Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, – Cerita Sex: Hasrat Gairah Cintaku yg Menggebu – Sialan, barusan Aa telp ngabarin dia gak bisa jemput lagi. Sudah seminggu ini Aku gak dijemput, Kami ribut gara gara Aku cemburu sama si Perek itu. Habisnya Dia manja manja terus. Memang sih, Aku tidak melihat langsung dia bermanja dengan suamiku, cuma dengar dari cerita teman temanku yang sering melihat mereka bersenda gurau.
Tapi kuping ini tetap panas mendengarnya. Aku sudah menikah dengan Aa sekitar 2 tahun, sebagai istri keduanya. Sebelumnya kami sudah 5 tahun pacaran. Aa dulu adalah atasanku, Aku suka dia karena humornya dan suaranya yang menurutku sangat sexy. Aa orangnya romantis sekali , seringkali aku hanyut dalam buaiannya. Dan di akhiri dengan ML. Keperawananku kuberikan padanya, karena aku sangat mencintainya.
”Sore Mam !” Suara manja terdengar dari belakang membuyarkan lamunanku, kulihat si Hendra dengan senyumannya yang khas. Karyawanku sering memanggilku Mami, agar terasa lebih akrab.
”Sore juga item” Aku biasa memanggilnya Item, cuma giginya aja yang keliatan putih yang lainnya berwarna hitam.
”Kenapa mam, koq keliatannya sedih amat, ada yang bisa saya bantu? ”
”Alah, loe kayak bener aja greetingnya.” Si item Rider yang lumayan rajin.
Memang belakangan ini dia sering memperhatikan dan curi curi pandang.
“Ada masalah dengan pacar ya Mi?” Item bertanya dengan menyelidik.
Memang seluruh karyawan di kantorku tidak ada yang tahu kalau aku sudah menikah dengan Aa. Juga si item.
”Iya nih Dra, pacar Gue gak jemput lagi hari ini. Masih marah kali” jelasku.
Mereka belum tahu kalau Aku sudah menikah, Selama ini aku mengaku masih pacaran.
”Udahlah Mi, gak usah dipikirin. Hendra bersedia nganter Mami pulang” Ia menawarkan diri
”Kamu kan pulangnya sekarang, Mami masih 1 jam lagi, apa loe gak ada janji?” Tanyaku.
”Ada sih Mi, tapi kalau itu bisa buat Mami senyum lagi saya bisa tunda koq janjinya. Cuma janji sama si Asep aja.” Hendra berusaha membujuk.
”Iya udah, tunggu sampe jam 4 ya”
”Oke Mi, Hendra tunggu di Dunkin bawah ya? Jam 4.” Ia mengulangi untuk meyakinkan.
Tau aja tuh anak Aku suka janjian sama Aa disana. Jangan jangan dia pernah liat, ah bodolah. Aku selesaikan pekerjaan sampai jam empat. Aku turun, sambil berpikir bagaimana caranya baikan sama Aa. Oh iya namaku Yuyun, sekarang umurku 30 tahun. Tinggi tubuhku 165 Cm, berat 55 Kg.
Menurut mereka tubuhku sangat seksi. Apalagi pantatku cukup bulat dan berisi dengan sepasang betis yang indah. Dan juga sepasang payudara berukuran 36D menghiasi dadaku, tampak padat dan serasi dengan bentuk tubuhku. Kulitku agak gelap dan tidak bercahaya, kata orang bila seorang wanita mempunyai kulit sepertiku mempunyai birahi sex yang tinggi.
Memang hal itu aku rasakan, Aku merasa gelisah bila satu hari saja aku tidak ML. Sejak pacaran dengan Aa, Aku mempunyai hasrat sex yang tinggi. Hampir setiap hari kami ML, kecuali saat aku datang bulan. Aa sering Memuji bahwa tubuhku mirip dengan Sarah Ashari, artis seksi. Aku bekerja sebagai pengawas di salah satu kuliner, dan Aa adalah atasanku.
Pas saat Aku menuruni tangga parkir, tiba tiba ada yang memanggil namaku.
”Hey, anak kurang ajar manggil Yuyun, Yuyun….” Kataku menghampirinya dan sambil meninju lengannya.
”Kan kalo diluar kita teman, bukan Mami Saya lagi” Sambil memperlihatkan senyumannya yang khas itu.
Hendra memakai T-Shirt tanpa leher yang agak ketat dengan lengan pendek, kontras dengan kulitnya yang hitam. Bawahannya Jeans, sexy juga nih anak, pikirku. Hendra punya perawakan yang agak kecil, lebih tinggi aku 5 cm. Umurnya baru 24 tahun. Aku memang dekat dengan karyawan, walaupan dekat dengan mereka Aku tetap tegas menghukum mereka apabila mereka berbuat salah. Disamping itu aku punya karyawan yang selalu aku andalkan, salah satunya Hendra.
”Kan janjiannya di Dunkin, malah nyelonong ke jalan. Katanya gak dijemput?” sindirnya.
”Kirain kamu cuma bercanda nawarinnya.” Elakku.
”Mami udah Hendra pesanin milo, udah gak dingin tuh kayaknya!” Sambil menyiapkan bangku untukku. Gentle juga si Hendra.
”So, jadi Hendra antar Mami pulang?” tanyanya melihat milo yang kuminum hampir habis.
”Gue males pulang Dra. Pengen jalan jalan dulu, ngilangin stress.” Jawabku
”Sudahlah Mi, nanti juga dia baekan kalau udah butuh lagi. Biasa Cowok kayak begitu.” Berusaha membujukku.
”Begitu ya Dra?!” Tegasku.
”Iya Mi, mau Hendra antar kemana nih. Cuma bisanya pake motor, angin anginan. Gak pa pa kan sekali sekali” Katanya takut kalau aku tidak bersedia diantar.
”Kemana ya Dra enaknya, Gue gak mau ketempat rame. Gimana kalau kita kepantai?” terlontar begitu saja.
”Maksud Mami kita ke Ancol?” tanyanya mempertegas maksudku.
”Iya Dra, yuk kita kesana. Mau kan?” tanyaku
”Siap Mi” sambil memakai jaketnya. Lalu kita turun menuju parkir motor.
Sepanjang jalan pikiranku masih menerawang saat ribut dengan Aa kemarin. Tanpa kusadari beberapa kali Hendra ngerem mendadak, berkali kali dadaku menempel dipunggungnya. Sampai terasa gesekannya membuatku terangsang. Memang salah satu titik rangsanganku ada di payudara.
”Jalannya yang bener dong Hendra, jangan mendadak kalau ngerem” Tegurku.
Eh, malah dia percepat motornya, hampir aku terjatuh. Secara reflex aku peluk pinggangnya.
”Pelan pelan dong!” pintaku sambil mempererat pelukanku dipinggangnya. Tanpa sengaja kusentuh sela sela pahanya. Eit, dia sudah tegang rupanya. Ada rangsangan mengalir di dadaku, sudah lama Aku tidak merasakan kontol sejak dua minggu lalu, terakhir Aku bertemu Ray di Surabaya. Ada keinginan menyentuh kontolnya, sudah dua kali Aku sengaja menyentuh kontolnya. Ternyata hal itu membuatku tambah terangsang. Ada perasaan kacau antara ingin melepaskan kerinduan akan kebutuhan hubungan sex dan menjaga kesetian terhadap suamiku.
”Kita mau nongkrong dimana Yun?” tanya Hendra, membuyarkan lamunan.
Sialan anak ini udah jadi kurang ajar memanggil namaku.
”Terserah sama loe aja Hendra, atau kita kepantai ?” tawarku.
Hendra membelokan motornya ke arah pantai. Aku turun lebih dahulu menuju pantai. Sungguh enak berdiri di pantai, dihembus angin semilir. Ku tarik nafas panjang untuk menghilangkan semua masalah yang ada dipikiranku. Aku terkejut saat ada tangan melingkar dipinggangku dan benda keras menempel di pantat bagian bawah.
”Apa apaan sih Hendra!” herdikku sambil melepaskan tangannya yang melingkar di pinggang.
”Sorry Mi, Hendra Cuma mau menghibur Mami. Kalau Mami tidak berkenan, Hendra minta maaf” Sambil mengambil tanganku untuk dicium.
Ku biarkann Hendra mencium tanganku, Dia cium punggung tanganku dengan bibirnya. Terasa lembut bibirnya. Sambil menghirup bau tanganku, lidahnya mengusap punggung tanganku. Aku bergetar dan terasa ada rangsangan birahi menjalar keseluruh tubuhku dan makin tidak karuan rasanya. Keinginan untuk memenuhi haus akan hal hal seperti ini terasa begitu kuat sekali.
”Gak pa pa koq Hendra” Ujarku menetralisir keadaan, sambil tanganku mengusap kepalanya.
”Yuk, kita duduk di pinggir pantai” Ajakku, sambil menarik tangannya yang masih memegang tanganku yang sedang diciumnya.
Kami duduk bersebelahan, di pondokan. Menikmati angin pantai. Pondokan tersebut tertutup dari sisi kiri , kanan dan belakang sehingga kami tidak terlihat oleh orang lain. Kami mengobrol, Aku bercerita tentang masalahku dengan Aa dan Hendra bercerita tentang mantan pacarnya yang juga cemburuan sepertiku. Dan memberikan solusi atas masalah yang sedang kuhadapi. Aku tidak mendengarkan cerita Hendra, Aku sibuk dengan bagaimana caranya memenuhi dahaga akan kebutuhan seksual yang pernah kualami dengan Aa.
Entah awalnya bagaimana, kepalaku sudah bersender di bahu Hendra. Tanganya mulai memainkan rambutku yang panjang, dan diusap lembut dan menggelitik kupingku. Terasa geli dan rangsangan makin keras menerpaku. Ingin kubimbing tangannya menelusuri titik titik rangsangan ditubuhku. Mengembara di payudara, menerobos hutan vaginaku.. akhh… alangkah nikmatnya. Kumiringkan kepalaku dan mengarahkan tangan Hendra untuk mengelus leherku yang jenjang sambil kusibakan rambut yang berada dileher. Hendra tahu apa yang kumaksud. Tangannya yang hitam mengelus leherku, merambat kebelakang telinga sekali lagi.
Akh… terus Hendra, teriakku dalam hati. Wajahnya mendekat ke leherku dan terasa nafasnya di kulitku dan Ia mulai mencium leherku, lidahnya menyapu dari atas ke bawah , naik kebelakang telinga. Aku semakin terangsang. Tangannya bergerak menyentuh payudaraku ragu, takut aku tersinggung. Dua kali Ia lakukan, tidak melihat ada reaksi penolakan dariku Hendra mulai meremas payudaraku.
” akhh… enak Sayang” aku merintih, Hendra makin keras meremas remas payudaraku.
Rangsangan semakin kuat menjalar ditubuhku, tanganku secara reflek mencari benda keras yang ada di antara pahanya. Langsung aku remas, ugh.. semakin keras kontol Hendra yang panjang seperti belut. Sudah tidak kami hiraukan apakah orang lain yang akan melihat apa yang kami lakukan. Aku sudah tidak tahan dengan rangsangan yang di berikan Hendra, Aku berbalik sehingga wajah kami berhadapan. Semakin dekat, Aku berusaha mencari mulutnya dan mencium ringan bibirnya yang tebal. Hendra kaget dengan reaksiku, tapi hanya sebentar dan langsung mencium bibirku dengan lembut. Oohh… Aku haus.
Kepalaku dipegangnya hingga Ia bisa dengan leluasa mengendalikan ciuman, lidah Hendra menelusup kecelah bibirku dan menggelitik hampir semua rongga mulutku. Mendapat serangan seperti itu darahku seperti berdesir, sementara bulu tengkukku merinding. Kubalas ciumannya, sekali kali kugigit bibirnya yang tebal dengan gemas. Terasa tangannya berhenti meremas dan mulai berjalan di payudaraku mengikuti kontur BH yang kukenakan. Gila, jago juga dia buat Aku terangsang. Aku refleks membimbing tangannya untuk meremas remas payudaraku yang tambah membusung.
Tangannya mulai menyelusup didalam BH, terasa sentuhannya menambah rangsangan pada payudaraku. Putingku dimain mainkannya. Dan tangan yang satunya lagi menelusuri paha, terus menuju selangkangan. Terasa divaginaku telusuran jari Hendra menekan nekan klitorisku. Aku keluarr.. Aghhh… Aku semakin terangsang, tanpa sadar ciumanku semakin ganas dan tanganku berusaha menurunkan resleting celananya mencari kontol yang tidak terbungkus. Dapat, kupegang, kuremas. Ohh.. nikmatnya… Tiba tiba aku tersadar bahwa ini tidak benar kulakukan. Langsung aku lepaskan ciuman dan tanganku dari selangkangannya.
”Maaf Mi, Hendra gak sengaja berbuat ini sama Mami” katanya merasa bersalah.
”Hendra Cuma mau merasakan masalah yang Mami alami, maafkan Hendra sekali lagi ya?” jelasnya lagi.
”Gak pa pa koq Hendra, Gue Cuma hanyut dengan masalah yang ada” jelasku agar dia gak merasa bersalah terus, sambil membetulkan bajuku yang mulai terbuka
Rangsangan yang diberikan Hendra makin membuat birahiku semakin tinggi, harus ada penyelesaian pikirku. Tapi bagaimana? Masa harus kelepaskan birahiku dengan rider yang notabene anak buahku.
