari-jariku masih bebas, aku berusaha meraih apa saja yang ada di dekatnya, tetapi sia-sia. Gerakan-gerakan kecil kemaluanku pasti terasa juga oleh Vita, seandainya ia tidak tidur. Kembali Vita lebih memeluk tanganku dan ditekankannya ke dadaku. Kini aku merasakan lembut dan hangatnya bukit kembar Vita yang terbungkus jaket tebalnya. Dalam gerakan itu kuberanikan diri memegang pangkal pahanya. Vita hanya menggeliat dan menaikkan kakinya sehingga menindih kemaluanku.

Aduh, enak sekali. Burungku semakin menggeliat dan bergerak-gerak. Oleh gerakan-gerakan itu diangkatnya kaki Vita, kemudian diletakkan lagi pada tempat yang sama. Nah, di sinilah aku baru merasa bahwa Vita masih belum tidur dan semua gerakannya masih dilakukan dalam keadaan sadar.
Sebelah tanganku yang didekap kugeser-geser mencari sasaran, yang kutuju adalah kemaluannya. Namun sebelum sampai pada sasaran dicubitnya dengan pelan. Aku dan Vita tidak berani saling bersuara. Cubitan halus ini tidak menyurutkan niatku, dengan agak memaksakan diri akhirnya sampailah telapak tanganku bersandar di selangkangannya. Setiba di daerah itu tanganku justru dijepit oleh kedua kakinya. Kemaluannya yang empuk kurasakan meskipun masih tertutup Jeans. Namun oleh jepitan kakinya yang kencang aku tidak bisa berbuat banyak.

Namum sebelah tanganku masih bebas leluasa, dengan gerakan yang super hati-hati takut Vita kaget dan membangunkan teman di sebelahnya. Tanganku mulai menerobos double cover-nya. Vita merenggangkan kedua tangannya yang membentuk double cover itu. Dan mendaratlah tanganku di atas payudaranya. Kuelus-elus dan kuremas-remas, membuatnya keenakan.

Setelah beberapa lama aku mengarahkan tanganku untuk mengelus perutnya yang mudah disingkapkan. Pelan-pelan kuselipkan ke bagian dadanya. Akhirnya sampai juga ke arah BH-nya. BH yang terbuat dari nilon halus itu memang lebih nikmat rasanya untuk diremas-remas. Tetapi dasar pikiran yang sudah kotor, maka kucari pengait BH yang ada di punggungnya. Aku agak kesulitan membuka pengait itu. Vita dengan gerakan yang pelan membantunya. Dan, lepaslah pengait itu, membuat buah dadanya sangat mudah untuk disentuh secara langsung kulitnya. Ada rasa hangat, ada rasa lembut, ada rasa nikmat dan ada getaran aneh yang menjadikan kemaluanku, yang tanpa kuduga sudah ada di genggaman Vita, semakin besar.

Aku remas-remas kekenyalan payudaranya, kupencet-pencet putingnya menjadikan nafas Vita semakin memburu. Akhirnya untuk lebih memberikan ruang gerakku, dia mengambil posisi terlentang. Kini tanganku dengan bebas mempermainkan payudaranya yang sudah tidak terlindungi lagi oleh jaketnya, tetapi masih dalam selimut tebalnya. Sekali-kali ada kilat, dan kulihat wajah Vita yang polos kelihatan setengah merem menikmati permainan itu.

Kepalaku menerobos masuk ke dalam selimutnya. Kuciumi kulit payudaranya yang mulus, tidak ketinggalan putingnya yang kecil itu. Membuat nafasnya makin naik turun saja. Sementara tanganku menggosok-gosok kemaluannya. Dia setuju saja, hal ini terbukti dengan lebih mengangkangkan kedua kakinya. Setelah kubuka reitsleting, kupelorotkan ke bawah sekalian dengan celana dalamnya. Dengan demikian kemaluannya yang ditumbuhi rambut tipisnya sudah basah oleh lendir karena kuusap-usap dengan halus.

Begitu kumasukkan sebuah jari tengahku ke dalam liang vaginanya, terasa sempit, dan berdenyut-denyut. Wah, aku sudah tidak tahan lagi. Apalagi tangan Vita sudah menerobos masuk ke dalam celana training-ku yang longgar. Mengocok-ngocok dengan halus. Aku agak kesulitan melepas celana jeans dan celana dalamnya, namun Vita membantunya diangkatnya pinggulnya tinggi-tinggi sambil memelorotkan celananya. Sementara teman-teman lain tertidur, kutindih dia, kuarahkan kemaluanku ke arah kemaluannya. Kupelorotkan celanaku sampai ke lutut. Aku mengambil posisi di atasnya, sambil kubetulkan selimut di punggungku.

Ia bimbing kemaluanku ke arah lubang yang benar lalu,

“Bless…” batang kenikmatanku menerobos masuk dalam kehormatannya yang sangat disembunyikan itu.

Kupompa beberapa kali kemaluanku ke dalam kemaluannya yang sempit, terasa dinding vaginanya bergetar menjadikan kemaluanku makin nikmat, kupercepat gerakanku, sampai akhirnya sampailah perasaan yang sulit dirasakan, tubuhku menegang perasaan nikmat, setengah ngilu berada di ujung kemaluanku dan menjalar ke pinggul lalu ke seluruh tubuh.

Sepersekian detik menjelang keluar spermaku, sekilas kuingat sesuatu, dan kucabut penisku dari rahimnya. Sehingga muncratlah spermaku ke atas perutnya, kugesek-gesekkan ke perutnya yang mulus. Ada beberapa kali semprotan sebelum habis sama sekali. Sejenak kunikmati perasaan yang sangat indah ini, sampai kudengar suara batuk di tengah kegelapan. Aku agak terkejut dan segera kembali pura-pura tidur di sebelah Vita dengan manisnya. Kudengar Vita tertawa namun ditahan. Ia pegang kemaluanku yang sudah mulai lemas dan mencium pipiku. Lalu memungut pakaiannya dan memakainya lagi.

Paginya sesuai rencana kami bersiap-siap untuk pulang, Vita bersikap seperti biasa terhadapku. Seperti tidak ada apa-apa semalam. Aku juga demikian.

Sejak kejadian itu, aku dan Vita sangat erat, saling curhat. Kadang-kadang melakukan hubungan suami isteri. Namun demikian kami belum memproklamirkannya sebagai pacar. Kadang hubungan dilakukan di rumahku ketika sedang sepi, atau di tempat kost-nya. Karena kami kebetulan sibuk dalam dalam kepengurusan organisasi mahasiswa di suatu tempat, maka sangat lazim untuk bersama-sama setiap saat. Aku masih belum menganggapnya sebagai pacar karena type orangnya yang egois dan kasar. Sedangkan dalam pengamatanku, agaknya ia suka yang culun dan penurut. Hubungan kami hanya organisasi dan seks.

Mengenai kegemaran Vita dibidang seks, ia sangat agresif kadang-kadang meskipun aku sudah keluar, seandainya ia belum mencapai orgasme maka ia dengan sangat agresif melakukan segala sesuatu. Untuk membuat barangku berdiri lagi.

Dalam melakukan hubungan intim, kami sudah sangat bervariasi, dari mulai blow job sebagai pemanasan, dogy style, 69 dan lain-lain. Pokoknya semuanya dicoba. Segala lubang sudah kumasuki termasuk lubang duburnya.

Agak susah juga merayu untuk ditembak bagian belakang. Dengan alasan ia belum orgasme. Pada suatu ketika aku sangat menggebu-gebu dan bernafsu, sudah tiga kali ia klimaks besar (orgasme yang panjang), sampai tubuhnya lemas. Dan barangnya sudah tidak bisa mencengkeram lagi. Aku sampai kehabisan gaya, akhirnya ketika ia tengkurap mula-mula kutembak kemaluannya dari belakang. Tetap saja belum keluar, sedangkan ia sudah kecapaian. Akhirnya kugosok-gosokkan diantara lipatan bokongnya, agak enak juga.

Setelah kering kugosok-gosokkan, kumasukkan lagi ke dalam vaginanya yang basah sebagai pelumas. Begitu kutempelkan pada lipatan bokongnya itu tampak ada denyutan tepat di ujung kemaluanku. Pelan-pelan kusodok sedikit, ternyata masuk walaupun sempit sekali. Ia mau bangkit dan menolak, tetapi kutekan terus akhirnya karena ia mungkin sedang kecapaian apa mungkin merasakan nikmat. Akhirnya ia diam saja. Mulanya hanya kepala saja yang bisa masuk, tetapi karena panasnya daerah itu dan remasannya yang sangat kuat tidak ada dua menit aku pun keluar.
Lama-lama ia agak terbiasa dengan tembakan belakang melalui anus, dengan syarat ia sudah terpuaskan dulu. Namun sampai sekarang ia tetap tidak suka dengan permainan itu. Ketika membicarakan seks secara serius ia selalu menghindar ketika menyinggung soal lubang anusnya.Jujur saja, hubungan aneh ini berlangsung sampai kini.

Ia bekerja dan sudah punya pacar, tetapi ia mengakui berlagak alim dengan pacarnya karena pacarnya sangat sopan. Lucunya kalau ia terangsang dengan pacarnya dia bisa tahan, karena berlagak alim tersebut. Tetapi begitu pacarnya pulang ia segara menelepon aku. Aku sendiri sudah punya pacar, aku masih berusaha merayunya untuk bisa disetubuhi. Biar aku telah meyakinkan bahwa akan aku keluarkan di luar. Begitulah kisah nyataku bersama Vita. – Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Hot Terbaru 2016

Cerita Sex: Hari Yang Menyenangkan Hot Terbaru 2016 | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Cerita Sex: Hari Yang Menyenangkan Hot Terbaru 2016.



Cuaca yang panas membuat tubuh ini ingin mandi setelah seharian mengajar home school di rumah Sasha. Badan kembali segar setelah aku mandi dan selanjutnya bergegas untuk menikmati sore itu dengan membaca majalah yang aku beli siang tadi. Ketika sedang asyiknya membaca majalah, tiba-tiba telpon aku berbunyi, tulalit…tulalit… aku angkat telpon,

“ Hello selamat sore Yudha ? “
“Hello Foni, kamu lagi dimana ? udah di rumah ? “
“ Iya Yudha, aku sudah di rumah, baru selesai mandi, ada apa ? “
“ Aku mau ajak kamu makan malam sama Shasa, apa kamu bisa ? “
“ Baik Yudha aku siap-siap dulu kalau begitu “
“ Oke aku jemput 30 menit lagi “
30 menit kemudian bel rumah berbunyi tiiinng..tooong
Aku buka pintu rumah dan Shasa sudah di depan pintu menunggu aku
“Eh Shasa mana papa kamu ?”
“Papa sudah nunggu di mobil Miss Foni, kita berangkat sekarang “
“Oke Shasa, Miss Foni tutup pintu dulu “
Selanjutnya aku tutup pintu rumah dan bergegas ke mobil untuk jalan ke sebuah tempat makan di tengah kota.

Sekitar 2 jam kita makan dan bercerita tentang banyak hal di tempat makan, serasa makin hari hubungan aku dengan keluarga itu makin erat. Hinga akhirnya jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Dalam perjalanan pulang Shasa menanyakan sesuatu kepada papanya.

“ Pa, boleh gak Miss Foni tinggal di rumah kita ?”
“Hei, napa gitu Shasa? Ya jangan dong masa Miss Foni tinggal di rumah Shasa? “ jawabku
“Iya kalau miss Foni ga mau, ya sudah aku ga mau diajar lagi sama miss Foni” Shasa terlihat kecewa
Namun Yudha kemudian member pengertian kepada Shasa,
“ Mungkin miss Foni malam ini boleh tidur rumah dulu deh “
“ Asyikkk, aku ada yang menemani “ Shasa gembira mendengar jawaban papanya.
“Baiklah kalau kalian minta “ jawab aku sambil mencium dahi Shasa.

Akhirnya malam itu aku menginap di rumah Yudha untuk menemani Shasa.

Sesampai di rumah, kami membersihkan diri dulu sebelum tidur dan Shasa mulai manja ajak tidur aku dengan memintaku bercerita sebelum tidur. Malam itu Shasa gembira sekali mendengarkan cerita aku dan hingga sejam kemudian dia terlelap tidur.

Setelah Shasa tertidur pulas aku beranjak pindah ke kamar aku yang sudah disediakan oleh keluarga Yudha. Rasanya badan mulai terasa letih dan ingin segera tidur di ranjang karena seharian tadi mengajar Shasa di rumah ini.

Aku membuka pintu kamar dan menyalakan lampu yang ada di kamar tersebut, di dalam kamar ternyata Yudha sudah menunggu aku.
“ Malam Fon, sengaja aku menungu kamu di sini “
“ hai Yudha, lama nuggu ? “
“ Lumayan sih sejam ”
“Nunggu Shasa tidur “

Lalu kita saling berpelukan dan saling memandang satu sama lain, merasakan kerinduan yang tak terkatakan di antara kita berdua. Tanpa banyak kata kita saling melumat di kamar itu, rasa rindu yang lama terpendam tersebut membuat panasnya suasana malam itu. Satu persatu baju kami lepaskan dan mulai saling merangsang satu sama lain. Yudha rebahin aku di ranjang dan mulai lidahnya memainkan putingku. Jari-jarinya memainkan klitoris aku dan membuat aku makin menggelinjang teratur. Aku melenguh merasakan rangsangan bertubi-tubi dari Yudha.

“Oooh Yudha….

Yudha tak pedulikan aku yang makin terangsang hebat karena lumatan dan jari-jarinya yang merangsang tubuh aku. Lalu dia lebarin paha aku dan mulai menjilat vagina aku dengan lidahnya yang makin liar. Terasa basah lubang kewanitaanku dan dia makin semangat melumatnya seperti melumat bibir. Denyutan kecil mulai terasa dan aku merasakan lender yang makin banyak.
“Uhhhhh…Yudha

Sambil mengecup dan melumat lubang vagina, tangan Yudha memainkan putting aku dan aku makin menggelinjang dibuatnya. Semakin basah rasanya lubang vagina aku karena ulah Yudha dan terasa akan klimaks, namun Yudha menghentikan lumatan di vagina aku dan membiarkan vagina aku berkedut-kedut menggelinjang hingga sedikit lender keluar dari lubang kewanitaanku. Terasa melayang dibuatnya hingga klimaks.