”Ayo Hendra kita pulang!” Ajakku
”Mami sudah enakan ?” Tanyanya menyelidik
”Lumayan dra, ada kamu” sambil kucium bibirnya, ucapan tanda terima kasih.
Maksudku sebenarnya mau melanjutkan kemesraan yang baru kudapatkan. Sambil berdiri merapikan rambutku yang berantakan.
Kami pulang saling membisu, kali ini Hendra tak perlu ngerem mendadak atau mengendarai motor kencang karena tanganku langsung melingkar dipinggangnya. Sekali kali aku pegang dan ku elus elus kontolnya yang ada selangkangannya itu. Kurasakan Hendra cukup menikmatinya. Motor Hendra berjalan pelan pelan, memberikan kesempatan kepadaku untuk lebih sering memegang kontolnya yang kurasakan semakin keras.
Kubuka resletingnya dengan terlebih dahulu mengendurkan ikat pinggangnya. Tanganku menyusup, untuk meraih kontol Hendra. Kudengar rintihan kenikmatan Hendra, saat kuremas remas. Aku sudah tidak ingat lagi dengan siapa aku sekarang, yang terbayang Aa sedang bercumbu denganku. Birahiku semangkin tinggi, yang kupikir bagaimana menyelesaikan ini semua. Aku sudah tidak tahan. Mau dientot….. Ogh… sudah lama Aku tidak merasakan enaknya mempermainkan kontol.
Tak lama kemudian Kami sampai ujung jalan yang menuju tempat Tinggalku. Segera aku lepaskan tanganku dari kontol Hendra dan menaikan resleting celananya serta memasang kembali ikat pinggangnya.
Tak lama kemudian Kami sampai ujung jalan yang menuju tempat tinggalku. Segera aku lepaskan tanganku dari kontol Hendra dan menaikan resleting celananya serta memasang kembali ikat pinggangnya.
Aku tinggal di kawasan Duren Tiga, aku tinggal tinggal bersama pembantu yang sudah berumur. Aa sering datang dan menginap dirumah.
”sudah ya Hendra sampe sini aja” pintaku saat kami sampai di mulut jalan.
”kenapa Mi?” tanya Hendra
”Gak pa pa, gak enak aja bawa Cowok ke rumah” jelasku.
Padahal aku ingin sekali menyelesaikan luapan birahi yang meletup letup akibat dari kejadian di ancol dan sepanjang jalan.
”Sebenarnya Hendra mau mampir ke rumah Mami, ya udah gak pa pa. Tapi Mami udah lebih baik kan? ” tanya Hendra menyelidik.
Hendra tahu apa yang sebenarnya yang aku inginkan.
”Iya Dra”
”Kalau Mami ada perlu dengan Hendra, bel hp Hendra aja ya Mi, Hendra selalu ada buat Mami koq. ” Katanya menawarkan diri.
”Yang pasti Hendra sangat sayang banget sama Mami, Hendra gak mau mami sedih” mencoba merayuku.
Sambil memegang tanganku dan mendekatkan wajahnya, lalu mencium lembut bibirku, melumat dengan ganasnya dan aku balas lumatan bibir Hendra tak kalah ganasnya. Tangan Hendra bergerak memegang payudaraku dan meremasnya lembut, lembut, agak keras.. oohhh nikmatnya…..
”Pasti Mami kontak kamu kalau Mami perlu kamu” jawabku sambil melepaskan lumatan hendra pada mulutku dan aku berjalan serta melambaikan tangan kepada Hendra dan berjalan menuju tempat tinggalku. Kudengar suara motor Hendra menjauh.
Sampainya aku didepan rumah, kulihat pembatuku sedang menyiram kembang, lalu kubuka gembok di pagar.
”Selamat malam mbok, koq malam malam nyiramin kembang mbok” tegurku
“iya Bu, tadi siang airnya mati, jadi baru sempat siram sekarang” jawab pembantuku.
Kubuka kamar tidurku dan kuhempaskan tubuhku dikasur. melemaskan otot otot yang tegang dengan aktivitas seharian. Sambil mengingat kejadian tadi di Ancol. ugh… betapa nikmatnya…… dan terasa ada yang menggatung, luapan birahiku tidak terselesaikan. kenapa aku tidak minta Hendra untuk mampir padahal Ia tadi sudah menawarkan diri. Bunyi dering HP ku mengagetkan lamunanaku, Aa telpon.
”Iya pah, koq baru telpon?” langsung aku tanya, karena sepanjang hari ini Aa tidak telpon telpon.
”Iya nih, tadi meeting padet sekali, mungkin Pah langsung pulang dan gak bisa ke rumah” Seperti petir menyambar aku menerima kabar seperti, bagaimana bisa dia langsung pulang, biasanya kami pasti bertemu dan making love setiap hari.
”Koq Papah begitu, tega amat. Kan kita belum ML. Sudah dua minggu nih mah gak ML. Kalo pah masih marah jangan hukum mah kayak gini dong” pintaku
” Gak bisa Mah, Pah harus pulang. besok pagi pagi papah harus sudah ada di kantor, ada meeting dengan Bos” jelasnya
”Iya udah terserah pah aja” jawabku.
”Udah dulu ya mah, miss You” jawab suara dr seberang sana, dan aku langsung menutup telpon tanpa menjawab salam penutup yang biasa kami lakukan.
Sialan, sekali lagi aku mengumpat, birahiku sedang tinggi tingginya malah dia pergi. Birahiku sangat tinggi bila jadwal mensku sudah dekat, masih tiga hari lagi. Ditambah dengan kejadian tadi, makin gak karuan perasaanku dibuatnya.
Aku berpikir menyeleweng dengan Hendra untuk memuaskan birahiku. Tapi Hendra kan anak buahku, nanti dia cerita cerita dengan temannya. Pasti aku tidak akan disegani dan dihormati lagi oleh karyawanku bila Aku menegur mereka. Akh.. sungguh tidak enak rasanya menahan birahi, ada sesuatu yang menuggu untuk diledakan.
Tanpa sadar aku sudah tertidur lelap, dan terbangun saat kudengar suara pintu kamarku diketuk berulang ulang.
”Bu, bu,.. ada apa bu,…” suara pembantuku terdengar
”Iya mbok….” Aku bangun dan berajak untuk membuka pintu, kulihat si mbok berdiri didepan pintu.
”Ada apa bu kamu berteriak teriak?” tanyanya sambil melongok ke kamarku
”aku mimpi mbok” Jelasku
”Mimpi koq kaya orang lagi gituan, Aa gak datang kan ?” menyanggah alasanku sambil berjalan menuju kamar mandi menyelidiki apakah ada orang yang di kamarku.
Memang aku sedang bermimpi ML dengan Hendra dan berteriak teriak kenikmatan saat si mbok membangunkan tidurku.
”gak dateng koq mbok” jelasku, pembantuku keluar kamar mandi setelah tidak ada hal hal yang mencurigakan.
”Iya udah, kalau ada apa apa bilang mbok ya” pesannya sambil meninggalkan kamarku.
Pembantuku sudah seperti orang tuaku saja, karena sejak kecil sudah mengabdi dengan orang tuaku. Sejak aku tinggal pisah orang tua, si mbok disuruh ikut bersamaku.
Ada ada saja pikirku, birahiku semakin tinggi. vaginaku terasa berdenyut denyut ingin di masukan kontol. aku elus elus si Cantik, sabar ya Cantik si ganteng belum mau bermain main dengan kamu. Cantik panggilan mesra Aa buat vaginaku, selalu ia sebutkan pada saat mencumbuku.
Hari ini Aku masuk pagi seperti biasanya, luapan birahi terlupakan sejenak oleh kesibukanku seperti biasa di kantor. Sewaktu aku sedang sibuk memeriksa inventory di gudang, terasa ada bayangan masuk. Akh pasti si lukman, stockkeperku.
”sudah selesai naekin barangnya man? Barangnya lengkap semua? Mana DO nya?” tanyaku bertubi tubi tanpa memberikan kesempatan yang bersangkutan menjawab, sambil tanganku bergerak kebelakang.
Tapi tanganku menyentuh sesuatu yang tegang, seperti kontol. Aku kaget dan menoleh kebelakang.
”ini Mi barangnya, udah naek” terdengar suara Hendra. Alamak, kulihat kontol Hendra mengacung. Tegang sekali. Ingin rasanya aku selamot. dan segera aku tarik tanganku dari kontolnya.
”Apa apaan kamu Hendra, nanti dilihat orang. Pake celana kamu” Tegurku.
”Iya Mi, Hendra semalam gak bisa tidur Mi. Hendra mau semalam kita lanjutkan kemesraan kita, Mi. Hendra sayang sama Mami” katanya menjelaskan hal yang Ia lakukan sambil membetulkan celananya yang turun setengah.
”Jangan Hendra, Gue udah punya pacar. Lagipula apa kata temen temen Kamu kalau kita sampai seperti itu” Jelasku tegas, dan terasa kontol Hendra menempel di punggungku dan digesek gesekannya.
Birahiku mulai bangkit. dan pikiranku sudah terpengaruh rangsangan yang diberikan Hendra.
”Mami gak usah khawatir, Hendra gak akan cerita cerita apa yang terjadi diantara kita Mi.” Ia berusaha meyakinkanku.
” Sudah Hendra, nanti dilihat orang” sambil tanganku mendorong dadanya agar menjauh dan tidak menempel dbadanku lagi.
” tapi Mami janji ya, nanti kita jalan lagi” pintanya, sambil merapatkan dan menempelkan kembali kontolnya di punggungku.
” iya iya, Sana ganti seragam” jawabku agar kondisi ini Hendra berlalu.
” benar ya Mi, janji?!” tanyanya meyakinkan ucapanku.
”iya, sana ! nanti ada orang masuk” Kataku sambil melanjutkan pekerjaanku seolah oleh tidak terjadi apa apa.
Pekerjaanku hari ini cukup banyak dan melelahkan, mempersiapkan audit, membuat schedule dan bertemu dengan property membicarakan masalah kebocoran saluran pembuangan. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore. Pantas Hendra mondar mandir saja didepan kantor, ternyata Dia pulang jam 6. Sudah waktunya Aku pulang, pikirku.
Aku beranjak meninggalkan kantor, Hendra menyusulku dengan tergesa gesa, dikiranya aku lupa dengan janjiku tadi pagi.
”Jadi Gak Mi jalannya?” Tanyanya setelah berhasil menYunsulku di lantai satu.
”Memangnya kita mau kemana?” Tanyaku
”Terserah Mami aja, mau ke Ancol lagi juga boleh” jawabnya menawarkan
”Gak akh, Gue lagi gak mood ke pantai. Terserah kamu aja deh Hendra, asal jangan ke pantai lagi aja” kataku memberikan alternatif.
Aku tidak memperhatikan ke arah mana Hendra melajukan motornya dan tanpa sadar kami telah tiba di sebuah rumah. Di salah satu perumahan yang masih jarang penghuninya. Rumah yang cukup bagus, Type real estate. Kelihat yang punya rumah sangat rajin memelihara perabotannya, dari luar kelihatan rumah sangat asri. Aku tahu Hendra mengajakku ke rumah ini untuk menyelesaikan yang sudah kami mulai kemarin.
”Kita dimana Dra?” tanyaku
”Rumah teman yang mau dikontrakan, Hendra disuruh cari yang mau kontrak” jawabnya sambil menstandarkan motornya. Hendra bergegas membuka pintu rumah, dan memasukan motornya.
”Ayo masuk Yang” Hendra mengajakku dengan suara mesra dan panggilan Sayang,
Aku tidak komplain dengan panggilannya Aku masih berdiri di luar pagar, menimbang apakah menyetujui keinginannya atau tidak. Bagaimana hubunganku nanti dikantor dengan Hendra dan kesetiaanku sebagai istri Aa. Rangsangan birahi yang yang tidak terpenuhi kemarin menuntun kakiku memasuki rumah. Sampai didalam Aku melihat ruangan yang begitu apik, gelagak birahiku semakin besar melihat suasana yang nyaman dan asri.
” Kamu dimana Dra?” teriakku karena saat Aku masuk Dia tidak berada di ruang tamu.
”Disini Yang” Suara dari belakangku, Aku menoleh kebelakang, kulihat Hendra sedang mengunci pintu.
ternyata tadi Ia bersembunyi di balik pintu. Lalu ia menghampiriku dan memelukku dari belakang, lalu tangannya turun kepinggulku dan memutar tubuhku sehingga kini kami saling berhadapan.
”Ngapain kita disini Dra?” Aku bertanya pura pura tidak tahu maksudnya. Aku berusaha meronta, tapi pelukan Hendra semakin ketat.
Hendra hanya menatapku dengan senyumannya yang khas, lalu wajahnya mendekat ke kuping kananku dan berbisik.
”Hendra mau membuat Mami bahagia, Hendra tahu selama ini Mami tidak Bahagia” bisiknya, terasa nafasnya yang hangat membuat bulu kudukku berdiri dan terasa rangsangan menjalar di sekujur tubuhku.
”Kamu sok tau Dra! Tidak bahagia bagaimana?” tanyaku.
”Iya, tidak bahagia dalam urusan sex kan?” Hendra menjawab seolah olah tahu tentang diriku.
”Gak Juga, Kamu anak kecil tahu apa sih. Lagian umur kamu baru sembilan belas tahun” Jawabku enggan mengakui kebenaran jawaban Hendra.
”Walau masih sembilan belas tahun, tapi jam terbang Hendra udah cukup mengetahui body language wanita Mi” jawabnya tak mau kalah dengan sanggahanku tadi.
”Mami bisa percaya deh sama Hendra, ini hanya rahasia kita berdua. Hendra benar benar Cinta dan sayang Mami” lanjutnya, akhirnya Hendra mengendurkan pelukannya pada tubuhku.
Aku melepaskan diri dan berjalan dan duduk di sofa ruang tamu. Aku bercerita kepada Hendra kondisi kehidupanku yang sebenarnya.
”Sudahlah Mi, jangan terlalu dipikirkan. Kalau ada apa apa dengan Mami, Hendra mau menjadi suami dan pelindung Mami.
Hendra Cinta dan sayang sekali dengan kamu Yun.” katanya berusaha menghiburku.
”Makasih ya Hen, Gue juga sayang sama kamu Hen. Tapi kondisi ini sudah terjadi, dan gak mungkin Gue punya laki dua.”
”Gak pa pa Yun, Hendra mau menunggu kamu sampai kapanpun” jelasnya
Aku terharu mendengar keinginannya menjadikan Aku sebagai Istrinya apabila perkawinanku berantakan dan Aa menceraikan diriku.
”Hen, kalau bisa Kamu jangan memanggil nama ya?! Panggil Bu or Mami, takut nanti kelepasan didepan teman teman Kamu.
Guenya yang gak enak” Pintaku untuk tidak memanggil nama saja.
” Beres Mamiku sayang” sambil mengajakku berdiri. Dan wajahnya mendekat ingin menciumku
Bibirnya perlahan mencium bibir bawah dan bibir atasku bergantian berusaha membangkitkan gairahku. Aku mendesah kecil ketika tangannya turun ke pantatku kemudian meremasnya lalu menarik tubuhku merapat ketubuhnya. Bibirnya perlahan mencium bibirku dan merambat diantara dua bibirku yang tanpa sadar merekah menyambut ciuman yang datang.
Birahiku bangkit, mungkin sisa kejadian yang semalam. Hendra yang menyumbat mulutku dengan ganas, Aku balas ciumannya tak kalah ganas. Lidah kami saling melilit, menjilat. Birahiku semakin tinggi, saat Hendra dengan kasar meremas remas payudaraku yang kenyal yang masih dibalut BH, berukuran 36D. Dan melepaskan baju seragamku. Kini Aku hanya memakai BH saja. Secara refleks Aku buka resleting celananya kupegang kontolnya, sambil tanganku yang lain mencopot celananya. Tangannya sudah masuk kedalam BH ku, memegang dan meremas payudaraku, ogh…ogh.. Nikmat.
”Ohh.. Mi, tubuh Mami indah sekali. Hendra selalu membayangkan untuk menyentuhnya….ohh.., Hendra membayangkan tubuh Mami tiap malam, Hendra mau ngentot Mami” Hendra memujiku, lalu membuka BH yang membalut payudaraku dan menjilat putingku, sekali kali digigitnya lalu dihisap, terasa putingku ditarik.
”Enak Dra, terus remas. Gue haus Hendra ohh… Gue mau dientot Dra oh…” tanpa sadar aku meminta. Aku sudah lupa bahwa aku mempunyai suami dan hal ini adalah suatu penyelewengan terhadap Aa, tapi bagaimana lagi, Aku haus akan kebutuhan sex.
”Tenang Sayang, pasti Hendra entot, Hendra kasih kepuasan buat Mami. Hendra tau Mami punya birahi tinggi” katanya menilaiku sambil terus meremas dan mencium payudaraku dan melepaskan T-shirtnya.
Aku juga membuka kaitan BH yang kupakai dan Hendra melemparnya ke kursi. Kami sudah tidak berpakaian lagi. Tangannya yang satu menyentuh vaginaku, dielus dicubit dan jarinya dimasukan berulang ulang kedalam vaginaku yang mulai basah dengan cairan. Terasa nikmat sekali.
”Ogh… ogh.. enak Dra” aku semakin birahi.
Aku berusaha untuk Meraih kontol Hendra untuk kucium, tapi tidak berhasil hanya dapat memegangnya saja karena dia masih mencium payudaraku, seperti anak kecil baru dapat mainan yang disukainya. Tidak mau dilepas.
Tiba tiba Hendra membalikan badanku, dan mendorong punggungku untuk membungkuk. Aku terhuyung dan bertumpu ditembok. Tangan Hendra mendorong punggungku sedikit membungkuk sehingga pantatku agak menungging, lalu kedua kakiku digesernya agar lebih membuka. Bulu bulu ditubuhku mulai merinding saat kontol Hendra yang hangat mulai bergesek gesek dibibir vaginaku berusaha untuk masuk. Lubang vaginaku yamg sudah licin sangat membantu panetrasi yang dilakukan Hendra dari belakang.
”Ogh…..” kudengar Hendra menahan nafas saat ujung kontolnya yang seperti topi baja mulai terjepit vaginaku.
Akupun tak mampu bernafas karena kontol itu masuk menghujam vaginaku, Kontol yang begitu aku rindu-rindukan. Dengan pelan Hendra kembali menarik kontolnya dari jepitan vaginaku. Didorongnya lagi hingga bertambah dalam batang kontolnya itu menerobos masuk kedalam lubang vaginaku. Kedua tangan Hendra yang tadinya memegang kedua sisi pinggulku mulai menyusup kearah payudaraku dan meremas remas dengan kerasnya, membuat tubuhku menggelinjang merasakan remasannya. Birahiku semakin tinggi dibuatnya. Kugoyang goyang pantatku, memelintir kontol Hendra. Karena kontolnya yang besar dan panjang, terasa kontolnya mengikuti irama goyangan pantatku.
”Ohh… ohh… ahhh..” aku meregang nikmat merasakan orgasme awal.
”Mi, Mami Hendra entot. Enak sekali memek Mami, legit sekali” Sambil memaju mundurkan badannya, sangat terasa kontolnya yang besar dan panjang menghujam vaginaku berulang ulang.
Mulut Hendra tak henti hentinya menjilati kudukku, terasa semakin membuatku melayang ke awan yang tak bertepi.
Bibirnya memagut bibirku dengan lidahnya mendorong dorong lidahku. Sementara batang kontolnya terus menghujam lubang vaginaku tanpa ampun. Berkali kali rambut kemaluan Hendra yang kasar seperti habis dicukur menggaruk garuk pantatku saat kontolnya melesak ke dalam vaginaku hingga ke pangkalnya. Akupun berkali kali mengerang tanpa rasa malu malu. Aku memang selalu ribut kalau sedang bersenggama.
Tanganya terus meremas payudaraku, sekali kali memilin putingku lalu ditarik dan dihentakan. Oh enaknya. Pintar dia memainkan payudaraku. Tanpa harus diperintah, Aku mulai menggoyang goyangkan pantatku mengikuti irama tusukan kontol Hendra. Tubuhku mulai terhentak hentak dan gerakan pantatku sudah tidak terkendali. Pantatku semakin cepat bergoyang dan mundur menyambut dorongan kontol Hendra hingga masuk sedalam dalamnya kedalam jepitan lubang vaginaku.
”Ter….rushh.. Dra…okh..okh..”Aku mendesis desis tak terkendali.
Tubuhku seolah melayang dan ringan. Hendra semakin cepat menarik dan mendorong kontolnya menghujam lubang vaginaku. Aku tersentak, perutku terasa kejang menahan desakan yang hampir meledak.
”Terushh.. Mi…shh…” kudengar Hendra mengeram sambil menusuk nusuk lubang vaginaku kian kencang.
Lalu mulutnya kembali melumat bibirku dan tanpa dapat kutahan lagi tubuhku berkelojotan melapaskan ledakan birahi yang sudah tidak terbendung lagi. Aku menggigit bibir Hendra yang melumat bibirku. Pada saat yang sama, tubuh Hendra pun menggeliat dan tersentak sentak. Tubuh bagian bawah kami saling menempel dan menggeliat secara bersamaan. Pantatku yang menempel ketat dan seperti terpaku pada tulang kemaluan Hendra yang memutar tak terkendali.
”argh…shh…” Seperti suara koor, kami berdua mengeram bersamaan.
Otot otot vaginaku berdenyut denyut mencengkram kontol Hendra yang tertanam sepenuhnya didalam.
”croot… crott.. crott.. crot.. crot Akhirnya kontol Hendra mengedut ngedut dan hampir sepuluh kali menyemburkan cairan hangat yang menyiram ke dalam rahimku. Terasa begitu kencang semburan air mani Hendra menyemprot keliang vaginaku. Kami terus bergerak hingga tuntas sudah air mani Hendra terperas denYuntan lubang vaginaku.
Akhirnya Kami sama sama terdiam lemas tak berdaya. Nafas Kami saling memburu. Denyut jantungku berdentum keras dan cepat setelah bekerja keras memburu kenikmatan. Aku yang kelelahan tak mampu bergerak lagi dan ambruk di lantai bersama Hendra diatas punggungku. Kubiarkan saja kontol Hendra yang masih menancap erat dilubang vaginaku.
Akhirnya Kami sama sama terdiam lemas tak berdaya. Nafas Kami saling memburu. Denyut jantungku berdentum keras dan cepat setelah bekerja keras memburu kenikmatan. Aku yang kelelahan tak mampu bergerak lagi dan ambruk di lantai bersama Hendra diatas punggungku. Kubiarkan saja kontol Hendra yang masih menancap erat dilubang vaginaku.
Kami terdiam sesaat, kemudian kudengar tubuh Hendra jatuh disampingku. Kurasakan lepas semua beban yang selama ini kuhadapi. Rasa lelah membuatku terlelap sejenak. Tanpa aku sadari Kontol Hendra mencoba menembus lubang vaginaku dan tangan Hendra mempermainkan puting kedua payudaraku, birahiku bangkit kembali. Kami masih dilantai, dimana posisi Hendra memelukku dari belakang.
Aku pegang kedua tangannya untuk membibing dan meremas remas payudaraku dengan lembut. Dan kubiarkan kontolnya perlahan lahan menembus vaginaku dari belakang. Birahiku bangkit kembali. Tangan kanannya bergerak mengelus pahaku dan bergerak terus menuju vaginaku dari depan. Hendra mengajakku memulai lagi permainan.
”Nanti dulu Dra, Gue Cape nih.” tolakku, tapi tetap kubiarkan tangannya menjelajahi tubuhku.
”Ayo dong Mi, Hendra belom puas ngentot Mami. Hendra bisa lima kali nih” tawarnya. Gila, lima kali? Aa saja Cuma bisa sekali, paling banyak dua.
Itupun yang kedua susah banget bangunnya. Benar! Kontol Hendra mulai tegang, terasa penuh benar didalam vaginaku. Aku bangun dan berbalik menghadapnya.
”loe mau entot Gue lagi ya Ndra? Gue cape nih. Lagi pula udah malam. Pulang aja Yuk?!” pintaku.
Sambil berdiri.
”Please Mi, Hendra masih horny nih” Sambil menarik tanganku dan mencium bibirku dengan ganas.
Kubalas ciumannya tak kalah ganasnya.
”Tetek Mami bagus banget , Hendra suka. Mmh… ” Meremas remas payudaraku agak kasar.
Pantatku tak luput juga diremasnya. Aku yang tadi sudah lemah, mendapat rangsangan seperti itu kembali bergairah. Aku tidak mau kalah dengannya, tanganku bergerak keselangkangannya meraih kontolnya yang masih tetap tegang, baru kuperhatikan kontol Hendra ternyata hitam dan sangat panjang mungkin 20 Cm. Cukup besar. Lalu kuremas. Hendra membimbingku duduk diatas sofa, lalu ia mencium bibirku, melumat kemudian ia memasukan lidahnya kedalam mulutku hingga kami bergantian saling pagut, saling kulum kemudian dilanjutkan ciuman seputar leherku, ke balik telingaku dan menjulur julurkan lidahnya kedalam telingaku.
Aku merinding merasakan nikmat. Sambil tangan kanannya meraba selangkangannku dan tangan kirinya meremas remas payudaraku yang sintal dan besar, jilatannya makin turun ke dadaku terus ke payudaraku. Mulutnya sengaja dibuka lebar seakan ingin menelan semua payudaraku. Mulut Hendra tidak cukup untuk menelan sepertiga bagian saja dari payudaraku yang besar. Sementara lidahnya terus bermain di putingku sekali kali digigitnya sehingga aku menggelinjang keenakan. Sementara tangannya tidak berhenti mengelus pinggir mulut vaginaku dan sekali menekan dan menjepit clitorisku. Sungguh pintar Hendra menemukan titik titik birahiku.
”Teruu…uus! teruu..uus, oo..ooh” pintaku
Enak sekali, tubuhku menggigil dan kejang kejang merasakan orgasme pertama atas permainan tangan Hendra di payudaraku dan vaginaku. Tahu keadaanku yang demikian, bibirnya tetap tidak berhenti bahkan terus menjalar turun ke pusarku hingga membuatku menggeliat bagaikan kucing yang kepanasan. Jilatanya memang luar biasa. Diteruskannya ke bawah ke sekeliling pahaku yang mulus , terus ke lutut, ke bawah lagi hingga jari dan telapak kakiku tak luput dari jilatannya.