Lalu Yudha bangkit dan menyodorkan batang penisnya ke mulut aku dan memintaku untuk mengulumnya. Batangnya yang keras menyodok mulut aku hingga aku tidak biisa bernafas. Kepala aku dipegangnya dan dia sodok dan tahan di mulut. Kerongkongan aku terasa tersedak kena batang Yudha yang menyodok semakin dalam.

Setelah foreplay yang makin panas, selanjutnya Yudha menarik batangnya dari mulut aku dan memainkan di bibir aku. Selang bebrapa saat dia lebarin paha aku dan mulai memasukkan batangnya ke dalam vagina aku. Dia gosok-gosokan batang penisnya di luar lubang vaginaku yang basah dan licin. Rasanya aku dibuat penasaran karena ulahnya itu, namun Yudha tahu kalau aku meintanya segera memasukkannya.

Pelan-pelan kepala penisnya menyusup ke dalam vagina aku dan mulai dia pompa dengan menindih aku. Semakin ke dalam dan menahannya sejenak sambil melumat bibir aku. Hujaman dari batang Yudha makin cepat sehanga aku mulai merasakan akan klimaks.

“OOOhhhh…aaaarrghhhhhhh

Tiba-tiba otot di vaginaku mulai mengejang dan aku klimaks namun Yudha tidak menghentikan hujamannya walaupun aku jepit dengan otot-otot vagina aku.

“oooohhhhh…uuuuhhhh “

Makin lama makin cepat dan terasa denyut batangnya menandakan akan keluar. HIngga pada akhirnya sperma Yudha menyembur ke dalam vagina aku dengan deras.

Terasa hangat semburannya di dalam liang vagina aku, sambil Yudha tetap menghujamnya sehingga menghasilkan bunyi kecipak di lubang vagina aku.

“ck..ck..ck.. “

Lalu yudha mencabutnya dan aku terkulai lemas di sampingnya setelah mendaki puncak kenikmatan. Sambil istirahat sejenak kita saling berciuman dan saling merangsang satu sama lain. Yudha rebahan di ranjang dan aku melihat batangnya masih cukup keras untuk dipergunakan kembali.
“ OOhhhhh Fonny lagiii “

Yudha suka akan permainanku itu dan aku gantian menindih Yudha dan sekarang posisi aku di atasnya, sehingga permainan aku kendalikan. Aku menggelinjang di atas tubuh Yudha saat kami bersetubuh kembali. Aku jepit tahan batangnya sehinga Yudha melenguh keenakan merasakan jepitan lubang vagina aku.

‘Oooooooooooooooooooohhhhhhhh……………..

Sambil memutar pinggul lalu menahan batangnya yang keras kembali aku jepit dan memerasnya di dalam agar segera klimaks kembali. Batang Yudha mengeras kembali hingga tak kuasa aku merasakan nikmat yang tiada tara. Gesekan antara kulit batangnya dan lubang vagina menyebabkan kenikmatan tersendiri. Hingga pada akhirnya kita mulai merasakan ada denyut otot penis dan vagina saling berkontraksi. Sejenak aku merasakan sensai denyutan tersebut dan akhirnya masing-masing dari kita klimaks.

“Oooooooooooohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh……….

Sambil pelukan kita merasakan denyutan di dalam vagina hingga denyutan itu makin berkurang dan kembali seperti sedia kala. – Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, NgentotHot Terbaru 2016

Cerita Sex: Tante Win Janda Kesepian Hot Terbaru 2016 | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Cerita Sex: Tante Win Janda Kesepian Hot Terbaru 2016 – Kebiasaanku tidur ngelantur belum bisa dibuang. Sejak aku SMA aku sulit sekali dibangunkan pagi- pagi, apalagi sekolahku selama kelas 1 dan kelas 2 selalu siang hari. Ini pula yang menjadi kebiasaanku sewaktu mulai kuliah. Waktu aku menginjak kota Bandung pertama kali, udara dingin kota itu benar-benar membuatku masih terbuai mimpi meski sudah terang.



Cerita Sex | Aku kuliah di salah satu PTS yang hampir semua kegiatannya di waktu sore hari, sehingga bagiku hidup dengan tertidur lelap di pagi hari cerah merupakan kebiasaan. Kawan-kawan satu kost-ku biasanya sudah sunyi waktu aku bangun untuk sarapan dan mandi, tapi kebiasaanku adalah sarapan sambil nonton TV, baru mandi.

Tante kost-ku termasuk yang baik, tak jarang untukku sengaja disiapkannya secangkir kopi atau kue untuk sarapan, atau semangkuk mie rebus hangat. Aku disayangnya, karena bila pagi hari rumah kost itu kosong dan akulah yang menemaninya mengurus segala sesuatu, menyapu, masak, atau apa saja. Walau aku suka tidur ngelantur, tapi aku termasuk anak yang rajin kerja di rumah.

Tante ini usianya masih muda, tetapi sudah janda. Ia memeiliki 1 orang anak dan sudah bekerja di Sumatera. Praktis, ia hanya seorang diri di rumah. Namun kecantikannya tetap ia pelihara, sehingga di usianya yang mendekati kepala lima ia masih tetap cantik dan kencang.

Suatu hari aku nonton film bokep pinjaman dari kawanku. Di rumah rupanya seperti biasa hanya aku saja lagi yang merupakan penghuninya. Aku ke kamar kecil sebentar, lalu memutar film itu di VCD komputerku. Karena asyiknya, melihat adegan yang panas aku tidak tahan, aku melucuti satu-satu pakaianku, tinggal CD-ku saja yang bertahan, itupun cuma sebentar, lalu kupelorotkan hingga ke paha.

Aku merasa penisku menghentak-hentak minta dikeluarkan. Aku nonton dengan mata setengah membuka, sambil berbaring kuelus-elus penisku yang makin tegak. Gerakan tanganku sudah menjadi cepat, ah.. aku nggak tahan lagi, lalu aku kocok terus dan terus, kugigit selimut untuk menahan jeritan nikmat yang benar-benar menyelimuti pagi yang indah itu.

Sesaat kemudian nafasku mendengus sambil menyemprotkan mani ke dadaku.
“Ah.. hmm.. ah..” aku merasa tubuhku ringan, lalu aku merasa ngantuk dan terlelap.
Tiba-tiba aku merasa pahaku dielus orang. Aku tersentak kaget. Ah, ternyata tante sudah ada di dalam kamarku. Ia menggunakan gaun putih yang tipis dan longgar. Kuhirup bau segar parfumnya yang menawan. Aku buru-buru bangkit menarik CD yang kupelorotkan, air maniku meleleh ke sprei, nggak kupedulikan. Tante kemudian menatap mataku, tampak bergelora api nafsu yang menggelegak di balik pandangannya itu.

Tangannya meraih tanganku,

“Raf, Tante minta maaf masuk kamarmu tanpa mengetuk, abis tadi Tante lihat pintu kamarmu nggak dikunci. Tante bawa sarapan, tapi, Tante lihat kamu lelap kayak gitu,” katanya sambil mengelus pahaku kembali.

Aku salah tingkah. Matanya melirik VCD-ku yang ternyata masih memainkan film “laga” itu. Adegan demi adegan diawasinya, sambil tangannya meremas bahuku. Dielusnya tanganku sambil menarikku duduk di kasur. Kurasakan getaran halus lewat jari-jarinya, menahan gelora nafsunya yang membahana. Aku mulai aktif dan terbakar suasana. Kupeluk ia dari belakang, lalu kuhembuskan nafasku ke tengkuknya. Ia menggeliat dan menjadi lebih beringas. Tubuhnya berbalik. Dibalasnya hembusan nafasku dengan ciuman lembut.

Kedua tangannya dengan liar menelusuri pinggulku, perutku, lalu puting susu di dadaku.
“Raf, beri Tante.. Tante mau..” katanya penuh harap.

Ia kemudian menarik CD-ku sampai tuntas, lalu dengan lembut mengelus rambut kemaluanku, penisku yang masih terkulai lemas diremasnya dengan lembut pula. Aku menggelinjang kegelian, tapi tangan tante lebih dahulu menekan tanganku, seakan isyarat agar aku menurut. Aku memejamkan mata. Nafasku bergemuruh, kemudian tubuh kami terhempas di kasur.

Tante kemudian mengulum zakarku, sambil sesekali mencium penisku. Aku hanya dapat menahan nafas, sambil mengerang penuh nikmat. Kemudian lidahnya dengan liar menjilat penisku yang sudah tegak, sambil sesekali mengulum dan menyedotnya penuh gairah. Aku benar-benar sudah siap laga, ketika ia kemudian merebahkan tubuhnya di sampingku. Aku maklum. Kubuka gaunnya yang longgar, kemudian BH dan CD-nya.

Tante dan aku sudah sama-sama bugil. Aku mengambil posisi di atas, untuk memulainya. Pelan kupeluk badannya, lalu kubelai rambutnya yang mulai beruban itu. Kucium leher dan kupingnya, ia menggelinjang kegelian. Nampak, bulu lengannya merebak menahan rasa itu, tapi mulutnya hanya mengerang. Lalu, bagian leher bawahnya kujilat lembut, sambil sesekali jenggotku yang habis dicukur kemarin kugesekkan.

Badan tante kemudian menggeliat lebih liar, sambil mendesahkan kata-kata yang tidak jelas. Aksiku kulanjutkan dengan memainkan puting susunya yang menegang, sambil kujilat dan kuhisap perlahan.
“Ayo Raf, ayo!” katanya.

Aku tidak peduli. Aku telusuri terus semua titik nyerinya. Sampai kemudian wajahku berada di selangkangannya yang mulai berpeluh. Kubelai pubisnya dengan lidahku. Kubuka labia minora- nya dengan lembut, kemudian tanganku membelai perlahan labia minora-nya yang sudah mulai basah itu berkali-kali. Kakinya kemudian menekuk dan mengangkat pinggulnya. Dimainkannya pinggulnya dengan goyangan yang berirama. Lidahku kemudian beraksi, menjilat bagian labia minora-nya, lalu naik hingga klitorisnya. Kulihat klitoris itu sudah menonjol kemerahan.

Lalu, aku mengangkat pinggulnya, dan kumasukkan penisku perlahan, sambil kugoyang maju-mundur. Tante mengerang dengan tangan memegang erat pinggir kasur.

“Ayo, Raf, terus..!” katanya menyuruhku menggoyang badanku terus.

Aku menengkurapinya, lalu dengan sigap kusentakkan pinggulku sehingga penisku menghujam dalam ke vaginanya.

“Aduh, aduh.. Raf, nikmat sekali,” katanya sambil memelukku.
Leher dan puting susunya terus kucium dan kujilat.

“Teruskan Raf! ayo sayang, aku sudah hampir sampai nih,” katanya.
Aku makin menyentak. Keringatku mulai bercucuran, sementara tante pun demikian pula. Rupanya tante sudah sampai ketika tiba-tiba tante memelukku dengan tangan dan kakinya erat-erat sehingga aku tidak dapat bergerak sama sekali. Di mulutnya hanya suara desah puas selama beberapa saat.

Kemudian pelukannya mengendur. Tante lemas. Aku masih penasaran, karena aku belum sampai.
Kutarik perlahan penisku yang masih menegang. Kulihat penisku berkilat-kilat karena lumasan vagina tante. Kubuka selangkangan tante, ia mengerang dan menggelinjangkan pantatnya ketika vaginanya kuraba lagi. Kurangsang tante agar aku dapat mencapai orgasme. Lidahku beraksi, kugapai labia minora-nya lalu kujilat habis bagian itu, bahkan maniku yang meleleh di situ kujilat sampai habis. Lalu, klitorisnya yang memerah itu kusedot perlahan,
“Ah, emm.. mm,” ia memekik lirih.

Badannya yang mulai menggelinjang itu kemudian kutelungkupkan. Kunaiki pantatnya, lalu kutekankan penisku ke vaginanya. Kemudian terasa suatu sensasi di penisku, karena tante menutup rapat kakinya. Tanganku kemudian memeluknya dari belakang, lalu aku menciumi tengkuknya yang wangi. Tanganku terus memainkan putingnya yang mengeras itu sambil kugoyang pinggulku, perlahan mula-mula, dan kemudian kemudian makin cepat.

“Rafael, terus Raf, Tante hampir dapat lagi nih,” katanya berbisik.

Aku tidak dapat menyahut. Nafasku memburu, karena nafsuku mulai memuncak. Kurasakan nikmat menyelimutiku sampai habis, lalu rasanya itu maniku sudah menghentak-hentak hendak keluar.
“Tante, Rafael mau keluar nih,” kataku berbisik.

Ia hanya mengangguk. Kemudian dengan sekali hentakan lagi, aku merasakan suatu sensasi baru, kenikmatan yang sangat panjang,

“Cret.. creet.. creet..” terasa maniku menyemprot deras ke dalam vagina tante, sambil tanganku memeluknya dengan erat.

Aku hanya dapat mengerang penuh nikmat surgawi. Aku lemas di atas badan tante, lalu terlelap beberapa saat lagi. Beberapa saat ia menggeliat. Ia bangkit dan mengenakan kembali pakaiannya. Kurasakan tante memeluk dan menciumku mesra sekali. Disekanya keringatku yang meleleh, lalu diselimutinya badanku yang masih telanjang. Pergulatan itu memporak-porandakan kasurku, tapi aku kini merasa tidak sendiri dalam menikmati dunia ini. Tante Win, di pagi hari siap selalu mengantarkan sarapanku, dan jika suatu saat ia memerlukan kehangatan diriku, aku Rafael, boy friend-nya, selalu ada di sampingnya. – Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Hot Terbaru 2016

Minggu, 21 Februari 2016

Cerita Sex: Main dengan Mbak Sum Hot Terbaru 2016 | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Cerita Sex: Main dengan Mbak Sum Hot Terbaru 2016 – Umurku baru 28 tahun ketika diangkat jadi manager area sebuah perusahaan consumer goods. Aku ditempatkan di Semarang dan diberi fasilitas rumah kontrakan tipe 45. Setelah 2-3 minggu tinggal sendirian di rumah itu lama-lama aku merasa capai juga karena harus melakukan pekerjaan rumah tangga seperti nyapu, ngepel, cuci pakaian, cuci perabot, bersih-bersih rumah tiap hari. Akhirnya kuputuskan cari pembantu rumah tangga yang kugaji sendiri daripada aku sakit. Lewat sebuah biro tenaga kerja, sore itu datanglah seorang wanita sekitar 35 tahunan, Sumiyati namanya, berasal dari Wonogiri dan sudah punya dua anak yang tinggal bersama ortunya di desa.