Selesai menjilati kedua kakiku kini jilatannya langsung naik ke pahaku bagian dalam, akupun makin mengangkakangkan pahaku agar mempermudah lidahnya menuju sasaran yang kuinginkan, vaginaku yang telah basah. Rupanya Hendra sengaja ingin membuat Aku mati kelemasan menahan nikmat, rasa gatal di vaginaku semakin menjadi, rasa ingin disentuh tapi jilatnnya tak kunjung datang. Kedua tangannya memegang pahaku dan sedikit diangkat sambil dikangkangkan lebih tinggi. Sehingga tampak dengan jelas sekali olehnya bentuk vaginaku yang berwarna pink ditengah dan bibir vagina yang agak kehitaman. Bibir vaginaku semakin merekah karena pahaku dibuka lebih lebar. Ia membungkuk di selangkangannku, lidahnya mulai menjilati bibir vaginaku, sesekali dijulurkannya panjang panjang dan ditusuk tusukannya ke dalam liang vaginaku, ritmenya teratur sambil digesekan dari bawah ke atas.
Aku mengalami sensasi yang luar biasa, kepalaku hanya bisa menggeleng kekiri dan kekanan.
Sementara tanganku menggapai kesana kemari, jariku meremas remas pinggir sofa, tepat di klitorisku mulutnya langsung menghujam dan mengulumnya. Di pelintirnya klitorisku dengan bibirnya,
sesekali lidahnya yang nakal menari nari menyapu ujung klitorisku yang posisinya menonjol keluar karena kedua belah pahaku terbuka lebar. Akhirnya aku mencapai klimaks orgasme kesekian kalinya.
Cairan hangat tumpah keluar dari liang sanggamaku dengan derasnya, mulutnya bukan berhenti tapi semakin ganas memoles habis vaginaku sambil sesekali dihisapnya, semua cairan licin yang mengalir keluar dari lubangnya vaginaku ditelannya hingga kering tak tersisa setetespun, semua dilakukan bagaikan orang yang telah tiga hari tidak makan dan minum, sambil tangannya membuka lebar lebar kakiku. Diciumnya vaginaku sekali lagi dan lidahnya tetap dijulur julurkan masuk ke dalam.
Oh my God…. enak sekali, aku orgasme sekali lagi. Sambil dijilat jilat, ia memasukan jari tengahnya kedalam vaginaku berulang ulang, aku mengejang merasakan orgasme berkali kali. Terasa ada tiga jari berusaha masuk vaginaku, karena cairanku semakin banyak ketiga jarinya dengan mudah masuk. Aku menggelinjang keenakan. Tahu aku tidak menolak saat tiga jarinya masuk keliang vaginaku, Hendra berusaha memasukan empat jarinya. Aku semakin kelojotan dibuatnya.
”Ayo entot Gue Hendra” aku kembali orgasme sambil menarik kepalanya menyuruh berdiri.
”Sabar Mi, Hendra belom puas nikmatin memek Mami” iya menolak dan kembali menjilat vaginaku.
Vaginaku sudah basah sekali dibuatnya, cairan hangat berlendir mengalir deras sekali, semakin banyak. Aku semakin birahi.
”Cepat Dra entot Gue, please. Gue udah gak tahan… akh.. akh..!” Aku memohon sambil menarik rambutnya keatas.
Tapi Ia tetap menjilat dan tangannya semakin keras keluar masuk vaginaku.
Satu.. dua.. tiga.. empat dan lima.. aku orgasme lagi…
”akhhhhh…..” aku melenguh panjang merasakan nikmatnya.
”Gue bisa mati keenakan nih Hendra, mana kontol loe? Masukin dra……” aku meracau dan memohon agar Hendra memasukan kontolnya.
”Sabar Mi, Hendra masih pengen nikmatin memek Mami yang legit dan gurih ini” Jawabnya, tanpa menghiraukan keinginanku.
Cukup lama Hendra mempermainkan vaginaku, sudah tak terhitung Aku mendapat orgasme. Aku sudah lemas karena orgasme berulang ulang. Hendra membimbingku mengajak masuk ke kamar, Aku terhuyung dan bergelendot di pundaknya sambil memohon.
”please Hendra, entot Gue. Gue udah gak tahan nih” Sambil memegang kontolnya.
”Iya Mami sayang, Hendra juga udah gak sabar mau ngentot Mami” menghiburku.
Dibimbingnya Aku menuju tempat tidur. Sesampainya disana Aku disuruh bersimpuh, menungging. Lalu kepalaku ditekannya sampai menyentuh kasur. Hendra ingin menyetubuhiku dengan Dogie style. Aku menurut saja. Tiba tiba kurasakan kontol Hendra masuk perlahan lahan. Kunikmati inchi demi inchi kontol Hendra memasuki vaginaku dari arah belakang. Terasa penuh dan nikmat luar biasa. Kedua tangannya meremas remas payudaraku dengan keras. Terasa rangsangan menjalar kuat di sekujur tubuhku, aku bertenaga lagi.
”Ayo Hendra, tusuk Gue… akh…okh…, tusuk gue dengan kontol loe Dra… akkhhhh…….” aku meracau
”Iya Mi, ini kontol Hendra. Mami Hendra entot, enak sayang?” tanya Hendra sambil memaju mundurkan pantatnya, terasa sekali kontolnya menyentuh dasar vaginaku
”Enak Hendra, terus yang kencang. Tusuk terus Hendra..akh…akhhhh…..”
Sesaat kemudian Aku mulai bereaksi tak karuan. Tubuhku mengerinjal gerinjal. Aku goyang pantatku berlawanan dengan arah kontol Hendra yang menusuk nusuk vaginaku. Sensasi luar biasa, aku kembali mendapatkan orgasme.
”akh..akh… Gue dapet lagi dra, terus dra” Aku dapat orgasme berulang ulang.
Aku mulai lemas, badanku jatuh tertelungkup dikasur, Hendra tetap menhujamkan kontolnya ke dalam liang vaginaku. Kemudian aktivitas Hendra berhenti dan mengeluarkan kontolnya dari vaginaku. Tubuhku menggelinjang saat lidah Hendra mulai menjalari tulang belakangku. Lidahnya menjelajah seluruh permukaan kulit punggungku. Bulu romaku dibuat merinding oleh ulahnya.
”ughh..” Aku melenguh pelan saat mulut Hendra membuat gigitan ringan diatas pinggulku.
Otot otot perutku serasa ditarik karena rangsangan itu. Mulut Hendra tidak berhenti disitu. Mulutnya terus bergeser turun hingga kini kedua belah pantatku digigit gigitnya dengan gemas. Seluruh tubuhku bergetar menerima perlakuannya. Apalagi saat lidah Hendra mulai menyapu nyapu daerah sekitar lubang anusku.
”Ja…Jangan Hendra…” Namun terlambat, Aku tidak mampu mencegah saat lidah Hendra mulai menusuk nusuk dan mengilik ngilik lubang anusku.
Geli rasanya. Pantatku tidak dapat bergerak karena dicengkram kedua tangannya yang kokoh. Aku hanya bisa pasrah dan menikmati jilatan lidahnya di lubang anusku. Aku mulai merasakan cairan vaginaku keluar lagi.
Hendra mulai mengarahkan kontolnya ke lubang vaginaku. Ia menusuk vaginaku dengan kontolnya diantara kedua buah pantatku. Aku harus menahan nafas lagi saat kepala kontolnya mulai menerobos lubang vaginaku. Agak perih dan ngilu rasanya. Ternyata Ia belum puas menyetubuhiku dengan pasisi Doggy Stile.
Lubang vaginaku mulai mengeluarkan kembali cairan pelicin saat Hendra mengocoknya dengan ujung kepala kontolnya yang digesek gesekan diantara lubang vaginaku. Hal ini membuat tusukannya bertambah lancar.
”ughh…hkkhh..” Hendra menggumam saat seluruh kontolnya berhasil masuk kedalam lubang vaginaku. Akupun dapat bernafas lega setelah seluruh kontolnya melesak masuk. Ia terdiam beberapa saat menikmati denYuntan dinding vaginaku yang melumat kontolnya.
Nafsuku kembali bangkit saat Hendra berkali kali memaju mundurkan pantatnya menarik dan mendorong kontolnya didalam lubang vaginaku, terasa urat kontolnya berjalan jalan didinding vaginaku. Aku kembali tergerak menikmati tusukan tusukannya dengan ikut menggerakkan pantatku. Pantatku maju mundur berlawanan arah mengikuti irama tusukannya. Jika Ia menarik mundur Aku maju dan jika Ia maju, Aku mendorong pantatku kebelakang menyongsong tusukannya.
Plok… plok…plok….. begitulah setiap kali pantatku beradu dengan tulang kemaluannya selalu terdengar suara seperti tepukan. Kedua payudaraku berguncang guncang setiap kali vaginaku disodok kontol Hendra. Sudah tidak terhitung Aku mengalami orgasme, vaginaku basah dengan cairan. Sehingga kontol Hendra dengan leluasa keluar masuk.
Darahku makin mengelegak terbakar nafsu. Tangan Hendra yang tadinya mencengkram kedua buah pantatku sekarang kembali meremas payudaraku yang berguncang guncang. Kedua jarinya memilin kedua putingku payudaraku.
”ohh.. Hendra.. ter… russhh.. terushh.. Argh..argh…” tanpa malu malu lagi aku mendesis meminta Hendra terus memompakan kontolnya.
Pantatku yang tadinya maju mundur kini bergerak memutar seolah hendak memeras. Dinding vaginaku kembali berdenyut denyut. Aku memejamkan mataku berusaha menahan ledakan besar yang sudah hampir sampai. Aku berusaha menahan lebih lama lagi. Kelentitku yang sudah mengembang tergesek gesek oleh tusukan kontol Hendra yang perkasa, makin membuatku semakin tidak bisa bertahan lebih lama lagi.
” Ohh… Hendra… Argh……arghhh…. ” Aku mengerang panjang.
Aku sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Siksaan gejolak nafsu itu terlalu kuat untuk kutahan. Aku harus menyerah untuk kesekian kalinya, padahal Aku yakin Hendra belum apa apa. Tubuhku terasa ringan sekali. Otot perutku mengejang dan tubuhku meliuk melepaskan orgasmeku. Aku terus bergerak menuntaskan orgasmeku lalu ambruk di tempat tidur. Kubiarkan saja kontol Hendra menancap di lubang vaginaku. Aku sudah terlalu lelah untuk bergerak.
Aku terdiam sejenak menikmati sisa sisa orgasme, Hendra memelukku dari belakang seolah merasakan kenikmatan dan keletihan yang aku alami.
” Gimana Mi, enak gak dapetnya?” tanyanya dekat sekali dengan telingaku.
” Enak Hendra, Koq loe kuat banget? Gue udah dapet berulang ulang, loe belom apa apa” tanyaku.
” Malam ini Hendra mau ngasih kepuasan buat Mami” Jawabnya.
” Gue udah Cape Hendra”
”Hendra belom keluar Mi, Hendra keluarin dulu ya Mi?, Sekarang mami diatas ya” pintanya
”Gue dibawah aja Hendra, lemes nih.” Tolakku.
Hendra tetap membangunkanku, membimbingku untuk berdiri ditempat tidur. Lalu Ia duduk diantara dua kakiku sambil bersender di tepi tempat tidur dan menyuruhku jongkok perlahan lahan. Dan satu tangannya memegang dan mengarahkan kontolnya dan diarahkan keselangkanganku. Tubuhku diturunkan perlahan lahan hingga sedikit demi sedikit ujung kontolnya mulai terbenam kembali kedalam vaginaku.
”akh…” hampir secara bersamaan kami menghela nafas lega saat seluruh batang kontol Hendra masuk tertelan lubang vaginaku.
Pantatku terasa geli tertusuk tusuk rambut kemaluan Hendra yang agak tajam karena dicukur cepak dan gesekan kantung telur Hendra menempel ketat dibawah pantatku makin membuatku tambah birahi. Tanpa sadar aku menaikan pantatku dan memaju mundurkan badanku. Dengan dibantu kedua tangannya yang menyangga kedua buah pantatku, tubuhku bergerak naik turun di atas pangkuan Hendra. Kontolnya yang terjepit ketat dalam lubang vaginaku menggesek seluruh relung dinding vaginaku. Aku menggigit bibirku kuat kuat agar dapat menahan kenikmatan yang mulai menggerogoti sumsum tulang belakangku.
Hendra menundukkan wajahnya dan segera menyurukkan ke payudaraku yang berayun ayun seiring dengan gerakan tubuhku yang menari nari di pangkuannya. Kedua payudaraku dilumatnya bergantian. Lidah Hendra mengilik ngilik puting payudaraku yang dijepitnya dengan kedua bibirnya. Aku merasa seperti melayang menerima rangsangan ganda seperti itu.
”Akh… okhh…” aku merasakan nikmat yang luar biasa.
Tanganku merengkuh kepala Hendra dan menekankannya ke dadaku. Perutku mulai merasa kejang kejang. Gerakanku mulai tak terkendali diatas pangkuan Hendra. Dinding vaginaku terasa mulai berdenyut denyut meremas kontol Hendra yang terjepit di dalamnya. Gerakanku semakin liar dan kepalaku seperti tersentak ke atas.
” Terrushh.. Hendra… Ookhh…” Aku menjerit panjang saat ada sesuatu yang pecah di dalam perutku.
Aku sudah tidak mampu menahan jebolnya gairahku. Aku mendapatkan multiple orgasme, 10 kali. Pantatku berputar liar diatas pangkuan Hendra seperti ingin menggesek dan menggerus kontolnya yang terbenam di dalamnya. Tangan Hendra membantuku memutar pantatku. Aku melayang dan terhempas ketempat yang kosong.
Nafasku tinggal satu satu. Lelah sekali rasanya tubuhku. Aku terkulai lesu diatas pangkuan Hendra. Kedua tanganku memeluk erat lehernya untuk menuntaskan sisa sisa kepuasan yang benar benar melelahkan. Dinding dinding vaginaku mengedut ngedut selama beberapa saat lalu aku terdiam dan ambruk di pangkuan Hendra.
Hendra memberiku kesempatan untuk mengatur nafas, dengan membiarkan aku terkulai di pangkuannya. Kontolnya masih sangat keras tetap kokoh memaku lubang vaginaku.
Perlahan lahan Hendra mengangkat tubuhku yang agak berat dari pangkuannya, tampak ia kewalahan mengangkat tubuhku.
Aku hanya pasrah saat Hendra membaringkan tubuhku di tempat tidur. Tubuhku ditelentangkannya dan kedua kakiku dibentangkannya lebar lebar. Sehingga terlihat jelas olehnya Vaginaku yang menganga.
Hendra merangkak diatas perutku dan menindihku. Aku tak kuasa lagi menolak apa yang dilakukannya. Kontolnya yang licin karena lendir orgasmeku kembali ditusukkannya kelubang vaginaku. Kepala kontolnya langsung masuk liang vaginaku, karena cairanku yang cukup banyak keluar. Ia terus mendorong pantatnya hingga seluruh kontolnya amblas kedalam vaginaku.
Dengan bertumpu pada kedua lutut dan sikunya, Hendra mulai mengayun ayunkan pantatnya naik turun diatas tubuhku. Batang kontolnya dengan sendirinya bergerak keluar masuk menusuk nusuk lubang Vaginaku. Aku masih belum mampu bergerak. Kubiarkan saja Hendra sibuk sendiri diatas tubuh telanjangku.
Bibir Hendra yang terus menerus menciumi leher dan turun lagi ke payudaraku membuat nafsuku bangkit . Lidahnya terus bermain main di kedua puting payudaraku dan tusukan tusukan kontolnya kembali memaksaku menggerakan tubuhku.
”hmmmghh… ughh.. Ugh.. ” mulut Hendra terus saja mendengus seperti kerbau kedaton.
ayunan pantanya semakin kencang menghantam vaginaku. Ia terus bergerak memacuku. Berkali kali mulut rahimku tersodok sodok kontolnya dan berulang ulang pula aku mendapat orgasme. Ada rasa ngilu bercampur nikmat menjadi satu.
Aku semakin tidak mampu bergerak karena berat badan Hendra seolah bertumpu pada perutku. Kedua tangannya berpindah mengganjal kedua buah pantatku dan mencengkramnya kuat kuat. Bibirnya kini melumat bibirku dan lidahnya menggesek gesek langit langit mulutku. Pantatnya kian cepat memompa menghantam vaginaku. Aku merasa darahku mulai menggelegak. Perutku kembali mengejang pertanda akan mencapai klimaks yang besar lagi.
Aku berusaha memutar pantatku yang dicengkram kedua tangan Hendra dengan sisa tenagaku. Gerakan pantatku memutar menyongsong tusukan kontolnya yang menderu deru. Vaginaku mulai mengedut ngedut dan mataku seolah mulai terbalik menahan nikmat. Aku terus bergerak menyongsong nikmat gerakanku dan gerakan Hendra semakin liar tak terkendali. Kami sama sama mendengus dan mengerang.
Tangan Hendra yang meremas kedua buah pantatku terasa lebih kuat. Pantatnya terus menghujam selangkanganku. Tubuhku menggeliat dan tersentak. Pantatku terangkat saat aku merasa ada suatu ledakan besar didalam perutku.
”Arghh… Ter… rushh… arghh… ” mulut Hendra terus memintaku mempercepat putaran pantatku Aku terus berusaha bergerak
”Aghh….agh…” Aku merintih panjang bersamaan dengan geraman Hendra.
Mulut Hendra melumat bibirku kencang sekali saat ujung kontolnya menyemburkan mani kedalam mulut rahimku. Crrot… crrot… crrot… crrot… Hangat sekali rasanya saat mulut rahimku tersembur air maninya. Tubuh Hendra ambruk diatas perutku. Kami sama sama terkulai lemah setelah bertempur habis habisan.
Aku terbangun saat alarm hpku berbunyi, menunjukkan jam 11:00 malam, saatnya Aa meneleponku. Remuk rasanya badanku, Aku paksakan untuk bangun. Hendra masih memeluku, Aku geser badannya dan berlari ke kamar mandi untuk bersih bersih. Saat aku bersih bersih, HP ku berbunyi, Kulihat no HP Aa.
” Iya Pah, Koq baru telepon?” Tanyaku sambil membuka kran agar tidak terdengar suara Hendra apabila Ia terbangun.
” Iya nih, Bos baru aja tidur, mamah lagi ngapain?” tanyanya
” Lagi di kamar mandi, baru aja mau tidur, Papah masih dijalan, sama siapa?” tanyaku berpura pura Aku sudah dirumah.
”Iya, baru keluar dari kantor, sama temen. Iya udah, met bobo’ ya. Miss U” jawabnya
”Miss U too” cepat cepat Aku matikan HP dan keluar kamar mandi hanya mengenakan celana dalam tadi aku lupa membawa BH, Aku terkejut saat keluar Hendra sudah didepan pintu, telanjang bulat.
Kontolnya sudah mulai menegang.
”Ditelepon Ya?” Tanyanya meneyelidik
”Iya, gara gara kamu sih. Hampir aja ketahuan, ayo cepet antar Gue pulang!” pintaku
”Nanti dulu Mi, kan baru dua ronde, Hendra masih mau ML lagi” Hendra memintaku untuk tidak pulang.
”Gak bisa Hendra, Gue udah kemaleman, lagipula Gue masuk pagi besok” tolakku sekali lagi.
Hendra memandang dengan penuh nafsu dan mendekatiku. Ia hanya mengenakan celana dalam dan menciumku, Aku tak berusaha menolak karena badanku sudah letih sekali.
”Tubuh Mami benar benar indah, Hendra suka dengan toket Mami” pujinya sambil tangan kanannya meremas remas lembut payudaraku, dan tangan kirinya mengusap punggungku dan turun kebawah.
Mulutnya juga turun kebawah, mencium payudaraku.
”Benar benar indah Mi” dijilatnya perlahan puting payudaraku, sementara tangan kirinya sudah sampai ke pantatku, meremas remas.
Birahiku bangkit kembali. Aku sudah tidak mungkin menolak yang diinginkan Hendra, Aku juga menginginkannya. Kemesraan yang diberikan Hendra. Aku ingin dientot lagi. Kondisiku jauh berbeda saat pertama tadi ML dengan Hendra, penuh nafsu dan Aku ingin terpuaskan. Sekarang Aku dapat mengatur dorongan birahiku, Aku ingin menikmatinya.
”oghh…oghh.. Enakk…hh” Aku mengerang merasakan hisapan dan gigitan kecil ada puting payudaraku.
Kontolnya sudah berdiri tegak, kekar dan panjang. Secara reflex, tanganku memegang, mengusap dan mengelus kontolnya dengen lembut.
”Ayo sayang, sekarang giliran Mami yang mencumbu Hendra” pintanya.
Kontol Hendra yang sudah tegang itu kini berada dalam genggamanku. Kukocok kocok keatas dan kebawah. Nampaknya Ia menikmati kocokanku di kontolnya. Hal itu terbukti dengan matanya yang tertutup rapat.
”ugh…argh… enak sekali Mi, ohh…” desahnya.” Hisap dong Mi..” pintanya.
Hendra menekan pundakku untuk berjongkok. Seperti kerbau dicocok hidungnya, Tanpa diminta dua kali Aku berjongkok dan kontol hendra kuarahhkan ke rongga mulutku dan mulai memainkan kontol Hendra dibibirku. Kontol itu kucium dan kujilat ujungnya dengan lembut bahkan sangat lembut sekali. Benda itu bergetar getar hebat diiringi oleh desahan Hendra. Seponganku di kontolnya kupadukan dengan sedikit kocokan.
Kumainkan lidahku diantara belahan pada kepala kontolnya. Kutelusuri lekukan pada kepala kontolnya dengan ujung lidah. Kujilat memanjang, membasahi sekujur kontolnya. Dan akhirnya kumasukan perlahan kedalam mulutku. Lalu kubuka mulutku lebar lebar untuk memasukkan kontol hendra semuanya ke mulutku. Sementara Aku mempermainkan kontolnya dengan mulutku, Hendra yang berdiri mulai meremas remas kedua buah payudaraku pelan yang makin lama terasa semakin kasar dan keras remasannnya seiring dengan permainan mulutku pada kontolnya.
”oghh… enak banget Mi” erang Hendra, kumasukan lagi kontolnya kedalam mulutku.
Setengahnya, kukulum, kujilat seperti es cream dan setengahnya lagi kukocok kocok. Nafasnya mendengus dengus tanda kalau nafsunya sudah meningkat lagi.
Tiba tiba Hendra mendorong kepalaku dan melepaskan kontolnya dari permainan mulutku dan membimbingku menuju tempat tidur dan mendudukanku pada tepi tempat tidur. Kemudian Ia berjongkok dan melepaskannya celana dalamku perlahan sambil lidahnya menjilat perutku dan turun bulu bulu halus yang ada di kemaluanku, Aku menggelinjang kenikmatan, turun lagi dan menjilat klitorisku.
”arghh…arghhh…enn… nak Hendra” aku mengerang kenikmatan.
” Sekarang Mami terlentang ya” Hendra membimbingku dan membuat posisi 69
Hendra kembali melumat lubang vaginaku, lidahnya menjilat jilat tanpa berhenti di rongga vaginaku. Sementara aku mengocok kontol Hendra dengan tanganku. Kini kami berdua berkelojotan, sementara nafas kami saling memburu.
Jarinya pun ikut bermain, meraba mengusap, hingga menusuk nusuk vaginaku. Keluar masuk, menghantarkan Aku kepada sensasi yang luar biasa. Bergantian dengan lidahnya yang bergerak liar. Menjilat dari atas ke bawah, menggigit kecil, menarik bibir vagina, dan memasukan ke lobang vaginaku yang semakin basah. Menyedotnya kuat kuat.
”Arghhh……arghhhh….” Aku mengerang panjang, merasakan kenikmatan yang berulang ulang.
Jeritanku menambah keliarannya. Diangkatnya satu pahaku dengan sebelah tangan, supaya vaginaku lebih terbuka. Jilatan liarnya berpindah ke kedua sisi pahaku, kemudian kembali ke Vagina dan kadang kadang kelubang anusku. Oohh.. benar benar tidak terkira rasanya. Gerakan jari yang keluar masuk vaginaku semakin tak tertahankan. Vaginaku semakin basah, Hendra menambahkan jumlah jari yang bermain di vaginaku menjadi 3 jari. Keluar masuk keluar masuk. Gelinjangku semakin tak menentu.
”Hendraa… Arghhh.. Hendraa…” jeritku makin mengencang kan permainan jarinya.
Sementara Aku masih mempermainkan kontol Hendra dengan mulutku, kujilat, kuhisap dan kukulum kontol yang besar itu.
Jilatan dan pemainan tangan Hendra berhenti dan Ia bangun dari posisi 69, dan ditatapnya Aku kemudian Ia memasukan kembali jarinya kedalam vaginaku dan semakin kencang keluar masuk vaginaku, terasa mengaduk ngaduk. Tak hanya itu Hendra mulai menjilat klitorisku kembali. Dihisap, dijilat, ditarik perlahan dan disedot berulang ulang.
”Hendra.. Aku gak tahann….” tapi jari Hendra malah semakin kencang mengocok, diikuti dengan dengus nafas yang memburu. Aghhh…
Hendra mendaki tubuhku sambil mencium, menjilat sekujur tubuhku yang bergetar menikmati permainan jarinya. Jilatan liarnya sudah sampai ke payudaraku. Dengan nafas yang hangat membuat birahiku makin menjadi jadi. Semakin cepat jari itu bergerak keluar masuk. Aku tak tahan lagi…
”arghhh… aa..kuu…ma..uu.. keluarr… Dra.. ” Bersamaan dengan itu badanku bergelinjang keras, kakiku terhentak hentak dan cairan terasa mengalir dari vaginaku.
”Basah banget Mi?” kurasakan jarinya masih betah dibawah sana. Bergerak gerak hingga menimbulkan bunyi decak decak.