“Anaknya ditinggal dengan neneknya tidak apa-apa, Mbak?” tanyaku.
“Tidak, pak. Mereka kan sudah besar-besar, sudah SMP dan SD kelas 6,” jawabnya.
“Lalu suami Mbak Sum dimana?”
“Sudah meninggal 3 tahun lalu karena tbc, pak.”
“Oooooo.. pernah kerja di mana saja, Mbak?”
“Ikut rumah tangga, tapi berhenti karena saya tidak kuat harus kerja terus dari pagi sampai malam, maklum keluarga itu anaknya banyak dan masih kecil-kecil.. Kalau di sini kan katanya hanya bapak sendiri yang tinggal, jadi pekerjaannya tidak berat sekali.”

Cerita Sex Pembantu | Dengan janji akan kucoba dulu selama sebulan, jadilah Mbak Sum mulai kerja hari itu juga dan tinggal bersamaku. Dia kuberi satu kamar, karena memang rumahku hanya punya dua kamar. Tugas rutinnya, kalau pagi sebelum aku ke kantor membersihkan kamarku dan menyiapkan sarapanku. Setelah aku ke kantor barulah ruangan lain, nyuci, belanja, masak dst. Dia kubuatkan kunci duplikat untuk keluar masuk rumah dan pagar depan. Setelah seminggu tinggal bersama, kami bertambah akrab. Kalau di rumah dan tidak ada tamu dia kusuruh memanggilku “Mas” bukan “bapak” karena usianya tua dia.

Beruntung dia jujur dan pintar masak sehingga setiap pagi dan malam hari aku dapat makan di rumah, tidak seperti dulu selalu jajan ke luar. Waktu makan malam Mbak Sum biasanya juga kuajak makan semeja denganku. Biasanya, selesai cuci piring dia nonton TV. Duduk di permadani yang kugelar di depan pesawat. Kalau tidak ada kerjaan yang harus dilembur aku pun ikut nonton TV. Aku suka nonton TV sambil tiduran di permadani, sampai-sampai ketiduran dan seringkali dibangunkan Mbak Sum supaya pindah ke kamar.

Suhu udara Semarang yang tinggi sering membuat libidoku jadi cepat tinggi juga. Lebih lagi hanya tinggal berdua dengan Mbak Sum dan setiap hari menatap liku-liku tubuh semoknya, terutama kalau dia pakai daster di atas paha. (Kalau digambarkan bodynya sih mirip-mirip Yenny Farida waktu jadi artis dulu). Maka lalu kupikir-pikir rencana terbaik untuk bisa mendekap tubuhnya. Bisa saja sih aku tembak langsung memperkosanya toh dia nggak bakal melawan majikan, tapi aku bukan orang jenis itu. Menikmatinya perlahan-lahan tentu lebih memberi kepuasan daripada langsung tembak dan cuma dapat nikmat sesaat.

“Mbak Sum bisa mijit nggak?” tanyaku ketika suatu malam kami nonton TV bareng.
Dia duduk dan aku tiduran di permadani.

“Kalau asal-asalan sih bisa, Mas,” jawabnya lugu.

“Nggak apa-apa, Mbak. Ini lho, punggungku kaku banget.. Seharian duduk terus sampai nggak sempat makan siang.

“Tolong dipijat ya, Mbak..” sambil aku tengkurap.

Mbak Sum pun bersimpuh di sebelahku. Tangannya mulai memijat punggungku tapi matanya tetap mengikuti sinetron di TV. Uuhh.. nikmatnya disentuh wanita ini. Mata kupejamkan, menikmati. Saat itu aku sengaja tidak pakai CD (celana dalam) dan hanya pakai celana olahraga longgar.
“Mijatnya sampai kaki ya, Mbak,” pintaku ketika layar TV menayangkan iklan.

“Ya, Mas,” lalu pijatan Mbak Sum mulai menuruni pinggangku, terus ke pantat.

“Tekan lebih keras, Mbak,” pintaku lagi dan Mbak Sum pun menekan pantatku lebih keras.
Penisku jadi tergencet ke permadani, nikmat, greng dan semakin.. berkembang. Aku tak tahu apakah Mbak Sum merasakan kalau aku tak pakai CD atau tidak. Tangannya terus meluncur ke pahaku, betis hingga telapak kaki. Cukup lama juga, hampir 30 menit.

“Sudah capai belum, Mbak?”
“Belum, Mas.”
“Kalau capai, sini gantian, Mbak kupijitin,” usulku sambil bangkit duduk.
“Nggak usah, Mas.”
“Nggak apa-apa, Mbak. Sekarang gantian Mbak Sum tengkurap,” setengah paksa dan merajuk seperti anak-anak kutarik tangannya dan mendorong badannya supaya telungkup.
“Ah, Mas ini, saya jadi malu..”
“Malu sama siapa, Mbak? Kan nggak ada orang lain?”
Agak canggung dia telungkup dan langsung kutekan dan kupijit punggungnya supaya lebih tiarap lagi. Kuremas-remas dan kupijit-pijit punggung dan pinggangnya.

“Kurang keras nggak, Mbak?”
“Cukup, Mas..” Sementara matanya sekarang sudah tidak lagi terlalu konsentrasi ke layar kaca. Kadang merem melek. Tanganku mencapai pantatnya yang tertutup daster. Kuremas, kutekan, kadang tanganku kusisipkan di antara pahanya hingga dasternya mencetak pantat gempal itu. Kusengaja berlama-lama mengolah pantatnya, toh dia diam saja.

“Pantat Mbak empuk lo..” godaku sambil sedikit kucubit.

“Ah, Mas ini bisa saja.. Mbak jadi malu ah, masak pembantu dipijitin juragannya.. Sudah ah, Mas..” pintanya.

Sambil berusaha berdiri.
“Sabar, Mbak, belum sampai ke bawah,” kataku sambil mendorongnya balik ke permadani.
“Aku masih kuat kok.”

Tanganku bergerak ke arah pahanya. Meremas-remas mulai di atas lutut yang tidak tertutup daster, lalu makin naik dan naik merambat ke balik dasternya. Mbak Sum mula-mula diam namun ketika tanganku makin tinggi memasuki dasternya ia jadi gelisah.
“Sudah, Mas..”

“Tenang saja, Mbak.. Biar capainya hilang,” sahutku sambil menempelkan bagian depan celanaku yang menonjol ke samping pahanya yang kanan sementara tanganku memijat sisi kiri pahanya. Sengaja kutekankan “tonjolan”ku.

Dan seolah tanpa sengaja kadang-kadang kulingkarkan jari tangan ke salah satu pahanya lalu kudorong ke atas hingga menyentuh bawah vaginanya. Tentu saja gerakanku masih di luar dasternya supaya ia tidak menolak. Ingin kulihat reaksinya. Dan yang terdengar hanya eh.. eh.. eh.. tiap kali tanganku mendorong ke atas.

“Sekarang balik, Mbak, biar depannya kupijat sekalian..”
“Cukup, Mas, nanti capai..”
“Nggak apa-apa, Mbak, nanti gantian Mbak Sum mijit aku lagi..”
Kudorong balik tubuhnya sampai telentang. Daster di bagian pahanya agak terangkat naik. Mula-mula betisnya kupijat lagi lalu tanganku merayap ke arah pahanya. Naik dan terus naik dan dasternya kusibak sedikit sedikit sampai kelihatan CD-nya.

“Mbak Sum pakai celana item ya?” gurauku sampai dia malu-malu.

“Saya jadi malu, Mas, kelihatan celananya..” sambil tangannya berusaha menurunkan dasternya lagi.
“Alaa.. yang penting kan nggak kelihatan isinya to, Mbak..” godaku lagi sambil menahan tangannya dan mengelus gundukan CD-nya dan membuat Mbak Sum menggelinjang.

Tangannya berusaha menepis tanganku. Melihat reaksinya yang tidak terlalu menolak, aku tambah berani. Dasternya makin kusingkap sehingga kedua pahanya yang besar mengkal terpampang di depanku. Namun aku tidak terburu nafsu. Kusibakkan kedua belah paha itu ke kiri-kanan lalu aku duduk di sela-selanya. Kupijat-pijat pangkal paha sekitar selangkangannya sambil sesekali jariku nakal menelusupi CD-nya.

“Egh.. egh.. sudah Mas, nanti keterusan..” tolaknya lemah.

Tangannya berusaha menahan tanganku, tapi tubuhnya tak menunjukkan reaksi menolak malah tergial-gial setiap kali menanggapi pijitanku.

“Keterusan gimana, Mbak?” tanyaku pura-pura bodoh sambil memajukan posisi dudukku sehingga penisku hampir menyentuh CD-nya. Dia diam saja sambil tetap memegangi tanganku supaya tidak keterusan.

“Ya deh, sekarang perutnya ya, Mbak..”

Tanganku meluncur ke arah perutnya sambil membungkuk di antara pahanya. Sambil memijat dan mengelus-elus perutnya, otomatis zakarku (yang masih terbungkus celana) menekan CD-nya. Merasa ada tekanan di CD-nya Mbak Sum segera bangun.

“Jangan Mas.. nanti keterusan.. Tidak baik..” lalu memegang tanganku dan setengah menariknya.
Kontan tubuhku malah tertarik maju dan menimpanya. Posisi zakarku tetap menekan selangkangannya sedang wajah kami berhadap-hadapan sampai hembusan nafasnya terasa.
“Jangan, Mas.. jangan..” pintanya lemah.

“Cuma begini saja, nggak apa-apa kan Mbak?” ujarku sambil mengecup pipinya.
“Aku janji, Mbak, kita hanya akan begini saja dan tidak sampai copot celana,” sambil kupandang matanya dan pelan kugeser bibirku menuju ke bibirnya.

Dia melengos tapi ketika kepalanya kupegangi dengan dua tangan jadi terdiam. Begitu pula ketika lidahku menelusuri relung-relung mulutnya dan bibir ka+mi berciuman. Sesaat kemudian dia pun mulai merespons dengan hisapan-hisapannya pada lidah dan bibirku.

Targetku hari itu memang belum akan menyetubuhi Mbak Sum sampai telanjang. Karena itulah kami selanjutnya hanya berciuman dan berpelukan erat-erat, kutekan-tekankan pantatku. Bergulingan liar di atas permadani. Kuremas-remas payudaranya yang montok mengkal di balik daster. Entah berapa jam kami begituan terus sampai akhirnya kantuk menyerang dan kami tertidur di permadani sampai pagi. Dan ketika bangun Mbak Sum jadi tersipu-sipu.

“Maaf ya, Mas,” bisiknya sambil memberesi diri.

Tapi tangannya kutarik sampai ia jatuh ke pelukanku lagi.

“Nggak apa-apa, Mbak. Aku suka kok tidur sambil pelukan kayak tadi. Tiap malam juga boleh kok..” candaku.

Mbak Sum melengos ketika melihat tonjolan besar di celanaku.

Sejak saat itu hubunganku dengan Mbak Sum semakin hangat saja. Aku bebas memeluk dan menciumnya kapan saja. Bagai istri sendiri. Dan terutama waktu tidur, kami jadi lebih suka tidur berdua. Entah di kamarku, di kamarnya atau di atas permadani. Sengaja selama ini aku menahan diri untuk tidak memaksanya telanjang total dan berhubungan kelamin. Dengan berlama-lama menahan diri ini lebih indah dan nikmat rasanya, sama seperti kalau kita menyimpan makanan terenak untuk disantap paling akhir.

Hingga suatu malam di ranjangku yang besar kami saling berpelukan. Aku bertelanjang dada dan Mbak Sum pakai daster. Masih sekitar jam 9 waktu itu dan kami terus asyik berciuman, berpagutan, berpelukan erat-erat saling raba, pijat, remas. Kuselusupkan tanganku di bawah dasternya lalu menariknya ke atas. Terus ke atas hingga pahanya menganga, perutnya terbuka dan akhirnya beha putihnya nampak menantang. Tanpa bicara dasternya terus kulepas lewat kepalanya.
“Jangan, Mas..” Mbak Sum menolak.

“Nggak apa-apa, Mbak, cuma dasternya kan..” rayuku.

Dia jadi melepaskan tanganku. Juga diam saja ketika aku terang-terangan membuka celana luarku hingga kami sekarang tinggal berpakaian dalam. Kembali tubuh gempal janda montok itu kugeluti, kuhisap-hisap puncak branya yang nampak kekecilan menampung teteknya. Mbak Sum mendesis-desis sambil meremasi rambut kepalaku dan menggapitkan pahanya kuat-kuat ke pahaku.

“Mbak Sum pingin kita telanjang?” tanyaku.
“Jangan, Mas. Pingin sih pingin.. tapi.. gimana ya..”
“Sudah berapa lama Mbak Sum tidak ngeseks?”
“Ya sejak suami Mbak meninggal.. kira-kira tiga tahun..”
“Pasti Mbak jadi sering masturbasi ya?”
“Kadang-kadang kalau sudah nggak tahan, Mas..”
“Kalau main dengan pria lain?”
“Belum pernah, Mas..”
“Masak sih, Mbak? masak nggak ada yang mau?”
“Bukan begitu, tapi aku yang nggak mau, Mas..”
“Kalau sama aku kok mau sih, Mbak?” godaku lagi.
“Ah, kan Mas yang mulai.. dan lagi, kita kan nggak sampai anu..”
“Anu apa, Mbak?”
“Ya itu.. telanjang gitu..”
“Sekarang kita telanjang ya, Mbak..”
“Eee.. kalau hamil gimana, Mas?”
“Aku pakai kondom deh..”
“Ng.. tapi itu kan dosa, Mas?”
“Kalau yang sekarang ini dosa nggak, Mbak?” tanyaku mentesnya.
“Eee.. sedikit, Mas,” jawabnya bingung.