Aku didorongnya sehingga rebah ke kasur empuk. Perlahan-lahan dia naik ke atasku. Aku membuka pahaku lebar-lebar siap menerima masuknya kontolnya. Kepalaku bergerak-gerak, mulutku terus menggumam. Mataku terpejam menunggu. Dia menurunkan pantatnya. Kontolnya berkilat-kilat dengan kepalanya yang memerah siap menjalankan tugasnya. Dia mengusap-usapkan kontolnya di bibir memekku. Aku semakin menggelinjang.
“Cepat Hen. Aku sudah nggak tahan!” jeritku. Dia menurunkan pantatnya perlahan-lahan. Dan…… BLESSSS! Kontolnya menerobos vaginakuku diiringi jeritanku.
”argghhhh………” aku menjerit menahan nikmat terasa kontol hendra masuk ke vaginaku inchi demi inchi.
Dia berhenti sebentar membiarkan aku menikmatinya. Lalu ditekannya lagi dengan keras sehingga kontolnya yang panjang dan besar itu menerobos ke dalam dan terbenam sepenuhnya didalam vaginaku. Aku menghentak-hentakkan pantatku ke atas agar kontolnya masuk lebih dalam lagi. Aku terdiam sejenak merasakan sensasi yang luar biasa ini.
Lalu perlahan-lahan dia mulai mengenjotkan kontolnya sambil memutar mutar pinggulnya. Pantatku turut kuputar-putar untuk memperbesar rasa nikmat. Toketku tergoncang-goncang seirama dengan genjotannya di vagianaku. Mataku terpejam dan bibirku terbuka, berdesis-desis menahankan rasa nikmat. Desisan itu berubah menjadi erangan dan kemudian akhirnya menjadi jeritan. Dia membungkam jeritanku dengan mulutnya. Lidahku bertemu lidahnya. Sementara di bawah sana kontolnya leluasa bertarung dengan vaginaku.
“Ohhh..”, erangku,
“Lebih keras Ndra, lebih keras lagi.. Lebih keras.. Oooaah!” jeritku merasakan nikmat tak terkira
Tanganku melingkar merangkulnya ketat. Kuku-kukuku membenam di punggungnya. Pahaku semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir memekku seirama dengan enjotan kontolnya.
”Aku mau Keluar, Yang”, bisiknya di sela-sela nafasku memburu.
“Aku juga Ndra… arghhhh…”, sahutku sambil menahan dorongan orgasme yang sangat kuat sekali.
Dia mempercepat genjotan kontolnya. Keringatnya mengalir dan menyatu dengan keringatku.
Bibirnya ditekan ke bibirku. Kedua tangannya mencengkam kedua toketku. Diiringi geraman keras dia menghentakkan pantatnya dan kontolnya terbenam sedalam–dalamnya. Croottt… croott.. crooot.. Maninya memancar deras. Aku pun melolong panjang dan menghentakkan pantatku ke atas menerima kontolnya sedalam-dalamnya. Kedua pahaku naik dan membelit pantatnya. Aku pun mencapai puncaknya. Kontolnya berdenyut- denyut memuntahkan pejunya ke dalam vaginaku.
Sekitar sepuluh menit kami diam membatu mereguk semua detik kenikmatan itu. Lalu perlahan- lahan Dia mengangkat tubuhnya. Dia memandangi wajahku yang berbinar karena napsu yang telah terpuaskan.
”Mami hebat, Vagina mami legit, hendra puas ngentot sama mami” memujiku.
Kami tertidur, Hendra memelukku dari belakang. Entah berapa lama aku tertidur dan terasa kontol hendra menekan dua bongkah pantatku. Aku lihat jam tanganku sudah menunjukkan jam 01:00. Aku bangkit untuk mencari air di ruang makan. Karena sangan haus, aku hanya sempat memakai celana dalam saja. Saat aku sedang minum tiba tiba terasa ada yang memelukku dari belakang. Dan terdengar suara Hendra
”haus ya Mi? sapanya sambil mencium rambutku dari belakang.
”iya Ndra, aku haus sekali. Uda tiga partai aku gak sempat minum“ jawabku.
„Kita ngentot lagi ya Mi, please?“ rajuk hendra
“udah terlalu malam Ndra, Aku harus pulang” tolakku
“please Mami, Hendra ketagihan sama mami. Hendra mau ngentot mami lagi” rYunYunnnya lagi sambil memelukku lebih keras.
Aku berusaha meronta, tapi tangan hendra semakin keras memelukku. Tubuhku merinding dan kurasakan seluruh bulu romaku berdiri saat jilatan lidah Hendra yang panas menerpa tulang belakangku. Tubuhku didorong Hendra hingga tengkurap di atas meja makan yang kokoh karena memang terbuat dari kYunYunn jati pilihan. Saat itulah tiba-tiba salah satu tangan Hendra beralih menurunkan celana dalamku dan meremas kedua buah pantatku. Aku semakin terangsang hebat saat tangan Hendra yang menYunsup menyentuh dan mengusap usap bibir vaginaku. Sesekali jarinya yang nakal menyentuh lubang anusku. Gila.. ini anak kuat sekali!!
“Aakhh.. Hendrahh jaangng.. anhh..” desahku antara pura-pura menolak dan meminta.
Ya.. harus kuakui kalau aku benar-benar rindu pada jamahan lelaki, karena sudah lama Aa tidak menjamahku.
Hendra yang sudah sangat bernafsu , tidak mempedulikan keberatanku. Dengan beringas dan agak kasar digigitnya punggungku di sana-sini sehingga membuat aku menggeliat dan menggelepar seperti ikan kekurangan air. Apalagi saat bibirnya yang tebal seperti mulai menjilat-jilat pantatku.
“Akhh.. Ndra.. Akhh.. Jang.. Akhh” kepura-puraanku akhirnya hilang saat dengan agak kasar mulut Hendra dengan rakusnya menggigiti kedua belah pantatku.
Luar biasa sensasi yang kurasakan saat itu. Pantatku bergoyang-goyang ke kanan dan kiri menahan geli saat digigit Hendra.
“Emmhhh.. Pantat Mami indaahh.., Hendra suka Mi” kudengar Hendra menggumam mengagumi keindahan pantatku.
Lalu tanpa rasa jijik sedikitpun lidahnya menyelusup ke dalam lubang anusku dan jilat sana jilat sini.
“Oughh.. sshh.. Amm.. ampunnhh..” aku mendesis karena tidak tahan dengan rangsangan yang diberikannya. Aku benar-benar pasrah total.
Liang vaginaku sudah berkedut-kedut seolah tak sabar menanti disodok-sodok. Rangsangan semakin hebat kurasakan saat tiba-tiba kepala Hendra menyeruak di sela-sela pahaku dan mulutnya yang rakus mencium dan menyedot-nyedot liang vaginaku dari arah belakang.
Secara otomatis kakiku melebar untuk memberikan ruang bagi kepalanya agar lebih leluasa menyeruak masuk. Aku sepertinya semakin gila.
“Oughh.. sshh.. Te..terushh.. Ohh.. Ndra..” dari menolak aku menjadi meminta! Benar-benar gila..!!
Pantatku semakin liar bergoyang saat lidah Hendra menyelusup ke dalam alur sempit di selangkanganku yang sudah sangat basah dan menjilat-jilat kelentitku yang sudah sangat mengembang karena birahi. Aku merasakan ada suatu desakan maha dahsyat yang menggelora, tubuhku seolah mengawang dan ringan sekali seperti terbang ke langit kenikmatan.
Tubuhku berkejat-kejat menahan terpaan gelora kenikmatan. Hendra semakin liar menjilat dan sesekali menyedot kelentitku dengan bibirnya hingga akhirnya aku tak mampu lagi menahan syahwatku.
“Argghh.. Ndra.. akhh..” aku mendesis melepas orgasmeku yang pertama sejak dientot Hendra untuk keempat kalinya malam ini.
Tubuhku bergerak liar untuk beberapa saat lalu akhirnya terdiam karena lemas. Napasku masih memburu saat Hendra melepaskan bibirnya dari gundukan bukit di selangkanganku. Lalu masih dengan posisi tengkurap di atas meja makan dengan setengah menungging tubuhku kembali ditindih Hendra. Aku merasakan ada benda hangat dan keras yang menempel ketat di belahan pantatku. Gila.. panas sekali benda itu..! Aku terlalu lemas untuk bereaksi.
Beberapa saat kemudian aku merasakan benda itu mengosek-kosek belahan vaginaku yang sudah basah dan licin. Sedikit demi sedikit benda keras itu menerobos kehangatan liang vaginaku. Sesak sekali rasanya.
Aku kembali terangsang saat benda hangat itu menyeruak masuk dalam kehangatan bibir kemaluanku.
“Hhkkk.. hhk.. shh.. Mem.. mekhh.. Mami benar-benar legithh..” Gumam Hendra di sela-sela napasnya yang memburu.
Didesakkannya kontolnya ke dalam lubang vaginaku. Oughh.. lagi-lagi sensasi yang luar biasa menerpaku
“Oughh.. Hendra.. Arghh..” aku hanya mampu merintih menahan nikmat yang amat sangat saat Hendra mulai memompaku dari belakang..!
Dengan posisi setengah menungging dan bertumpu pada meja makan, tubuhku disodok-sodok Hendra dengan gairah meluap-luap. Tubuhku tersentak ke depan saat Hendra dengan semangat menghunjamkan batang kontolnya ke dalam jepitan liang vaginakuku..! Lalu dengan agak kasar ditekannya punggungku hingga dadaku agak sesak menekan permukaan meja..!
Tangan kiri Hendra menekan punggungku sedangkan tangan kanannya meremas-remas buah pantatku dengan gemasnya. Tanpa kusadari tubuhku ikut bergoyang seolah-olah menyambut dorongan kontol Hendra. Pantatku bergoyang memutar mengimbangi tusukan-tusukan kontol Hendra yang menghunjam dalam-dalam…..
”Ohhh..arghhh…ohhh…” Tanpa sadar mulutku bergumam dan menceracau liar.
“Ouhmm terushh.. Terushh.. Yang kerashh..” Aku menceracau dan menggoyang pantatku kian liar saat aku merasakan detik-detik menuju puncak.
“Putarr.. Mii.. Putarrhh…!” kudengar pula Hendra menggeram sambil meremas pantatku kian keras.
Kontolnya semakin keras menyodok liang vaginaku yang sudah kian licin. Aku merasakan kontol Hendra mulai berdenYunt-denYunt dalam jepitan liang kemaluanku. Aku sendiri merasa semakin dekat mencapai orgasmeku yang kedua.
Tubuhku serasa melayang. Mataku membeliak menahan nikmat yang amat sangat. Tubuh kami terus bergoyang dan beradu, Hendra semakin keras dan liar menghunjamkan kontolnya yang terjepit erat vaginakuku. Lalu tiba-tiba tubuhnya mengejat-ngejat dan mulutnya menggeram keras.
“Arghh.. Terushh miiii. Goyangghh.. Arghh..”
Kontolnyanya yang terjepit erat dalam liang vaginaku berdenYunt kencang dan akhirnya aku merasakan adanya semprotan hangat di dalam tubuhku.. crooot…croott…croot… Beberapa kali air mani Hendra menyirami rahimku seolah menjadi pengobat dahaga liarku.
Tubuhnya kian berkejat kejat liar dan tangannya semakin keras mencengkeram pantatku hingga aku merasa agak sakit dibuatnya. Tapi aku tak peduli. Tubuhku pun seolah terkena aliran listrik yang dahsyat dan pantatku bergerak liar menyongsong hunjaman kontol Hendra yang masih menyemprotkan sisa-sisa air maninya.
“Oughh.. Arkhh.. Teruushh.. Ndraaa…” tanpa malu atau sungkan aku sudah meminta Hendra untuk lebih kuat menggoyang pantatnya untuk menuntaskan dahagaku.
Akhirnya aku benar-benar terkapar. Tulang-belulangku serasa terlepas semua. Benar-benar lemas aku dibuat oleh Hendra. Kami terdiam beberapa saat menikmati sisa-sisa kenikmatan yang baru saja kami peroleh. Kontol Hendra kurasakan mulai mengkerut dalam jepitan vaginaku.
Perlahan namun pasti akhirnya kontolnya terdorong keluar dan terkulai menempel di depan bibir vaginaku yang basah oleh cairan kami berdua. Gila banyak sekali Hendra mengeluarkan air maninya..! Aku tahu itu karena banyaknya tumpahan sisa-sisa air mani dari lubang vaginaku yang menetes ke lantai ruang makan.
“Mami benar-benar hebat.. Saya jadi tambah sayang Mami” bisik Hendra di telingaku.
Aku berusaha melepaskan diri dari jepitan tubuh Hendra yang kekar. Lalu aku bergegas ke kamar mandi dan membersihkan tubuhku. Lalu aku mandi di malam yang dingin itu.
Tiba tiba terasa ada yang memelukku dari belakang, ternyata Hendra, yang hanya memakai handuk. Gila..! Orang ini benar-benar bernafsu kuda..!! Tubuhku diangkatnya dan hendak dibawa masuk ke kamar mandi.
“Jangan di situ Ndra..” bisikku. Aku tidak mau bersetubuh di lantai kamar mandi yang dingin..! Bisa-bisa masuk angin nanti..!
“Ke kamar aja Ndra” Aku tahu tak mungkin aku menolak keinginan Hendra..! Apalagi aku juga menYunkainya.