Aku tersenyum mendengar jawaban mengambang itu dan kembali memeluk erat-erat tubuh sekalnya yang menggemaskan. Kuremas dan kucium-cium pembungkus teteknya. Ia memeluk punggungku lebih erat. Kuraba-raba belakang punggungnya mencari lalu melepas kaitan branya.

“Ja..jangan, Mas..” Bisiknya tanpa reaksi menolak dan kulanjutkan gerakanku.

Mbak Sum hanya melenguh kecil ketika branya kutarik dan kulemparkan entah kemana. Dua buah semangka segar itu langsung kukemut-kemut putingnya. Kuhisap, kumasukkan mulut sebesar-besarnya, kugelegak, sambil kulepas CD-ku. Mbak Sum terus mendesis-desis dan bergetar-getar tubuhnya. Kami bergumul berguling-guling. Kutekan-tekan selangkangannya dengan zakarku.
“Gimana, Mbak.. sudah siap kuperawani?” tanganku menjangkau CD-nya dan hendak melepasnya.
“Jangan, Mas. Kalau hamil gimana?”
“Ya ditunggu saja sampai lahir to, Mbak..” gurauku sambil berusaha menarik lepas CD-nya.
Mbak Sum berusaha memegangi CD-nya tapi seranganku di bagian atas tubuhnya membuatnya geli dan tangannya jadi lengah. Cd-nya pun merosot melewati pantatnya.

“Kalau hamil, siapa yang ngurus bayinya?”
“Ya, Mbak lah, kan itu anakmu.. tugasku kan cuma bikin anak, bukan ngurusi anak..” godaku terus.
“Dasar, mau enaknya sendiri..” Mbak Sum memukulku pelan, tangannya berusaha menjangkau CD dari bawah pahanya tapi kalah cepat dengan gerakanku melepas CD itu dari kakinya.

Buru-buru kukangkangkan pahanya lalu kubenamkan lidahku ke situ. Slep.. slep.. slep.. Mbak Sum melenguh dan menggeliat lagi sambil meremasi kepalaku. Nampak dia berada dalam kenikmatan. Beberapa menit kemudian, aku memutar posisi tubuhku sampai batang zakarku tepat di mulutnya sementara lidahku tetap beroperasi di vulvanya. Dengan agak canggung-canggung dia mulai menjilati, mengulum dan menghisapnya. Vulvanya mulai basah, zakarku menegang panjang. Eksplorasi dengan lidah kuteruskan sementara tanganku memijit-mijit sekitar selangkangan hingga anusnya.

“Agh.. agh.. Maas.. ak.. aku..”

Mbak Sum tak mampu bersuara lagi, hanya pantatnya terasa kejang berkejat-kejat dan mengalirlah cairan maninya mengaliri mulutku. Kugelegak sampai habis cairan bening itu.

“Isap anuku lebih keras, Mbak!” perintahku ketika kurasakan maniku juga sudah di ujung zakar.
Dan benar saja, begitu diisap lebih keras sebentar kemudian spermaku menyembur masuk ke kerongkongan Mbak Sum yang buru-buru melepasnya sampai mulutnya tersedak berlepotan sperma. Kami pun terjelepak kelelahan. Kuputar tubuhku lagi dan malam itu kami tidur telanjang berpelukan untuk pertama kalinya. Tapi zakarku tetap tidak memerawani vaginanya. Aku masih ingin menyimpan “makanan terenak” itu berlama-lama.

Selanjutnya kegiatan oral seks jadi kegemaran kami setiap hari. Entah pagi, siang maupun malam bila salah satu dari kami (biasanya aku yang berinisiatif) ingin bersetubuh ya langsung saja tancap. Entah itu di kamar, sambil mandi bersama atau bergulingan di permadani. Tiap hari kami mandi keramas dan entah berapa banyak bercak mani di permadani. Selama itu aku masih bertahan dan paling banter hanya memasukkan kepala zakarku ke vaginanya lalu kutarik lagi.

Batangnya tidak sampai masuk meski kadang Mbak Sum sudah ingin sekali dan menekan-nekan pantatku. “Kok nggak jadi masuk, Mas?” tanyanya suatu hari.

“Apa Mbak siap hamil?” balikku.
“Kan aku bisa minum pil kabe to Mas..”
“Bener nih Mbak rela?” jawabku menggodanya sambil memasukkan lagi kepala zakarku ke memeknya yang sudah basah kuyup.
“Heeh, Mas,” dia mengangguk.
“Mbak nggak merasa bersalah sama suami?”
“Kan sudah meninggal, Mas.”
“Sama anak-anak?”
Ia terdiam sesaat, lalu jawabnya lirih,
“A.a.. aku kan juga masih butuh seks, Mas..”

“Mana yang Mbak butuhkan, seks atau suami?” tanyaku terus ingin tahu isi hatinya.
Kuangkat lagi kepala zakarku dari mulut memeknya lalu kusisipkan saja di sela-sela pahanya.
“Pinginnya sih suami, Mas.. tapi kalo Mas jadi suamiku kan nggak mungkin to.. Aku ini kan cuma orang desa dan pembantu..” jawabnya jujur.

“Jadi, kalau sama aku cuma butuh seksnya aja ya Mbak? Mbak cuma butuh nikmatnya kan? Mbak Sum pingin bisa orgasme tiap hari kan?”

Mbak Sum tersipu. Tidak menjawab malah memegang kepalaku dan menyosor bibirku dengan bibirnya. Kami kembali berpagutan dan bergulingan. Zakar besar tegangku terjepit di sela pahanya lalu cepat-cepat aku berbalik tubuh dan memasukkan ke mulutnya. Otomatis Mbak Sum menghisap kuat-kuat zakarku sama seperti aku yang segera mengobok-obok vaginanya dengan tiga jari dan lidahku. Sejenak kemudian kembali kami orgasme dan ejakulasi hampir bersamaan. Yah, bisakah pembaca bersetubuh seperti kami? Saling memuasi tanpa memasukkan zakar ke vagina.
Hubungan nikmat ini terus berlangsung hingga suatu sore sepulangku kerja Mbak Sum memberiku sekaplet pil kabe dan sekotak kondom kepadaku.

“Sekarang terserah Mas, mau pakai yang mana? Mbak sudah siap..” tantangnya.
Aku jadi membayangkan penisku memompa vaginanya yang menggunduk itu.
“Mbak benar-benar ikhlas?” tanyaku.

“Lha memang selama ini apa Mas? Saya kan sudah pasrah diapakan saja sama Mas.”
“Mbak tidak kuatir meskipun aku nggak bakalan jadi suami Mbak?” lanjutku sambil berjaga-jaga untuk menghindari resiko bila terjadi sesuatu di belakang hari.

“Saya sudah ikhlas lega lila, mau dikawini saja tiap hari atau dinikahi sekalian terserah Mas saja. Saya benar-benar tidak ada pamrih apa-apa di belakang nanti.. Saya hanya ingin kita berhubungan seks dengan maksimal.. tidak setengah-setengah seperti sekarang ini..”

Haah, ternyata Mbak Sum pun jadi berkobar nafsu syahwatnya setelah berhubungan seks denganku secara khusus selama ini. Ternyata wanita ini memendam hasrat seksual yang besar juga. Sampai rela mengorbankan harga dirinya. Aku jadi tak tega, tapi sekaligus senang karena tidak bakal menanggung resiko apapun dalam berhubungan seks dengan dia. Aku selama ini kan memang hanya mengejar nafsu dan nampaknya Mbak Sum pun terbawa iramaku itu.

Ya, seks hanya untuk kesenangan nafsu dan tubuh. Tanpa rasa cinta. Tidak perlu ada ketakutan terhadap resiko harus menikahi, punya anak dsb. Kapan lagi aku dapat prt sekaligus pemuas nafsu dengan tarif semurah ini (gajinya sebulan 150 ribu rupiah kadang kutambah 50 atau 100 ribu kalau ada rejeki lebih). Bandingkan biayanya bila aku harus cari wanita penghibur setiap hari. Dan kayaknya yang seperti inilah yang disukai para pria pengobral zakar dan mungkin sebagian besar pembaca pusatceritadewasa inipun termasuk di dalamnya. Mau nikmatnya, nggak mau pahitnya. Begitu, kan? Ngaku ajalah, nggak usah cengar-cengir kayak monyet gitu. Soal seks kita sama dan sebangun kok. He he he..

“Sekarang aku mau mandi dulu, Mbak. Urusan itu pikirin nanti saja,” jawabku sambil melepas pakaian dan jalan ke kamar mandi bertelanjang.

Kutarik tangan Mbak Sum untuk menemaniku mandi. Pakaiannya pun sudah kulepasi sebelum kami sampai ke pintu kamar mandi. Hal seperti ini sudah biasa kami lakukan. Saling menggosok dan memandikan sambil membangkitkan nafsu-nafsu erotis kami. Dan acara mandi bersama selalu berakhir dengan tumpahnya sperma dan mani kami bersama-sama karena saling isep.

Dan godaan untuk bermain seks dengan tuntas semakin besar setelah ada pil kabe dan kondom yang dibeli Mbak Sum. Esok malamnya eksperimen itu akan kami mulai dengan kondom lebih dulu.

Soalnya aku takut kalau ada efek samping bila Mbak Sum minum pil kabe. Kata orang kalau nggak cocok malah bikin kering rahim. Kan kasihan kalau orang semontok Mbak Sum rahimnya kering.

Malam itu seusai makan malam dan nonton TV sampai jam sembilan, kami mulai bergulingan di permadani. Satu persatu penutup tubuh kami bertebaran di lantai. Putingya kupelintir dan sebelah lagi kukemut dan kugigit-gigit kecil sementara tangan kananku menggosok-gosok pintu memek Mbak Sum sampai dia mengerang-erang mau orgasme.

“Sekarang pakai ya, Mas,” bisiknya sambil menggenggam kencang zakarku yang tegang memanjang.
“Heeh,” jawabku lalu dia menjangkau sebungkus kondom yang sudah kamu sediakan di sebelah TV.
Disobeknya lalu karet tipis berminyak itu pelan-pelan disarungkannya ke penisku. Mbak Sum nampak hati-hati sekali.

“Wah, jadi gak bisa diisep Mbak nih,” kataku.
“Kan yang ngisep ganti mulut bawah, Mas..” Guraunya membuatku tersenyum sambil terus meremas-remas teteknya.

Sleeb.. lalu karet tipis itupun digulungnya turun sampai menutupi seluruh batangku.
“Sudah, Mas,” katanya sambil menelentangkan tubuh dan mengangkan pahanya lebar-lebar.
Perlahan aku mengangkanginya.

“Sekarang ya, Mbak,” bisikku sambil memeluknya mesra.

Mbak Sum memejamkan mata. Perlahan zakarku dipegang, diarahkan ke lobang nikmatnya. Kuoser-oser sebentar di depan pintunya barulah kudesakkan masuk. Masuk separuh. Mbak Sum melenguh..
“Sakit Mbak?”
“Sedikit..”

Kuhentikan sebentar lalu kudorong lagi pelan-pelan dan dia mulai melepasnya. Bless.. slep.. kugerakkan pantatku maju-mundur naik-turun. Matanya merem melek, tangan kami berpelukan, tetek tergencet dadaku, bibir kami saling kulum. Kugenjot terus, kupompa, kubajak, kucangkul, kumasuki, kubenamkan, dalam dan semakin dalam, gencar, cepat dan kencang. Sampai akhirnya gerakkanku terhambat ketika mendadak Mbak Sum memelukkan pahanya erat-erat ke pahaku.

“Akk.. aku sampai Mas.. egh.. egh..”

Dan seerr.. terasa cairan hangat menerpa zakarku. Kuhentikan gerakanku, dan hanya membenamkannya dalam-dalam. Menekan dan menekan masuk. Rasanya agak kurang enak karena batangku terbungkus karet tipis itu.

Kubiarkan Mbak Sum istirahat sejenak sebelum aku mulai memompanya lagi bertubi-tubi sambil kueksplorasi bagian sensitif tubuhnya hingga dia kembali terangsang.

“Mbak pingin keluar lagi?” tanyaku.

“Kk.. kalau bisa, Mas.. keluar sama-sama..” ajaknya sambil mulai menggoyang dan memutar-mutar bokongnya.

Aku merasakan nikmat yang belum pernah kurasakan. Soalnya kan baru pertama kali ini zakarku menancapi lubangnya. Ternyata hebat juga goyangannya. Goyang ngebornya Inul, ngecornya Denada atau ngedennya Camelia Malik kalah jauh deh.. soalnya mana mungkin aku ngrasain vagina mereka kan? Dan kenikmatan itu semakin terasa diujung batangku. Gerakan pompaku semakin cepat dan cepat.

“Mbak.. hh.. hh.. hh..” dengus nafasku terus memacu gerak maju mundur pantatku.
Sementara dengan tak kalah brutalnya Mbak Sum melakukan yang sama dari bawah.
“Ak.. aku sudah mau Mbak..” pelukku ketat ke tubuhnya.

Kutindih, kuhunjamkan dalam-dalam, kuhentakkan ketika sperma keluar dari ujung batangku. Yang pasti Mbak Sum tak bakalan merasakan semburannya karena toh sudah tertampung di ujung kondom. Sejenak kemudian Mbak Sum pun meregang dan berkejat-kejat beberapa kali sambil membeliak-beliak matanya. Dia orgasme lagi. Tubuhnya tetap kutelungkupi. Nafas kami memburu. Mata kami terpejam kecapaian. “Puas, Mbak?” bisikku sambil mengulum telinganya.

Dia mengangguk kecil. Kami kembali tidur berpelukan. Mungkin dia tengah membayangkan tidur dengan suaminya. (Sementara aku tidak membayangkan apapun kecuali sesosok daging mentah kenyal yang siap kugenjot setiap saat). Hehehe.. kasihan Mbak Sum kalau dia tahu otak mesumku. Tapi kenapa mesti dikasihani kalau dia juga menikmati? Ya kan? Ya kan? Aku sering bertanya-tanya: Bila seorang wanita orgasme ketika dia diperkosa, apakah itu bisa disebut perkosaan? Siapa bisa jawab?