Akhirnya tubuhku dipondong ke kamar. Kamar tamu fasilitasnya komplit sesuai standar rumah berkelas. Kamar yang dilengkapi tempat tidur spring bed, dan kamar mandi di dalam, serta AC..!
Setelah menutup pintu kamar dengan kakinya, Hendra menurunkan tubuhku di lantai dan bibirnya mulai mencari-cari bibirku. Aku diam saja saat bibirnya menyedot-nyedot bibirku. Aku semakin geli saat lidahnya berusaha menyusup ke dalam mulutku dan mengais-ngais di dalamnya. Tanpa sadar lidahku ikut menyambut lidah Hendra yang mendesak-desak dalam mulutku.
Gila..! aku telah telanjang bulat di depan anak buahku sendiri..!! Aku memang belum sempat memakai celana dalam dan BH setelah mandi tadi. Lalu dengan sekali tarik Hendra melepas handuk yang melilit di pinggangnya hingga ia juga telanjang bulat di depanku..! Mulutnya dengan ganas melumat bibirku sementara tangannya memeluk erat tubuh telanjangku..!
Aku merasa kegelian saat tangannya meremas-remas pantatku yang telanjang. Aku semakin menggelinjang saat bibirnya mulai turun ke leher dan terus ke dua buah dadaku yang padat menjadi sasaran mulutnya yang bergairah..!
Gila..! Liar.. dan panas..! Itulah yang dapat kugambarkan. Betapa tidak..!
Hendra mencumbuku dengan semangat yang begitu bergelora seolah-oleh harimau lapar menemukan daging..!
Agak sakit tapi nikmat saat kedua buah dadaku secara bergantian digigit dan disedot dengan liar oleh mulut Hendra. Tanganku pun dibimbingnya untuk dipegangkan ke arah batang kemaluannya yang tegak.
“Oughh.. Shh.. Enakhh..” mulutku tak sadar berbicara saat lidah Hendra yang panas dengan liar mempermainkan puting payudaraku yang sudah mengeras.
Sambil masih tetap memeluk tubuhku dan menciumi payudaraku, Hendra tetap duduk di pinggir tempat tidur. Dilepaskannya mulutnya dari payudaraku dan kembali diciuminya bibirku dengan ganasnya. Aku jadi terjongkok didepan tubuh telanjang Hendra yang sudah duduk di pembaringan, aku jadi berdiri di atas kedua lututku. Payudaraku yang kencang menjepit batang kemaluan Hendra yang hitam dan keras itu..!
“Hh.. Sshhah..” Hendra mendesis saat batang kemaluannya yang besar dan hitam itu terjepit payudaraku.
Dipeluknya tubuhku dengan semakin ketat dan ditekankannya hingga payudaraku semakin erat menjepit batang kemaluannya. Aku merasa kegelian saat bulu-bulu kemaluan Hendra yang sangat lebat menggesek-gesek pangkal payudaraku. Apalagi batang kemaluannya yang keras terjepit di tengah belahan kedua buah payudaraku, hal ini menimbulkan sensasi yang lain daripada yang lain.
Aku tidak sempat berlama-lama merasakan sensasi itu saat tangan Hendra yang kokoh menekan kepalaku ke bawah. Diarahkannya kepalaku ke arah kemaluannya, sementara tangan satunya memegang batang kemaluannya yang berdiri gagah di depan wajahku. Aku tahu ia menginginkan aku untuk mengulum batang kemaluannya.
Tanpa perasaan malu lagi kubuka mulutku dan kujilati batang kemaluan Hendra yang mengkilat. Gila besar sekali..!! Mulutku hampir tidak muat dimasuki benda itu..!
“Arghh.. Terr.. Terushh miiii..!” Mulut Hendra mengoceh tak karuan saat kumasukkan batang kemaluannya yang sangat besar itu ke dalam mulutku.
Kujilati lubang di ujung kemaluannya hingga ia mendesis-desis seperti orang kepedasan. Tidak puas bermain-main dengan batang kemaluan itu mulutku bergeser ke bawah lidahku menyelusuri guratan urat yang memanjang dari ujung kepala kemaluan Hendra hingga ke pangkalnya.
Hendra semakin blingsatan menerima layananku..! Tubuh- nya semakin liar bergerak saat bibirku menyedot kedua biji telor Hendra secara bergantian.
“ma..mmmiii.. Heb.. baathh.. Ohh.. Sshh.. Akhh..”.
Aku semakin nakal, bibirku tidak hanya menyedot kantung zakarnya melainkan lidahku sesekali mengais-ngais anus Hendra yang ditumbuhi rambut. Hendra semakin membuka kakinya lebar-lebar agar aku lebih leluasa memuaskan nya.
Beberapa saat kemudian tubuhku ditarik Hendra dan di lemparkannya ke tempat tidur. Aku masih tengkurap saat tubuh telanjangku ditindih tubuh telanjang Hendra. Kakiku dibentangkannya lebar-lebar dengan kakinya dan otomatis batang kemaluannya kini terjepit antara perutnya sendiri dan pantatku.
Ditekannya pantatnya hingga batang kemaluannya semakin ketat menempel di belahan pantatku. Tubuhku meng-gelinjang hebat saat lidahnya kembali menYunsuri tulang belakangku dari leher terus turun ke punggung dan turun lagi ke arah pantatku.
Tanpa rasa jijik sedikitpun, lidah Hendra kini mempermain-kan lubang anusku. Aku merasakan kegelian yang amat sangat tetapi aku tidak dapat bergerak karena pantatku ditekannya kuat-kuat. Aku hanya pasrah dan menikmati gairahnya…
Seluruh tubuhku dijilatinya tanpa terlewatkan seincipun. Dari lubang anus, lidahnya menjalar ke bawah pahaku terus ke lutut dan akhirnya seluruh ujung jariku dikulumnya. Benar-benar gila..!! Rasa geli dan nikmat berbaur menjadi satu..!!
Aku semakin mendesis liar saat mulut Hendra dengan liar dan gemas menyedot payudaraku bergantian. Kedua puting payudaraku dipermainkan oleh lidahnya yang panas sementara tangannya bergerak turun ke bawah dan mulai bermain-main di selangkanganku yang sudah basah.
Liang vaginaku berdenyt-denyut karena terangsang hebat, saat jari-jari tangan Hendra menguak labia mayoraku dan menggesek-gesekkan jarinya di dinding lubang kemaluanku yang sudah semakin licin.
Sensasi hebat kembali menderaku saat dengan liar mulut Hendra menggigit-gigit perut bagian bawahku yang masih rata. Perutku memang rata karena aku rajin berlatih kebugaran selain itu aku belum mempunyai anak hingga tubuhku masih sempurna.
“Aakhh.. Hendra….. Oughh..” aku mendesis saat bibir Hendra menelusuri gundukan bukit kemaluanku. Lidahnya menyapu-nyapu celah di selangkanganku dari atas ke bawah hingga dekat lubang anusku. Lidahnya terus bergerak liar seolah tak ingin melewatkan apa yang ada di sana.
Tubuhku tersentak saat lidah Hendra yang panas menyusup ke dalam liang kemaluanku dan menyapu-nyapu dinding kemaluanku. Kakiku dipentangkannya lebar-lebar hingga wajah Hendra bebas menempel gundukan kemaluanku. Rasa geli yang tak terhingga menderaku.
Tubuhku serasa kejang karena kegelian saat wajah Hendra dengan giat menggesek-gesek bukit kemaluanku yang terbuka lebar. Perutku serasa kaku dan mataku terbeliak lebar. Kugigit bibirku sendiri karena menahan nikmat yang amat sangat.
“Akhh Hendraaahh.. Ak….ku…..Ohh..” aku tak kuasa meneruskan kata kataku karena aku sudah keburu orgasme saat lidah Hendra dengan liar menggesek-gesek kelentitku. Tubuhku seolah terhempas dalam nikmat. Aku tak bisa bergerak karena kedua pahaku ditindih lengan Hendra yang kokoh.
Tubuhku masih terasa lemas dan seolah tak bertulang saat kedua kakiku ditarik Hendra hingga pantatku berada di tepi tempat tidur dan kedua kakiku menjuntai ke lantai. Hendra lalu menguakkan kedua kakiku dan memposisikan dirinya di tengah-tengahnya. Kemudian ia memasukan batang kontol nya yang sudah sangat keras ke bibir kemaluanku yang sudah sangat basah karena cairanku sendiri.
Aku menahan napas saat Hendra mendorong pantatnya hingga ujung kemaluannya mulai menerobos masuk ke dalam jepitan liang kemaluanku. Seinci demi seinci, batang kontol Hendra mulai melesak ke dalam jepitan liang vaginaku. Aku menggoyangkan pantatku untuk membantu memudahkan penetrasinya.
Rupanya Hendra sangat berpengalaman dalam hal seks.., hal ini terbukti bahwa ia tidak terburu-buru melesakkan seluruh batang kemaluannya tetapi dilakukannya secara bertahap dengan diselingi gesekan-gesekan kecil ditarik sedikit lalu didorong maju lagi hingga tanpa terasa seluruh batang kemaluannya sudah terbenam seluruhnya ke dalam liang kemaluanku.
Kami terdiam beberapa saat untuk menikmati kebersamaan menyatunya tubuh kami. Bibir Hendra memagut bibirku dan akupun membalas tak kalah liarnya. Aku merasakan betapa kontol Hendra yang terjepit dalam liang vaginaku mengedut-ngedut. Kami saling berpandangan dan tersenYunm mesra.
Tubuhku tersentak saat tiba-tiba Hendra menarik batang kontolnya dari jepitan liang vaginaku.
“Aakhhh..” aku menjerit tertahan. Rupanya Hendra nakal juga!!
“Enak miii.?!” bisiknya
“Kamu nakal Hendrahh…Ohh..” belum sempat aku menyelesaikan ucapanku Hendra mendorong kembali pantatnya kuat-kuat hingga seolah-olah ujung kontolnya menumbuk dinding rahimku di dalam sana.
Aku tidak diberinya kesempatan untuk bicara. Bibirku kembali dilumatnya sementara kemaluanku digenjot lagi dengan tusukan-tusukan nikmat dari batang kemaluannya yang besar..!, sangat besar untuk ukuran orang Indonesia.
Setelah puas melumat bibirku, kini giliran payudaraku yang dijadikan sasaran lumatan bibir Hendra. Kedua puting payudaraku kembali dijadikan bulan-bulanan lidah dan mulut Hendra.
Tubuhku mulai mengejang..! Gawat.. aku hampir orgasme lagi..! Kulihat Hendra masih belum apa-apa..!! Ini tidak boleh dibiarkan.., Pikirku. Aku paling suka kalau posisi di atas sehingga saat orgasme bisa full sensation.
Lalu tanpa rasa malu lagi kubisikkan sesuatu di telinga Hendra,
“Giliranku di atas sayang..”
Hendra meluluskan permintaanku dan menghentikan tusukan-tusukannya. Lalu tanpa melepaskan batang kemaluannya dari jepitan liang kemaluanku ia mengguling kan tubuhnya ke samping. Kini aku sudah berada di atas tubuhnya..!
Aku sedikit berjongkok dengan kedua kakiku di sisi pinggulnya. Kemudian perlahan-lahan aku mulai menggoyangkan pantatku. Mula-mula gerakanku maju mundur lalu berputar seperti layaknya bermain hula hop… Kulihat mata Hendra mulai membeliak saat batang kontolnya yang terjepit dalam liang vaginaku kuputar dan kugoyang. Pantat Hendra pun ikut bergoyang mengikuti iramaku.
“Shh.. Oughh.. Terushh.. miiii. Arghh..!” Hendra mulai menggeram. Tangannya yang kokoh mencengkeram kedua pantatku dan ikut membantu menggoyangnya. Gerakan kami semakin liar. Napas kami pun semakin menderu seolah menyaingi gemuruh hujan yang masih turun di luar sana.
Cengkeraman Hendra semakin kuat menekan pantatku hingga aku terduduk di atas kemaluannya.
Kelentitku semakin kuat tergesek batang kemaluannya hingga aku tak dapat menahan diri lagi. Tubuhku bergerak semakin liar dan kepalaku tersentak ke belakang saat puncak orgasmeku untuk yang kesekian kalinya tercapai. Tubuhku mengejat-ngejat di atas perut Hendra. Ada semacam arus listrik yang menjalar dari ujung kaki hingga ke ubun-ubun.
“Arrkhh.. Ohh.. Terr.. rushh.. Ohh..!” aku menjerit melepas orgasmeku meminta Hendra untuk semakin kuat memutar pantatnya.
Akhirnya aku benar-benar ambruk di atas perut Hendra. Tulang belulangku seperti dilolosi. Tubuhku lemas tak bertenaga. Napasku ngos-ngosan seperti habis mengangkat beban yang begitu berat. Aku hanya pasrah saja saat Hendra yang belum orgasme mengangkat tubuhku dan membalikkannya. Ia mengganjal perutku dengan beberapa bantal hingga aku seperti tengkurap di atas bantal. Kemudian Hendra menempatkan diri di belakangku. Dicucukkannya batang kontolnya di belahan kemaluanku dari belakang.
Rupanya ia paling menyukai doggy style. Aku jadi teringat SMS lucu dari kolegaku yang katanya, “Gaya seks paling ideal bagi orang berusia lanjut adalah gaya anjing.. Cukup diendus-endus saja..!!” Kalau Hendra memang paling senang doggy style, katanya full imagination.