Sambil menunggu jawab Anda, aku dan Mbak Sum terus mereguk kepuasan dengan pakai kondom. Sayangnya satu kondom hanya bisa dipakai satu kali main. Kalau lebih dikuatirkan bocor. Makanya hanya dalam sehari itu kondom satu dus habislah sudah. Anda bisa hitung sendiri berapa kali aku ejakulasi.

Esoknya,
“Mbak, kondomnya habis, mau pakai pil?” tanyaku.
“Boleh,” jawabnya santai.

Dan malam itu mulailah ia minum pil sesuai jadwal dan hasilnya.. ternyata kami lebih puas karena tidak ada lagi selaput karet tipis yang menahan semburan spermaku memasuki gua garba Mbak Sum.
“Mas.. Mas.. semprot terus Mas, enak banget..” serunya ketika aku ejakulasi sambil berkejat-kejat diatas pahanya belasan kali menghunjamkan zakar yang menyemprot puluhan kali.
Dari cret, crit, crut, crat sampai crot crot crot lalu cret cret cret lagi!! Soal rahim kering sudah tak kupikir lagi. Biar saja mau kering mau basah wong yang melakukan manggut-manggut saja tuh. Yah, dalam semalam minimal kami pasti sampai tiga kali orgasme dan ejakulasi. Sedangkan pagi atau siang tidak selalu kami lakukan. Kami bagaikan sepasang maniak seks. Ditambah vCD-vCD triple-x yang kutontonkan padanya, Mbak Sum jadi semakin ahli mengolah persetubuhan kami jadi kenikmatan tiada tara.

Anda mau coba? Jangan ah, Mbak Sum kan milikku seorang. Kalau nanti aku dipindah tugas ke kota lain mungkin ia akan kubawa. Kalau tidak mau, ya aku akan cari Mbak Sum-Mbak Sum mesum yang lain. Pasti ada deh, namanya juga kenikmatan dunia. Siapa yang nolak sih? Hehehe.. Eh, Anda sudah jawab pertanyaanku di atas belum? Kalau sudah, kirim dong ke emailku. Yang jawabannya memuaskan akan kuberikan Mbak Sum sebagai hadiah (..tapi nanti kalau aku sudah bosan main seks dengan dia lo.. hehehe..) – Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Hot Terbaru 2016

Cerita Sex: Cewek Imut Minta Dipuasin Hot Terbaru 2016 | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Cerita Sex: Cewek Imut Minta Dipuasin Hot Terbaru 2016 – Minggu itu ryan baru saja bangun, anak sma 17 tahun itu bangun terlalu pagi, tepat pukul 3 pagi itu dia terbangun. Karena masih mengantuk, ia coba tidur lagi, tapi tidak bisa, karena itu ia memilih mengambil hpnya dan membuka facebook saja. Ryan melihat ada 1 permintaan pertemanan, saat dibuka, ia jadi melek, karena yang baru saja di confirm pertemanannya itu adalah akun cewek cantik. Lalu ia membuka profil cewek itu, tampaknya ia pernah tau.



Beberapa saat setelah melihat lihat fotonya, ia baru tau kalau cewek bernama Sheila itu adalah teman sekolah smp nya dulu, yang saat kelas 2 pindah sekolah lain. Ryan kemudian mengirim pesan di facebook Sheila, bertanya kabar dan dimana ia sekarang. Setelah itu karena mulai ngantuk lagi, dia kembali tidur. Tepat jam 8 pagi di hari minggu itu, Ryan terbangun, lalu ia segera merapikan kamar dan lanjut mandi.

Setelah mandi Ryan baru ingat kalau tadi pagi ia mengirim pesan di facebook Sheila. Setelah ia check lagi, Sheila sudah membalas pesannya, Katanya dia baik baik saja, ia sebenarnya sekolah diluar kota, tapi hari itu dia sedang mampir dirumah bibinya yang ada dikota Ryan. Ryan mulai berfikir untuk menemui teman smpnya itu.

Ia mengirim pesan apakah hari ini Ryan boleh mampir ketempat bibinya Sheila, dan cewek itu memberi ijin, Sheila juga memberi alamat lengkapnya. Segera Ryan memakai pakaian favoritnya, lalu pergi rumah Sheila. 20 menit perjalanan ditempuh Ryan, dan ia pun tiba dirumah Sheila.
“Ryaan, heeii” Ryan melihat sesosok cewek didepan rumah itu, dan dia adalah Sheila yang mengenakan kaos hijau, terlihat memang cewek itu sangat cantik, Ryan sampai bingung kenapa teman smpnya dulu itu jadi semanis itu.
“Hai, Sheila kan?”,
“iya, kamu lupa ya?”,
“ya gimana lagi, kamu tambah cantik sih…”,
“bisa aja kamu yan, masuk dulu yuk” Lalu segera Ryan masuk kerumah itu, ia segera duduk dikursi teras.
“Kamu sekolah dimana sekarang yan?”,
“aku di SMA X, kalau kamu?”,
” aku kan diluar kota sma nya yan, di SMK X”,
“ooh, smk jurusan apa sih?”,
“Jurusan perawat yan”,
“pantesan”,
“knapa yan?”,

“Ya kamu pinter ngerawat diri, jadi makin cantik, haha” Canda tawa Ryan dan Sheila beberapa saat itu membuat mereka ingat saat saat di smp, ya memang dulu Ryan Sangat tertarik dengan Sheila, namun karena Sheila pindah, Ryan tidak bisa meneruskan perjuangannya.

Beberapa saat kemudian keluar sesosok pria yang disusul seorang wanita, tampaknya itu ayah dan ibu Sheila. “Loh, siapa ini Sheila?”,

“itu pacar aku ma” Sontak Ryan kaget sekali, kenapa dia bisa dibilang pacar Sheila.
“loh, anu, saya ini…”,
“Dia Ryan pa, pacarku yang baru..”,
“Ooh, gini dong Sheila, cari pacar yang ganteng”,
“anu bu… saya…” Ryan tampak melihat Sheila menyuruhnya diam, dan menuruti kata katanya.
“Mama sama papa mau kemana?”,
“Looh kita mau pulang Sheila, kan udah dari kemarin disini…”,
“aduh ma, aku disini dulu ya, nanti biar dianterin pacarku pulang deh…”,
“Ya udah, Ryan, jagain Sheila ya, kami pulang dulu”,
“i..iya bu, siap…” Lalu Segera Mama dan Papa Sheila pergi. Setelah itu Ryan mulai bertanya mengenai ulah Sheila itu. “Eh, Sheila, napa kok kamu bilang aku pacar kamu sih?”,
”udaah, ya biar gak ikut pulang dulu, hehe”,
“kenapa emangnya?”,

“Dirumah gak ada temennya, disini kan ada kamu, hehe”, Ryan bingung harus ngomong apa, karena ia justru senang karena dibilang pacarnya Sheila.
“Ryan, masuk dalem yuuk”,

“Ngapain? Disini aja, sungkan sama bibi mu”,
“halah, gak papa, bentar deh aku panggil bibiku deh”. Beberapa saat kemudian Bibinya Sheila muncul, dan tampak membawa beberapa keranjang makanan.
“Eh ada tamu, di ajak masuk aja itu temenmu Sheila”,
“Iyaa, bibi mau kemana?”,
“mau kerumah saudara, tapi kamu masih disini, jadi gimana kalau kamu jaga rumah dulu?”,
“Iya deh bi…”,
“Mas nya ini lama gak disini?”,
“Ndak kok, saya..”,
“Ryan nemenin Sheila kok bi…”,
“ooh, ya sudah, bibi pergi dulu ya” Lalu Bibi Sheila segera pergi. Sheila tampak gembira sekali. “Sebenarnya kamu kenapa sih?”,

“udah sini masuk dulu…”. Segera Ryan ditarik masuk kedalam rumah oleh Sheila.
“Ryan, kamu mau ngentot gak?” Buset, Ryan makin kaget, tidak ada dipikirannya kalau cewek secantik Sheila akan mengatakan hal yang seperti itu.

“Jangan ngawur kamu Sheila, kan kita baru…”, Belum selesai bicara, Sheila sudah mencium Ryan, bukan main kagetnya. “Udah deeh, kamu kan dulu pas smp suka banget sama aku kan?”, “itu kan dulu, kan sekarang…” Ryan menghentikan perkataannya, karena tentu ia tidak mau menyia nyiakan cewek secantik Sheila.

“Sekarang aku masih suka kamu kok, Sheila”,
“hee, gitu dong”,
“emang kamu belum punya pacar ya?”,
“aduh Ryan, aku itu nungguin kamu…”,
“ya udah, kamu mau gak jadi pacar aku?”,

“mau doong, uuummm” Sheila lalu mencium bibir Ryan, Entah dari mana anak sma seperti Sheila bisa menirukan gerakan gerakan orang dewasa, semisal memutar mutar lidahnya didalam mulut Ryan, atau cara mencium yang meningkatkan gairah. “mmm…mmm…slruup..mmm”,
“cup…mmm..kamu blajar dari mana Sheila?”,

“mm…cup….aku sering nonton film bokep sih…mmm…keknya nikmat…cup..mmm”.
Setelah asyik bercumbu, Sheila menarik Ryan masuk kekamar bibinya. Lalu cewek itu segera melompat keatas kasur,

“Ryan sayaang, sinii doong” Cowok sma seperti Ryan melihat cewek cantik menggodanya, mana bisa menolak, segera Ryan naik keatas kasur itu, dan memeluk Sheila.

“Kamu udah ngebet banget kayaknya ya”, “pokoknya aku mau ngentot sama kamu, gak boleh ditolak! Hehe” Beberapa saat Ryan dan Sheila saling pandang dan terdiam, lalu Ryan tiba tiba mendekat dan melumat bibir manis Sheila.

Sambil asyik menciumi cewek cantik itu, tangan Ryan mulai mengelus ngelus tubuh Sheila, tangannya sekarang sedang asyik mengelus perut mulus Sheila, perlahan dia naikan kaos hijau itu naik, terlihat sekarang bh Sheila masih menutup buah dadanya.
“mmm…cup..mmm..udah pengen pegang toket ku ya yang?”,
“kamu yang minta tadi, hehe”,
“mm…cup…kamu udah pernah ngeseks gak sih yan?”,
“belum sih”, “aku juga belum pernah..mmm..cup..mmm…asyik dong”,
“kamu gak nyesel kan Sheilaku sayang?”,
“gak deh, kan udah lama aku tunggu”. Kemudian mereka berhenti berciuman, dan membuka semua pakaiannya.

Ryan hanya bisa terpesona dengan kemolekan tubuh Sheila, cewek manis itu tubuhnya mulus sekali, buah dada imut Sheila tidak begitu besar, namun itu sangat mempesona. Sheila masih menutup selangkangannya, jadi Ryan perlu menunggu untuk bisa menikmati memek perawannya itu.
“Yaang, kok ngelamun, aku emang cantik banget ya? Haha”,
“aduh Sheila, kamu itu bidadari, duh cantiknya, sini sini…” Dua anak remaja yang bugil itu terlihat mulai beraksi, Ryan yang penisnya sudah mendongak ketas itu, mendekati Sheila dan mulai meremas buah dada imutnya.

“duh gemes, imut banget deh”,
“mmmf…geli yan, mmmmf”. Lalu dikecupnya buah dada itu, Ryan juga menjilati puting merah muda Sheila. “uuuhf…mmmf…Sini Yang aku kocok kontolmu” Lalu Penis Ryan yang berdiri itu mulai dikocok tangan mulus Sheila, tampak Ryan merasakan kenikmatan luar biasa, tak pernah ia memimpikan dikocok penisnya oleh bidadari.
“uuuuh…enak banget…Sheila…hebat kocokanmu…uuuh”. Sheila dan Ryan sedang asyik menikmati pengalaman pertama
mereka.

Croot croot, Ryan memuntahkan sperma keatas, dan mengenai buah dada Sheila.
“uuuh, maaf ya yang, udah gak tahan”,
“wah, aku belum pernah ngocok kontol cowok, ternyata yang keluar ini, sllruup..” Sheila yang cantik itu lalu menelan kepala penis Ryan dan menyedot sisa sperma didalam penis itu, Ryan hanya bisa merem melek merasakan kenikmatan itu.

Setelah itu Sheilajuga menjilati buah dadanya sendiri yang dibasahi sperma Ryan. Sontak pemandangan indah itu membuat Ryan semangat lagi, Penisnya kembali tegak.
“mmm… udah ngaceng aja yang, hehe”,

“gak tahan aku sama kecantikanmu yang, sungguh aku beruntung”,
“Hehe, ayo sini kamu masukin kedalem” Sheila kemudian merebahkan tubuhnya dan membuka kedua kakinya, Ryan sangat bahagia melihat vagina mulus Sheila hanya diselimuti bulu bulu tipis, apa lagi memek cewek barunya itu masih
perawan.

“Sini, biar aku lumasi dulu memiaw mu ya…mmm” Ryan mulai menciumi bibir vagina Sheila, lidahnya yang sudah masuk kedalam liang senggama itu mulai berputar putar menjilati seisi lubang nikmat itu,

“aaahn…mmmf…uuuh…geli yan….ooooh”,
“mmm…slurp..mmm…memek kamu wanginya menggoda yang…mmm” Ryan kemudian menjilati klistoris Sheila, ia juga asyik menggigit kecil klistoris itu, tampak Sheila makin mendesah keras.
“aaahn…aaahn…mmmf…oooh..oooh” Tiba tiba Ryan merasa ada yang mengalir keluar dari lubang itu, ternyata air kewanitaan Sheila sudah keluar, segera Ryan menghisap memek Sheila untuk menikmati Air segar itu.

“slruuup..mmm..slruuup..nikmatnya..mmm”, “oooh, Ryan, sayang…mmmf…uuuuhf”.
“Sekarang Aku masukin penisku ya”,

“mmmf..iya Ryan sayaang, puasin aku ya”, Pelan pelan kepala penis Ryan yang tegak itu sudah menempel dibibir vagina Sheila.

Lalu sedikit demi sedikit penis itu mulai masuk kedalam, Sensasi luar biasa itu membuat Ryan menggigit bibirnya sendiri. Lalu penisnya berhenti karena ada sebuah dinding pelindung,
“Sheila sayaang, keperawananmu buat aku yaa..”,

“Iya Ryan sayang, aku….aaaaaaaahn!!!” Darah segar mengalir keluar dari memek Sheila, keperawanannya sudah diambil Ryan.

Kemudian Penis anak sma itu segera mulai bergerak maju mundur,Ryan merasakan sensasi yang sangat luar biasa nikmat, dinding vagina sempit itu membuat penisnya dipijat terus dengan nikmatnya.

“ooooh, nikmat banget yang, memekmu, oooh, kontolku diremas remas.
“Ryan kemudian meningkatkan kecepatan gerakan penisnya, maju mundur maju mundur, penis itu asyik menyodok memek sempit Sheila.

“aaah.,..aaaah…aaah…uuuh…oooh..mmmf…yaaan…uuuf…aaaahn”, Sheila yang mendesah terus itu tubuhnya mulai menggelinjang karena digenjot cowok idamannya.

Ryan masih terus bergerak maju mundur menabrak Memek sempit Sheila dengan penisnya, mata cowok itu sedang terhenti melihat wajah Sheila yang memerah karena merasa kenikmatan, Ryan sangat senang dan bahagia, cewek secantik dan semulus Sheila kini jadi penikmat hasrat seks nya.
Beberapa menit itu Ryan terus menggenjot dan meniduri cewek manis itu, Sheila hanya bisa menahan kenikmatan yang dirasakannya.

“mmmf…yaan…uuuh..aaah…aku… udah gak tahan…aahn”, Penis Ryan yang masih bergerak didalam memek sempit itu terasa dibasahi Cairan kewanitaan Sheila lagi. Lalu Penisnya dicabut, dan Ryan yang ada diatas pacar barunya itu memeluk erat tubuh mulus itu,” Sheila, Aku cinta kamu.. oooh!” Crooot croot crooot Penis Ryan memuntahkan Sperma kearah perut dan buah dada Sheila.
“mmm…Ryan sayang.. makasih ya… aku puas banget…, aku cinta kamu…”,
“Sheila, terima kasih ya, kamu memang tercantik didunia ini…” Lalu Mereka berdua tersenyum dalam pelukan hangat.

Setelah itu Sheila dan Ryan pergi kekamar mandi dan mandi bersama, meski sempat asyik berhubungan seks lagi disana, mereka memilih segera kembali keluar karena takut bibinya Sheila akan segera pulang. Sore itu Bibinya sudah kembali,
“Wah, kalian masih anteng duduk disini ya”,
“i..iya bi, sebenarnya saya mau nganter Sheila pulang”,
“Iya, bibi Sheila tinggal gak papa kan?”,
“iya deh, makasih udah jagain rumah ya..”, “Iya bi, Sheila pulang dulu ya…”. Lalu segera Sheila diantar pulang Ryan dengan motornya.
“Yang, nanti kalau kita udah lulus, kita nikah ya…”,
“Aku kuliah dulu dong Sheila sayaang”,
“aduh, nanti jadi gak bisa ngeseks lagi dong..”,
“ya nanti kalau mau kita ngeseks dirumahku bisa”,
“yee, makasih ya yang”. Lalu Pasangan baru itu jadi makin dekat, beberapa kali mereka mencoba untuk berhubungan seks lagi.

Entah kenapa pasangan ini bisa tetap bersatu dan akhirnya menikah. #Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Hot Terbaru 2016

Cerita Sex: Desahan Juwita Hati Hot Terbaru 2016 | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Cerita Sex: Desahan Juwita Hati Hot Terbaru 2016  – Suasana pagi di sebuah rumah kost lantai dua yang berbentuk bangunan joglo dan berhalaman luas itu terasa sepi, nyaman dan sejuk. Banyak pohon rindang yang tumbuh seperti pohon mangga yang mulai berbuah, pohon talok, pohon kelapa muda yang nyiur melambai, beberapa pohon besar, dan sejumlah tanaman hias dengan bunga-bunga yang cantik mengelilingi area bangunan kost.



Cerita Sex Mahasiswa | Beberapa sangkar burung yang berisi makhluk lucu bersayap dan bersuara merdu ikut menyemarakkan suasana pagi yang cerah. Semilir angin sepoi yang berhembus mengakibatkan bergeseknya dedaunan pohon, sehingga menimbulkan suara gemerisik untuk menyempurnakan dendang merdu kicauan burung si empunya kost.

Dalam cerita sex ini di salah satu sudut kost, ada sebuah kamar yang menghadap kearah halaman depan. Kamar kost yang sedikit berantakan, khas kamar seorang cowok. Di dinding kamar yang bercat putih gading tertempel berbagai poster diantaranya adalah Slash Sang Gitaris Gun&Roses, Dave Grohll Drummer nya Foo Fighter, SlipKnot, Incubus, dan ada juga The Legend Iwan Fals.
Mereka terbingkai indah menghiasi kamar seorang cowok bertampang ganteng, putih, berpostur tinggi, berambut gondrong dreadlock rasta sebahu, dan berpenampilan metal.

Nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya adalah Brian Kusuma Wardhana, atau yang lebih akrab di sapa dengan panggilan Bre oleh temen-temen kampusnya. Hmm.. Sosok idealis yang mengidolakan Sigmund Freud itu bukanlah terlahir untuk menjadi pribadi yang introvert, dan tidak pula sebagai penyandang schizoprenia.

Seorang aktivis kampus dengan kemampuan orator yang sangat luar biasa. Kemampuan yang tiada duanya, ketika menggerakkan massa mahasiswa untuk turun ke jalan menentang kebijakan kampus yang di rasa merugikan khalayak mahasiswa, maupun menentang kebijakan pemerintahan yang menyengsarakan rakyat.

Untuk kemampuan akademik nya pun bisa dibanggakan, terbukti pencapaian IP yang diatas rata-rata disetiap semester. Dia menjadi sumber contekan temen-temen sekelasnya. Ditambah lagi Bre adalah seorang gitaris band kampus merangkap vocal, yang penampilannya senantiasa terlihat cool dan flamboyan ketika perform on stage. Dengan suara khasnya yang serak, Bre selalu berhasil membius para penonton yang melihatnya ketika perform menjadi band pengiring Boomerang. Suaranya terdengar gahar dan ngerock abis saat membawakan music cadas.

Maka tak heran, dengan berbagai atribut yang disandangnya, Bre menjadi sosok yang begitu familiar di lingkungan kampus. Dari kalangan Rektorat, para dosen, staff kampus, mahasiswa awal sampe yang sudah senior, dari pedagang di kantin sampai tukang becak yang biasa mangkal didepan kampus pun tahu, siapa itu Bre. Penampilannya terlihat Hellboy tapi berjiwa Playboy, Itulah ciri khas seorang DonJuan.

Kemampuan bersosialisasi dengan tidak membeda-bedakan dari golongan dan dari status sosial apa teman-temannya berasal, menjadikan Brian menjadi sosok yang begitu disegani baik oleh kawan maupun lawan politiknya di BEM maupun HMJ.

Di langit-langit kamarnya terdapat tempelan semacam stiker bulan dan bintang dari bahan fosfor, yang akan telihat menyala disaat lampu neon dipadamkan ketika malam menjelang. Sebuah fan kecil untuk sekedar penghilang rasa gerah pun tergantung cantik diatas langit-langit kamar untuk menemani keberadaan sang bulan dan sang bintang.

Lantai keramik putih terlihat bersih, tapi meja belajar yang diatasnya terdapat monitor lcd komputer terlihat berserakan dengan berbagai macam buku. Baik buku diktat materi kuliah maupun buku-buku fenomenal karya (alm) Bastian Tito, buku filsafat karya Darwin, Aristoteles, Galileo, ataupun Stalin. Memang berat juga kadar bacaan Brian alias Bre ini, tapi dengan buku-buku itu pula Bre menjadi seorang pemuda yang mempunyai otak Brilian. Ada juga koleksi buku Dont Sweat For Small Stuff, buku music karya Mozart, dan buku The Darkness Of The Earth.

Dipan berkasur busa itu terlihat tampak bergerak-gerak mengeluarkan suara berdecit, membalas sapa suara gemerisik daun yang terhembus angin dan suara burung yang berkicau merdu saling bersahut-sahutan. Hmm.. Ternyata di bawah dipan berkasur busa itu teronggok bra berenda warna hazzel. Tak jauh dari situ, celana dalam mini yang lebih menyerupai thong warna senada dengan bra juga tergeletak seenaknya, menemani celana panjang jeans hitam pencil yang tertutup kaos cewek ketat warna-warni dengan model ala gadis-gadis sirkuit.

“Ummppfhhh!!” Lenguhan binal yang tertahan terdengar samar. Diatas kasur empuk itu terlihatlah sesosok gadis bertubuh padat berisi, berkulit cokelat terang cenderung keputih, telanjang, dan sedang beraksi meliuk-liuk erotis diatas tubuh seorang cowok gondrong yang sedang telentang, yang juga dalam keadaan telanjang.

Kedua tangannya lurus diatas kepala, kadang siku tangan menekuk dan kedua telapak tangannya menguyel-uyel kepalanya sendiri dengan gerakan yang sensual sembari mengeluarkan desisan nikmat. Sesekali dia mendongakkan kepala keatas dan mengibaskan rambut ikalnya ke kanan dan ke kiri, sebagai bentuk ekspresi kenikmatan yang sedang menyusup kedalam setiap aliran darah, dan kedalam setiap sumsum. Punggung gadis yang terlihat mulus dan licin itu, kini terlihat mengkilat karena keringat yang di keluarkan melalui pori-pori kulit tubuhnya.

Tubuh bugil tanpa selembar benang itu bergoyang semakin hot dan bertambah semakin erotis, ketika batang kontie yang sedang dikendarainya semakin menancap jauh kedalam meki dengan bulu jembie yang di cukur tipis membentuk segitiga, diatas belahan meki yang sedang tersumbat oleh batang kontie berurat menonjol.

“Sshhhh!! . . Oughh!.. Pyeek!.. PyekK!.. PyeekK!!.. Aaakhhh!!” Suara desahan kedua insan yang sedang memacu birahi itu saling menggenapkan dengan suara seksi yang bersumber dari gerakan ritmis sepasang kemaluan mereka beserta pelengkapnya yaitu kontie, mekie, dan lendir-lendir rangsang yang telah melumasi sepasang alat kawin yang jika di gunakan sembarangan, kata nenek akan sangat berbahaya tentunya.

Kedua telapak tangan cowok itu segera meremas pinggul si gadis yang masih saja tiada henti mengulegkan meki untuk mencoba menghaluskan kontie yang sedang tertumbuk dan terperangkap di dalam kehangatan sebuah daging mentah nan nikmat yang bernama meki. Diusapnya pinggang ramping itu perlahan keatas, sampai kedua jempol si cowok menyentuh dinding payudara berkulit mulus yang sekel di bagian luar.

Seiring remasan di kedua buah buntalan payudaranya, si gadis langsung mencondongkan tubuh ke belakang dengan kedua tangan lurus kebelakang bertopang pada lutut cowok yang sedang di setubuhinya. Gerakan pinggul yang tadinya berupa goyang memutar berubah menjadi maju mundur dengan frekwensi yang cepat. Wajah tirus berhias bibir sensual itu memerah menahan letupan gairah.
Hmm.. Wajah yang cantik dan nakal menggoda..

“Slephh!.. Sleephh!!.. Slephhh!!”
“Ouughh sshhh!!!.. mmpphfff!!.. nikmatt se..sekalii.iihhh kontii luu..uughh!! Aakhh!!”, rengek mesum gadis berambut ikal sambil memejamkan mata, tapi dengan pinggul yang masih terus merajam kontie dengan gerakan maju mundur.

Cowok flamboyan itu segera menegakkan tubuhnya, untuk memburu buah dada sekel yang terlonjak-lonjak karena gerakan erotis dari tubuh gadis itu sendiri. Sepasang toked ranum yang berhiaskan puting warna cokelat terang tampak sudah mengacung keras, menandakan gairah yang dialami si empunya semakin tinggi dan bertambah tinggi.

Tak berapa lama, puting susu itu pun sudah terperangkap dan terkulum nikmat didalam mulut. Terbelit lembut oleh lidah nakal cowok penghuni kamar kost yang sekarang mulai menguasi, menjilati, dan menyentil sepasang puting imut tersebut pake ujung lidah. Melihat itu, si gadis manis langsung melingkarkan kedua tangannya ke leher belakang si cowok, dan menekan kepala belakangnya biar wajah cowok cakep itu terbenam dan menempel erat pada kedua susunya yang tampak semakin merangsang dengan adanya peluh.

“Gi.. gigithh putingnya..akhhh!! Uughh! yaak ben.nerr gituu..uughhh!! Sshhh yesshh!!”, ucap gadis berwajah tirus memberikan instruksi.

Gerakan pinggul yang tadinya maju mundur, sekarang menjadi gerakan spiral naik turun mengurut-urut kontie berurat yang tampak gagah.

“Ummppffhhh!!.. Aaakhh!” pekik lirih yang terdengar manja dari si empunya toked mulus, ketika buah susu nya yang bener-bener kenyal menggairahkan itu tercupang berkali-kali oleh gigitan nakal cowok idola kampus yang sekarang ini sedang disenggamainya.

“Shitt!! Yea.aahhh!! An.Anjriitt!! Meki luu en.nyaak bahh.ngeetshh!!.. Ouughhh!!!”, ucap gagu si cowok, setelah merasakan gerakan memutar badan yang tiba-tiba dari seorang gadis cantik yang sedang terbakar gairahnya.

Otomatis batang kontie yang sedang dan masih dalam keadaan tertawan di dalam kehangatan meki peret nan nikmat itu terpelintir kuat-kuat.

Sekarang, gadis berwajah manis dengan rambut ikal yang indah terawat itu sudah memunggungi cowok berotak brilian, dengan masih tak henti-henti nya menggoyang, memaju-mundurkan, dan menaik-turunkan pinggulnya untuk menciptakan dan memberikan rasa nikmat yang terus-terusan tanpa putus tiada henti.

Dengan gerakan perlahan, cowok itu mulai memposisikan tubuh si gadis biar merunduk dan merangkak untuk melakukan doggy. “Jreebhhh!!.. Jrebhh!.. Sleephh!!.. Sleepphhh!!!” Suara hantaman batang kontie merajam didalam celah liang meki yang sekarang tampak terlihat semakin memerah karena bergesekan terus-menerus dengan kulit pembungkus batang kontie.

“Aaaakhhh!!.. mmpphhh!”, lenguh nikmat mereka berdua bersahut-sahutan bagai irama orkestra, tatkala gerakan mengocok cowok ganteng itu semakin cepat dan bertambah cepat.

Gadis yang wajahnya kini semakin memerah karena kobaran gairah yang terus melandanya itu merasakan kalo meki nya mulai berkedut-kedut, meremas, dan menyedot kontie yang masih terus saja menghunjam dan menjajah meki legit untuk mengail kenikmatan sepuas-puasnya. Dia langsung menegakkan tubuh telanjangnya keatas dan menolehkan kepalanya kebelakang untuk melakukan hot deep kiss, 99style berlangsung, dengan kedua tangannya yang melingkar di leher cowoknya itu.

Kedua tangan cowok bertubuh tinggi atletis pun serta merta langsung memerah, meremas, mengurut-urut bongkahan buah dada si gadis yang terpental-pental. Tak lupa puting yang menghiasi sepasang toked ranum itu juga kena pilinan lembut.

“Plook!.. Plokk!!.. PlookK!!!” Bunyi suara benturan pangkal kontie yang menghantam pantat bulat semok dari gadis yang sedang di setubuhi nya, terdengar jelas. Urat syaraf mereka sudah terpenuhi oleh pancaran gelombang penuh nikmat.

20menit sudah berlangsung, dan…

“Guee mmo ke… keluarrghhh!! Aaakh!!.. gu… guee ga kuu..aattshhh!!”, rengek si gadis menahan sesuatu yang hampir meledak dari dalam tubuhnya.

“Keluarin.. Tuntasin ssemuaakhh!!.. Rasakan nik.niikmatnyaa!!”, jawab si cowok seraya tetap menghunjamkan semakin cepat batang kontie sedalam-dalamnya membelah meki yang terlihat mencengkeram kontie dengan erat.

“I’m cummingggg!!!.. Ouughhh yeeshhh!! Aaakhhh!!.. Uummphhhff!!!”, teriaknya melepaskan gairah binal yang sejak tadi bersemayam dalam tubuh.

Dia menggigit bibirnya sendiri, ketika tubuhnya menggelinjang tergodam badai orgasme. Kedua telapak tangannya menancapkan kuku-kuku di paha belakang cowok berambut dreadlock, yang tetep ga mau berhenti menusukkan batang kejantanannya, ketika si gadis sedang mengalami puncak klimaks.

Karena kedutan yang diciptakan meki berbulu jembie tipis itu sangat kuat, maka tak berapa lama kemudian..

“PLOOPPH!!” Ditariknya batang kontie yang sedang menyumpal meki peret itu.
Gadis berwajah tirus pun langsung berbalik arah menghadap kontie yang siap memuntahkan lahar yang panas, dengan memasang tampang binal yang sangat bitchy..

“Ooohhhh!!.. Guee.. Keelll.. Uuaarghhh!!.. Aaargghhh!!.. Mmmphhfff!!!!”, teriak pejantan ganteng sambil nyemburkan cairan sperma kearah mulut yang menganga dengan lidah terjulur keluar milik si gadis.

“..CROT!.. CROOT!!.. JROTTH!!.. JROOTHH!!.. CROTT!!” Cairan sperma kental itu juga muncrat membasahi wajah dan sepasang buah dada si gadis yang menggelantung indah dan gemesin.

Setelah semburan sperma berhenti, gadis berkulit eksotis itu langsung mengelomoh batang kontie yang tampak basah, hingga bener-bener bersih mengkilat. Fyuhhh.. Mereka lemas sesaat, dengan nafas terengah-engah kekurangan oksigen.

Setelah semuanya kembali normal, gadis itu bangkit berdiri dan segera mengenakan celana dalam, bra, dan celana jeans juga kaos warna-warni dengan model ala gadis sirkuit.

Sepasang anak manusia yang baru saja mendaki dan menaklukkan puncak gunung seksual yang bernama orgasme itu adalah Brian alias Bre. Dan gadis cantik berwajah tirus dengan rambut ikal terawat yang menjadi partner ngesex nya adalah sang pacar yang bernama Karen, yang juga seorang spg freelance, berasal dari kalimantan. Mereka berdua satu kampus dan satu fakultas.
Cerita Panas Juwita Hati

“Gimana Bre dengan permintaan gue kemarin? Mau kan lu ngelamar gue? So, begitu kelar kuliah kita langsung married,” ujar Karen enteng sembari me make-up ulang wajah cantiknya yang tirus.
Sambil memakai celana, Bre pun menimpali ucapan Karen..

“Waah ga bisa kaya gitu dong! Gila apa langsung married. Gue masih muda lagii, gue pengen nyari kerja yang bener dan berkarier dulu. Udah gitu, gue juga mo nyenengin ortu sama keluarga.. Gila lu ahh!”

“Yaa ga bisa gitu juga dong Bre, lu musti ketemu Bokap Nyokap gue dulu..” Percakapan Bre dan Karen pun semakin memanas.

“Karen, kita masih muda, jalan kita masih panjang. Gue belon mau terikat secara serius! Lagian elu liat kan, gue masih kesulitan dengan satu mata kuliah yang ga lulus-lulus, meski udah gue ulang keempat kalinya.

Eee.. Lu bukannya bantuin atau gimana kek, malah yang dipikirin setiap kali ketemu gue pasti dah pokok bahasaannya married, married, dan married. Emang gue punya tampang penghulu petugas KUA apa?? Gue bisa depresi tau ga, Kalo setiap ketemu pasti lu nanya kapan married? Kaya iklan aja. Jangan siksa gue, pliss!!”, dengan gamblang Bre menjelaskan semuanya sembari menyulut rokok.

“Lu pasti gitu, ngeles terus.. alesan terus dari pertanyaan gue!! Kalo depresi yaa itu derita lu. Jangan cemen dong, jadi cowok!”
“Jangan rongrong gue dong, jadi cewek!!”
“Ooo.. Jadi selama ini lu ngerasa gue rongrongin??”
“Tepat!! Nah tuh juga kelakuan lu yang malah ngatain, kalo depresi yaa derita lu. Apaan kaya gitu!”
“Kenapa emang? Haah!?”
“Karena cara berpikir lu itu terlalu pendek, terlalu sempit. Udah ahh, udah!! Bikin kusut otak aja. Gue mau ke perpustakaan kampus. Lu mending balik pulang aja deh Kaar…..”
“BLAARR!!!” Suara pintu kamar kost Bre terdengar terbanting keras, seiring kepergian Karen meninggalkan Bre begitu saja.

Brian cuek bebek dengan kelakuan Karen yang ga bermutu dan childish itu. Sekarang, aktivis kampus yang sedang galau itu beranjak jalan menuju ke perpustakaan untuk mengurai otak kusutnya yang selalu merasa di rongrong oleh Karen. Dasar cewek. Dulu aja waktu gue peDekatein susahnya minta ampun. Jaim lah, Sok penting lah. Tapi giliran udah jadian malah suka maksain kehendak, ngekang, dan ngerongrong gue. Bikin kusut otak aja. Termasuk kejadian eM eL pagi ini di kamar. Tadi, tiba-tiba aja Karen dateng ke kost, masuk kamar dan maksa gue untuk nge eM eL in dirinya. Huuftt.. Bener-bener daah! Apa emangnya kebanyakan cewek tuh kaya gitu? Aah masa bodoh..
Jalan yang membelah gedung induk kampus terlihat lenggang. Hanya sedikit mahasiswa yang terlihat berlalu-lalang. Kadang terdengar suara jerit teriakan, kemudian disusul suara tawa berderai yang berasal dari salah satu sudut bangunan rektorat. Disana ada sekelompok mahasiswa-mahasiswi yang lagi asyik bercengkerama sambil bersenda-gurau.

Setelah membalas sapa temen-temennya walau hanya sekedar say hallo ataupun lambaian tangan, Bre pun melanjutkan langkah kaki nya yang gontai tertutup sneakers merah menuju ke perpustakaan. Dia berjalan membelah taman kampus yang cukup rindang dengan pohon-pohon yang berdiri gagah seakan menantang pancaran cahaya sinar matahari, untuk melindungi siapa saja yang berteduh dibawah rindangnya sang pohon.

Bunga-bunga yang mekar elok penuh warna dari tanaman hias pun bener-bener memukau siapa saja yang melihatnya. Angin yang berhembus lumayan kencang, mampu menerbangkan daun-daun pohon yang telah menguning dan kering. Mereka tersapu terbang jauh oleh Sang Bayu. Hmm.. Hari yang indah bagi jiwa yang sepi..

Setelah sesampainya di perpustakaan kampus tercinta, Bre segera menuju ke tempat rak buku, untuk mencari sebuah buku referensi yang ingin di bacanya. Ketika sedang asyik memilih buku, Bre pun ga sengaja menyenggol sejumlah tumpukan buku, dan “BRAAKK!!” Suaranya terdengar sangat keras di dalam ruang perpustakaan yang hening, sehingga sejumlah orang yang sedang asyik membaca atau menulis pun tersentak kaget.

“Jangan berisik ahh!”
“Huu.. Rese lu bikin kaget aja!!”
“Ati-ati dong!”
“Sssstttt!!!”

Berbagai kecaman langsung menyerang sosok Brian dari segala arah delapan penjuru mata angin. Tak terkecuali kedua gadis yang langsung berbisik-bisik sambil melirik Brian yang tampak sibuk merapikan kembali buku-buku yang berserakan. Bre tau jelas, kalo dirinya sedang digunjingkan oleh kedua gadis yang duduk didekat kaca jendela. Bre menatap kedua gadis itu.

“Wuih, cewek yang berbaju merah cantik bangeett. Anggun, Rambut lurus berkilau sepertengahan punggung, wajahnya berkulit putih cerah, matanya bening, hidungnya bangir, bibir mungil yang tipis kemerahan, dan.. daan.. Amboi, lesung pipit itu duhai menawan, dan…..” gumam dalam hati Bre pun buyar, ketika terdengar suara dehem dari mulut mungil cewek baju merah itu, dan pelototan mata beningnya.

“Ehemm! Ehemm!! Apa genderuwo boleh masuk di perpustakaan ini ya, Res?” gumam cewek berbaju merah menyindir dengan suara agak keras biar terdengar oleh Bre.

“Ga tau gue, mungkin iya dan mungkin juga tidak..” jawab temennya dengan mengangkat kedua bahu.

“Soalnya ada yang serem gitu.. Hiii” imbuh cewek berbaju merah sesekali melirik kearah Bre dan sesekali pula pandangan mata mereka berdua ketemu. “Aseem! Gue dibilang kaya genderuwo, kurang ajar. Tapi gapapa lah, yang bilangkan cewek cakep.” kata Bre dalam hati.

“Ssstt! Ssttt!! Liat Res, liat.. Dia garuk-garuk kepala tuuh. Pasti dapetnya kecoak yaa. Hihihi..” cewek berbaju merah dan temennya itu terus aja usil menggunjing Bre sambil terkikik, karena mengetahui Bre lagi menggaruk kulit kepala yang sebenarnya tidak gatal, melainkan lagi buntu memikirkan satu mata kuliah yang ga lulus-lulus.

Padahal Bre yakin kalo mampu mengerjakan ujian maupun kuis. Ditambah persoalan dengan Karen yang semakin membikin otaknya kram.

Bre jelas keki disindir oleh kedua cewek kampus itu. Tiba-tiba, berlagak seolah sedang membaca buku yang dipegangnya, Bre pun menyeletuk. “Hmm.. Ternyata ada teori yang menyatakan, Jika ada seseorang yang suka menggunjing orang lain, dan itu menjadikan sebuah kepuasan atau kesenangan sesaat dari orang yang menggunjing orang lain tersebut, maka seseorang itu dikategorikan berjiwa sakit secara psikologi..”
“Hahaha.. Mampus kaga lu..” ucap Bre dalam hati sambil tertawa puas, kemudian melirik kearah mereka berdua.

Cewek berbaju merah tampak kaget dan terbengong mendengar seloroh Bre. Temennya cuma terkikik sambil menyikutkan sikunya kearah rusuk cewek berbaju merah.

“Makanya gasah aneh-aneh lu.. Meskipun gondrong dan berpenampilan metal tapi ternyata smart juga orangnya. Hmm.. Ganteng juga lhoh, ujie mah jauuh..hihii..”, ujar temen si cewek berbaju merah sambil melirik menggoda.

“Apaan sih lu.. Huuu!”
Sementara itu, Bre terlihat berpikir serius.

“Mmm.. Gue harus menulis berbagai planning, harus ngapain aja dalam menghadapi the killer lecture itu. Masak cuma gara-gara mata kuliahnya, gue gagal meraih gelar kesarjanaan?? Hmm.. Kemudian gue juga harus bikin tulisan mengenai rencana-rencana impian gue. Oke, Siip!!” gumam Bre pelan tapi bersemangat.

Bre mengambil kertas dan bollpoint. Dia menulis angka 1 di kertas.
“Sret” kok ga keluar? Dicobanya lagi menulis.

“Srett” waduh masih ga keluar juga. Sekali lagi dicoba menggoreskan bollpoint nya,”Shrett” tetep aja ga keluar tintanya alias macet.

“Aaaah!!! Kampret!! Pake acara macet segala. Baru mau menulis rencana impian menuju kesuksesan aja udah terhambat, gimana menjalaninya??.. Huuft!!” rutuk Bre kesal.

Tiba-tiba aja Bre teringat dengan makhluk cakep yang tadi selalu menyindirnya. Bre pun berjalan kearah dua gadis itu.

“Maaf, boleh pinjem bollpoint nya? Sebentar kok.” bilang Bre ramah.
“Ehh.. Mmhh.. g.gimana yaah.. emhh..” cewek berbaju merah terlihat gugup dan grogi dipandang oleh mata elang Bre.

“Udah pinjemin ajaa gapapa.. Tapi jangan lama-lama ya mas!” ucap si temen cewek berbaju merah pada Bre seraya menyerahkan bollpoint.

Si cewek berbaju merah cuma terbengong, ketika temennya merebut bollpoint parker yang sedang dipegangnya, dan segera di pinjamkan kepada cowok ganteng berambut dreadlock itu. “Makasih yaa, tenang aja aman kok.. Hehehe” kata Bre ramah sambil menebarkan ranjau senyuman mautnya. Bre kembali duduk di kursi panjang yang saling berhadapan dengan kedua gadis yang duduk di depannya. Dia mulai menggoreskan bollpoint diatas kertas.

Cukup lama juga Bre sibuk menguas dan menggores kan tinta bollpoint parker itu. Kadang tersenyum sendiri, tapi kadang juga alisnya berkerut tajam berpikir serius, terus terdiam sesaat, udah gitu tiba-tiba langsung garuk-garuk kepala, kemudian melanjutkan lagi aktifitasnya yang kalo orang lain melihatnya pasti akan tersenyum simpul oleh tingkahnya.

“Balik yuuk, dah siang neh..”, ajak gadis berbaju merah.

“Bollpoint lu gimana?”
“Lu ambil dong, kan lu yang minjemin..”
“Tapi kan punya lu..”
“Yeee, ga bisa gitu kalee, orang elu tadi yang langsung ngerebut bollpoint dari tangan gue kok!” sahut cewek berbaju merah dengan galak.
“Iyaa-iyaaa, tapi gue takut mintanya. Liat, dia senyum-senyum sendiri kan? Jangan-jangan, gila nya kumat. Hii..”
“Aah sialan lu, kalo gitu kita samperin aja berdua..”
Bre pun memandang hasil coretan pada kertasnya, dan kemudian menepuk jidatnya sendiri. “Bego!! Kok gue malah gambar sketsa wajah cantik cewek baju merah itu sih? Padahal kan mo bikin planning impian gue? Aah, ternyata ada hambatan kedua lagi deh.” kata Bre dalam hati, kemudian dia melihat kedua cewek itu berjalan kearahnya dengan ragu-ragu.

Bre pun langsung tanggap dan menyerahkan bollpoint parker punya cewek baju merah seraya berujar, “Makasih yaa, sori lama. Eeh ni pada mo pulang? Bareng yuuk..” ajaknya, “Iya mo pulang. Ayok aja kalo mo barengan.” sahut temen cewek berbaju merah.

Cewek cantik yang berkesan anggun itu terlihat selalu diam selama berjalan meninggalkan perpustakaan kampus. Bre pun asyik menyensorkan mata kearah tubuh semampai cewek berbaju merah.

“Gila jack! Kulit pinggangnya putih bangeett, tokednya juga mantap lumayan nyembul meski bajunya ga ketat. Dahsyat man!!” batin Bre, demi melihat baju merah cewek cantik itu tersingkap dan memperlihatkan sedikit akan keelokannya.

Mereka bertiga berpisah di sebuah perempatan. Cewek berbaju merah belok kanan memasuki jalan kampung Sidomukti, temennya jalan lurus, dan Bre sendiri belok kiri menuju rumah kost nya. – Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Cerita Sex: Desahan Juwita Hati Hot Terbaru 2016

Minggu, 31 Januari 2016

Cerita Sex: Titin, Gadis Sunda Hot Terbaru 2016 | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Cerita Sex: Titin, Gadis Sunda Hot Terbaru 2016 – Pertengahan bulan April yang lalu, kami mendapatkan seorang pembantu baru bernama Titin, seorang gadis Sunda berumur 15 tahun, berwajah bulat dan manis dan sangat kekanak-kanakan, rambut sebahu dan berkulit putih, bertubuh mungil, sangat seksi dengan kedua buah dada yang ranum untuk gadis seusianya.



Ia bercerita kalau dia terdampar ke Jakarta karena melarikan diri dari rumahnya di kampung saat hendak dikawinkan oleh orang tuanya dengan seorang laki-laki tua yang telah beristeri, sedangkan saat itu ia sudah menjalin hubungan serius dengan pacarnya. Oleh salah satu kenalannya dari kampung, yang empunya yayasan penyalur tenaga kerja ia ditampung sebagai tenaga kerja pembantu.
Di minggu pertama kehadirannya di rumah kami, Titin bekerja dengan rajin, tetapi karena usianya yang masih muda, ia masih sangat bersifat kekanakan dan manja. Titin senang berpakaian baju kaos terusan model daster, sehingga tubuhnya yang mungil dan padat tercetak dengan jelas pada pakaiannya itu.

Aku sangat bernafsu sekali melihat Titin dalam keadaan seperti itu, terutama bila ia mencuci pakaian, dan kaos yang dipakainya tersiram air sehingga basah. Penisku langsung menegang dengan keras, ingin rasanya langsung memeluk dan meremas-remas tubuhnya yang bagus itu.

Sesekali aku dengan halus berusaha menyenggol pinggulnya atau payudaranya bila berpapasan seakan-akan tidak sengaja, Titin biasanya diam dan senyum-senyum saja. Aku terus berusaha mencari akal untuk bagaimana caranya bisa menikmati dan menggeluti tubuh Titin yang ranum itu. Sampai satu hari, aku menemukan persediaan obat-obatan di lemari dan di situ terdapat sejumlah obat tidur.

Aku melirik ke arah jam dinding, sudah tengah malam. Aku melirik lagi ke arah istriku, yang terbaring dengan nyenyak di sisiku. Ia telah tertidur sekitar setengah jam yang lalu, dan aku memang menunggu saat ini untuk meyakinkan bahwa tidurnya benar-benar nyenyak.

Saat aku telah yakin benar bahwa isteriku telah tidur nyenyak, karena aku tahu persis kalau ia sudah tidur, akan sangat susah sekali untuk membangunkannya, apalagi ditambah minum susu kocok yang dibubuhi obat tidur. Aku cepat-cepat bangun dari tempat tidur dan langsung berjalan ke arah kamar mandi. Aku mengambil sehelai handuk kecil serta membasahinya dengan air hangat serta kemudian keluar dari situ dengan tidak lupa mengambil handuk, tidak lupa sayapun membuka semua pakaianku sehingga aku telanjang bulat.

Aku berjalan langsung ke kamar Titin, tempat di mana ia tidur dan saat ini ia tidur dengan pulas sekali, aku tahu demikian karena iapun meminum segelas susu kocok bercampur obat tidur sebagaimana isteriku. Pelan-pelan aku membuka pintu kamarnya dan setelah mataku terbiasa dengan cahaya kamar Titin, aku dapat melihat badannya yang terbaring di dipan. Titin tidur tanpa mengenakan pakaiannya, mungkin karena kamar yang agak panas, ia hanya mengenakan celana dalamnya saja.

Payudaranya yang montok tampak menyembul dengan indahnya, dengan puting yang mencuat kecil kemerah-merahan. Rambutnya tergerai dan dibalik celana dalamnya yang tipis terbayang rambut-rambut vaginanya yang tipis. Aku berdiri memperhatikannya, bibirnya yang manis mengeluarkan napas dalam tidurnya yang nyenyak. Benar-benar gadis 15 tahun yang menggairahkan.

Aku menaruh handuk kecil dan handuk besar di kaki tempat tidur, kemudian aku menyentuh pipinya, Titin tidak bereaksi sedikitpun terhadap sentuhan itu, aku mengulum bibirnya serta meremas dengan pelan kedua buah payudaranya bergantian. Ooh, kulitnya halus sekali, sungguh nikmat meremas payudara Titin ini. Aku mengangkat badannya dan mendekatkan kepada pinggiran tempat tidur, sehingga kakinya tergantung pada pinggir tempat tidur tersebut. Celana dalamnya kulepaskan perlahan.

Titin bergerak untuk berbalik, tetapi aku menahannya pada pinggulnya yang bulat. Kemudian aku membuka kedua belah pahanya yang mulus dan mencium vaginanya yang kecil, ooh.., nikmat sekali. Sesekali kusapukan lidahku pada clitorisnya, kemudian clitorisnya kukulum-kulum dengan bibir dan memainkan lidahku untuk menjilat-jilatnya, pinggul Titin bergelinjang dan kakinya secara refleks menjepit kepalaku.

Pelan-pelan aku mengangkat kedua belah kakinya sehingga kedua kaki Titin terlipat dan kedua lututnya menempel pada payudaranya yang ranum dan kedua telapaknya bertumpu pada pantatnya yang bulat. Dengan perlahan aku mulai menindih Titin dan menahan agar ia jangan bergerak sehingga posisinya berubah. Penisku yang sudah sangat tegang langsung kuarahkan ke vagina kecilnya yang sudah menanti. Benar-benar gerakan yang susah sekali mengingat Titin tetap tertidur dan tidak memberikan gerakan bantuan kepadaku.

Aku menekan ujung penis yang sudah benar-benar keras ke arah kedua belah bibir vagina Titin dan menggosok-gosokan terus berulang-ulang sehingga cairan mulai membasahi vaginanya. Aku mengisap-isap payudaranya yang ranum dan tetap menggosok-gosokan ujung penisku ke vaginanya untuk mempersiapkan vagina Titin menyambut penisku yang besar ini. Aku menekan penisku pelan-pelan sehingga sepertiga dari penisku mulai amblas ke dalam vagina Titin yang sempit. Aku berhenti sebentar untuk merasakan kehangatan, licinnya cairan dan cengkeraman liang vagina Titin pada penisku nikmat sekali. Aku menekan terus ke dalam liang vaginanya.., aduuh.., hangatnya.., nikmat.
Setelah penisku masuk setengahnya ke dalam vagina Titin, baru kusadari bahwa vagina Titin ini sangat sempit sekali. sungguh ketat otot-otot vaginanya mencengkeram penisku, aku menekan lagi dengan keras sampai penisku terbenam seluruhnya ke dalam liang vagina Titin sambil menahan nikmat yang dihasilkan oleh vaginanya yang mulai berdenyut-denyut meremas penisku.

Aku benar-benar tidak dapat menahan kenikmatan yang begitu nikmat akibat denyutan dan remasan vagina Titin ini, aku langsung menarik penisku dengan cepat sehingga tinggal kepala penisku saja di dalam vaginanya kemudian secara cepat dan keras kubenamkan lagi, begitu berulang-ulang secara perlahan-lahan, aku merasakan bahwa otot-otot vagina Titin mengejang dan memberi cengkreaman yang keras kepada penisku yang besar.

Setelah beberapa saat aku diam untuk menikmati kenikmatan vagina ini, aku mulai lagi untuk menarik dan menggenjot masuk penisku, kuulangi lagi gerakan ini berulang-ulang, masuk.., keluar.., tarik.., tekan.., tarik.., tekan dalam-dalam. Aku benar-benar bernafsu sekali kepada Titin, apalagi saat aku menekan dan menarik, kedua payudaranya berayun-ayun bagai mengikuti irama gerakanku.
Aku merasa bahwa aku sudah mau sampai puncak orgasme, biarpun aku mau keadaan ini tetap berlangsung terus, tetapi aku harus cepat-cepat mengakhiri ini kalau tidak mau tertangkap basah, biarpun Titin dan isteriku sudah terkena pengaruh obat tidur. Bahaya ketahuan tetaplah bahaya yang besar bagiku.

Akhirnya, aku merangkul badannya yang mungil melewati kedua belah kakinya yang terlipat, aku pertemukan kedua tanganku di belakang punggung Titin dan memeluknya erat sekali ke badanku, kemudian aku memutar pinggulku sambil tetap menekan ke arah vaginanya sehingga aku bisa menanamkan penisku sedalam-dalamnya di liang vagina Titin sampai penisku terasa menyentuh liang peranakannya.

Aku benar-benar tidak pernah merasakan hal seperti ini, mungkin hal ini terjadi karena perbedaan ukuran tubuh dan penisku yang besar dibanding tubuh Titin yang begitu mungil. Aku menekan terus, kemudian menarik penisku lagi dan menekan lagi dengan keras dan cepat, sehingga terasa tubuhnya bagaikan orang yang menggigil dan cengkeraman vaginanya terasa semakin memuntir batang penisku, benar-benar nikmat dan nikmat sekali, Tanpa terasa aku menggigit payudaranya yang kanan dengan gigiku.

Saat aku menekan batang penisku dalam-dalam ke liang vaginanya, sampailah aku kepuncak kenikmatan bersetubuh, penisku mengeluarkan cairan mani yang menyemprot masuk ke dalam liang vagina Titin dalam-dalam. Aku tetap menekan terus dan tidak melepaskan batang penisku dari dalam vaginanya sampai aku tidak merasakan lagi denyutan-denyutan yang mencengkram. Begitu aku mencabut batang penisku, aku langsung menggosok-gosokan ke bibir vaginanya yang kecil itu sebelum aku mengambil handuk basah untuk mengelapnya.

Aku langsung membersihkan badan Titin dengan handuk lembab untuk menghapus segala tanda-tanda persetubuhan yang terjadi dan memakaikan celana dalamnya lagi serta mengatur tubuhnya dengan rapi di tempat tidur. Tanpa membersihkan diri lagi langsung saja aku menaruh handuk-handuk tersebut ke tempat cucian dan kemudian kembali ke kamarku.

Esok pagi, aku bangun agak terlambat, isteriku sudah pergi ke kantor duluan, saat aku ke belakang menuju kamar mandi, tampak Titin sedang duduk termanggu-manggu melamun di atas sebuah bangku kecil di tempat cucian.

“Ada apa, Tin.., kok pagi-pagi ngelamun siih”, sapaku.

“Aakh.., nggak.., anu Pak..”, jawabnya.

“Anu.., apanya”, kataku lagi.

“Itu.., tadi malem Titin mimpi.., kok.., aneeh bener”, jawabnya senyum-senyum.

Waktu melewati Titin, aku menengok ke arah belahan payudaranya yang terlihat dari sela-sela daster kaosnya, tampak sekilas di atas payudaranya yang sebelah kanan bekas gigitan yang memerah.., Waahh. – Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Hot Terbaru 2016