Setelah tepat sasaran, Hendra mulai menekan pantatnya hingga kontolnyaya amblas tertelan vaginaku. Ia diam beberapa saat untuk menikmati sensasi indahnya jepitan vaginaku. Dengan bertumpu pada kedua lututnya, Hendra mulai menggenjot vaginaku dari arah belakang. Kembali terdengar suara tepukan beradunya pantatku dengan tulang kemaluan Hendra yang semakin lama semakin cepat mengayun ayunkan pantatnya maju mundur.
Kurang puas dengan jepitan vaginaku, kedua pahaku yang terbuka dikatupkannya hingga kedua kakiku berada diantara kedua paha Hendra.
Kembali ia mengayun ayunkan pantatnya maju mundur. Aku merasakan betapa jepitan vaginaku kian erat menjepit kontolnya. Aku bermaksud menggerakkan pantatku mengikuti gerakanya, tetapi tekanan tangannya terlalu kuat untuk kulawan hingga aku pasrah saja.
Aku benar-benar dibawah penguasaannya secara total. Tempat tidurku ikut bergoyang seiring dengan ayun ayunan kontol Hendra yang menghunjam ke dalam liang kemaluanku. Nafsuku mulai terbangkit lagi. Perlahan-lahan gairahku meningkat saat kontol Hendra menggesek-gesek kelentitku.
“Ugh.. Ugh.. Ahh..” terdengar suara Hendra mendengus saat memacu menggerakkan pantatnya menghunjamkan kemaluannya.
“Terushh.. Terushh Ndraa.. Terushh.. Ahh..” kembali tubuhku bergetar melepas orgasmeku.
Kepalaku terdongak ke belakang, sementara Hendra tetap menggerakkan kontolnya dalam jepitan vaginaku kini tubuhnya sepenuhnya menindihku. Kepalaku yang terdongak ke belakang didekapnya dan dilumatnya bibirku sambil tetap menggoyangkan pantatnya maju mundur. Aku yang sedikit terbebas dari tekanannya ikut memutar pantatku untuk meraih kenikmatan lebih banyak.
Kami terus bergerak sambil saling berpagutan bibir dan saling mendorong lidah kami. Entah sudah berapa kali aku mencapai orgasme selama bersetubuh dengan Hendra ini.
Hendra melepaskan kontolnya dari jepitan vaginaku dan mengangkat tubuhku hingga posisi telentang. Aku sudah pasrah. Dibentangkannya kedua pahaku lebar-lebar lalu kembali Hendra menindihku. vaginaku yang sudah sangat licin disekanya dengan handuk kecil yang ada di tempat tidur. Kemudian ia kembali menusukkan batang kemaluannya ke bibir kemaluanku.
Perlahan namun pasti, seperti gayanya tadi dikocoknya kontolnya hingga sedikit demi sedikit kembali terbenam dalam kehangatan liang vaginaku. Tubuh kami yang sudah basah oleh peluh kembali bergumul.
” Hendra.. Hebatthh..” bisikku.
“Biasa miii.. Kalau ngentot sama mami maunya lama ..” demikian kilahnya.
Kami tidak dapat berbicara lagi karena lagi-lagi bibir Hendra sudah melumat bibirku dengan ganasnya. Lidah kami saling dorong mendorong sementara pantat Hendra kembali menggenjotku sekuat-kuatnya hingga tubuhku timbul tenggelam dalam busa springbed yang kami gunakan.
Kulihat tonjolan urat di kening Hendra semakin jelas menunjukkan napsunya sudah mulai meningkat. Napas Hendra semakin mendengus seperti kerbau gila. Aku yang sudah lemas tak mampu lagi mengimbangi gerakan Hendra.
“Ugh.. Ughh.. Uhh..” dengus napasnya semakin bergemuruh terdengar di telingaku. Bibirnya semakin ketat melumat bibirku. Lalu kedua tangan Hendra menopang pantatku dan menggenjot vaginaku dengan tusukan-tusukan kontolnya.
Aku tahu sebentar lagi ia akan sampai. Aku pun menggerakkan pantatku dengan sisa-sisa tenagaku. Benar saja tiba-tiba ia menggigit bibirku dan menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam ke dalam liang kemaluanku dan crrt.. Crrtt.. Cratt.. Crott.. Crrat.. Ada lima kali mungkin ia menyemprotkan spermanya ke dalam rahimku. Ia masih bergerak beberapa saat seperti berkelojotan, lalu ambruk di atas perutku. Aku yang sudah kehabisan tenaga tak mampu bergerak lagi.
Kami tetap berpelukan menuntaskan rasa nikmat yang baru kami raih. kontol Hendra yang masih kencang tetap menancap ke dalam liang vaginaku. Keringat kami melebur menjadi satu. Akhirnya kami tertidur sambil tetap berpelukan dengan batang kemaluan Hendra tetap tertancap dalam vaginaku. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot,
Sabtu, 19 Desember 2015
Cerita Sex: Selingkuh Tak Tertahankan | Agen Poker Online
Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, – Cerita Sex: Selingkuh Tak Tertahankan – Ana meletakkan bayinya di atas boks, lalu dia sendiri rebah di atas sofa di ruang tengah, merasa agak sedikit kelelahan. Suaminya, Roy, bilang padanya kalau ada seorang sahabat lamanya yang akan datang dan menginap di akhir pekan ini, jadi disamping mengurus bayinya, dia mempunyai sebuah pekerjaan tambahan lagi, menyiapkan kamar tamu untuk menyambut tamu suaminya itu. Pikirannya melayang pada sang tamu, sahabat suaminya yang akan datang nanti, Jodi.
Jodi adalah sahabat lama suaminya saat kuliah dulu. Dia cukup akrab dengan mereka. Ana sudah cukup mengenal Jodi, lebih dari cukup untuk menyadari bahwa hatinya selalu berdesir bila bertatapan mata dengannya. Sebuah perasaan yang tumbuh semakin besar yang tak seharusnya ada dalam hatinya yang sudah terikat janji dengan Roy waktu itu. Dan perasaan itu tetap hidup di dasar hatinya hingga mereka berpisah, Ana akhirnya menikah dengan Roy dan sekarang mereka mempunyai seorang bayi pria.
Ada sedikit pertentangan yang berkecamuk dalam hatinya. Di satu sisi meskipun dia dan suaminya saling menjunjung tinggi kepercayaan dan berpikiran terbuka, tapi dia tetap merasa sebagai seorang istri yang wajib menjaga kesucian perkawinan mereka dan kesetiaannya pada sang suami. Tapi di sisi lain Ana tak bisa pungkiri bahwa ada rasa yang lain tumbuh di hatinya terhadap Jodi hingga saat ini. Seorang pria menarik berusia sekitar 30an, berpenampilan rapi, dan matanya yang tajam selalu membuat jantungnya berdebar kencang saat bertemu mata. Sosoknya yang tinggi tegap membuatnya sangat menawan.
Ana seorang wanita cantik yang bisa dikatakan sedikit pemalu dan selalu berpegang teguh pada sebuah ikatan. Dan dia tak kehilangan bentuk asli tubuhnya setelah melahirkan. Mungil, buah dada yang jadi sedikit lebih besar karena menyusui dan sepasang pantat yang menggoda. Rambutnya hitam lurus panjang dengan mata indah yang dapat melumerkan kokohnya batu karang. Semua yang ada pada dirinya membuat dia mempunyai daya tarik seksual terhadap lawan jenisnya meskipun dia tak pernah menunjukkannya.
Aah… seandainya saja dia mengaenal Jodi jauh sebelum suaminya datang dalam kehidupannya!
Ana pejamkan matanya mencoba meredam pergolakan dalam hatinya dan hati kecilnya menuntun tangannya bergerak ke bawah tubuhnya. Vaginanya terasa bergetar akibat membayangkannya dan saat dia menyentuh dirinya sendiri yang masih terhalang celana jeansnya, sebuah ombak kenikmatan menerpa tubuhnya. Jemarinya yang lentik bergerak cepat melepas kancing celananya lalu menurunkan resleitingnya. Tangannya menyelinap di balik celana dalam katunnya yang berwarna putih, melewati rambut kemaluannya hingga sampai pada gundukan daging hangatnya. Nafasnya terasa terhenti sejenak saat jarinya menyentuh kelentitnya yang sudah basah, membuat sekujur tubuhnya merasakan sensasi yang sangat kuat.
Dia terdiam beberapa waktu. Roy pulang dua jam lagi, dan Jodi juga datang kira-kira dalam waktu yang sama. Kenapa tidak? Dia tak bisa mencegah dorongan hati kecilnya. Toh dia tak menghianati suaminya secara lahiriah, hanya sekedar untuk memuaskan dirinya sendiri dan 2 jam lebih dari cukup, sisi lain hatinya mencoba beralasan membenarkan kobaran gairahnya yang semakin membesar dalam dadanya.
Ana menurunkan celana jeansnya dan mengeluarkan kakinya satu persatu dari himpitan kain celana jeansnya. Melepaskan celana dalamnya juga, lalu dia kembali rebah di atas sofa. Dari pinggang ke bawah telanjang, kakinya terbuka. Pejamkan matanya lagi dan tangannya kembali bergerak ke bawah, menuju ke pangkal pahanya, membuat dirinya merasa se nyaman yang dia inginkan.
Dia nikmati waktunya, menikmati setiap detiknya. Dia membayangkan Jodi sedang memuaskannya, deru nafasnya semakin cepat. Ana tak pernah berselingkuh selama ini, membayangkan dengan pria lain selain Roy saja belum pernah, semua fantasinya hanya berisikan suaminya. Tapi sekarang ada sesuatu dari pria ini yang menyeretnya ke dalam fantasi barunya.
“Ups! Maaf!” terdengar sebuah suara.
Matanya langsung terbuka, dan dia tercekat. Dia melihat bayangan seorang pria menghilang di sudut ruangan. Dia baru sadar kalau dia sudah melakukan masturbasi selama lebih dari 10 menit, dan dia benar-benar tenggelam dalam alam imajinasinya hingga tak menyadari ada seseorang yang masuk ke dalam rumah. Dan dia sadar kalau bayangan pria itu adalah Jodi, dengan terburu-buru dia mengambil pakaiannya dan segera memakainya lagi.
“Mafkan aku Ana,” kata Jodi,
“Nggak ada yang menjawab ketukanku dan pintunya terbuka.” dia berada di sudut ruangan jauh dari pandangan, tapi dia sudah melihat banyak! Pemandangan yang disaksikannya saat dia memasuki ruangan ini membakar pikirannya.
Istri sahabatnya berbaring dengan kaki terpentang lebar di atas sofa itu, tangannya bergerak berputar pada kelentitnya. Pahanya yang lembut dan kencang tebuka lebar, rambut kemaluannya yang hitam mengelilingi bibir vaginanya. Penisnya mengeras dengan cepat dalam celana jeansnya.
“Nggak apa-apa,” jawab Ana dari ruang keluarga,
“Kamu boleh masuk sekarang.” dia sudah berpakaian lengkap sekarang, dan dia berbaring di atas sofa, menyembunyikan wajahnya dalam telapak tangannya.
“Aku sangat malu.” katanya kemudian.
“Ah, kita semua pernah melakukannya, Ana!” jawab Jodi.
Dia berdiri tepat di samping Ana, seperti ingin agar Ana dapat melihat seberapa ‘kerasnya’ dia. Dia tak dapat mencegahnya, wanita ini sangat menggoda. Dia merasa kalau dia ingin agar wanita ini bergerak padanya!!!
“Tetap saja memalukan!” katanya, menyingkirkan tangannya dari wajahnya.
Vaginanya berdenyut sangat hebat, dia hampir saja mendapatkan orgasme tadi! Sebuah desiran yang lain terasa saat dia melihat tonjolan menggelembung pada bagian depan celana Jodi. Dengan cepat dia memalingkan wajahnya, tapi masih saja pria ini memergokinya. Sekarang Jodi menjadi lebih terbakar lagi, ini lebih dari cukup.
“Nggak ada yang harus kamu permalukan, setidaknya itu pendapatku setelah apa yang sudah aku lihat tadi!” katanya tenang.
Ana menatapnya penuh dengan tanda tanya.
“Aku jadi benar-benar terangsang melihatmu seperti itu,” dia menjelaskan,
“Sebuah perasaan yang belum pernah ku alami sebelumnya.” kata-katanya, adalah kenyataan bahwa dia sangat menginginkannya, membuat Ana semakin basah.
Dia menyadari betapa istri sahabatnya ini ‘tertarik’ akan perkataannya tersebut dan Jodi memutuskan untuk lebih menekannya lagi.
“Lihat akibatnya padaku!” katanya, tangannya bergerak mengelus tonjolan pada bagian depan celananya. Ini masih dalam batas yang bisa dikatakan ‘wajar’, belum ada batas yang dilanggar. Saat Jodi melihat ‘noda’ basahnya di atas permukaan sofa itu dan mata Ana yang tak berpaling dari seputar pinggangnya, Jodi memutuskan akan melanggar batas tersebut.
Ana hanya melihat dengan diam saat sahabat suaminya ini membuka kancing dan menurunkan resleiting celananya. Ana tak bisa mengingkari bahwa dia menjadi lebih terangsang, dan dia tak menemukan kata yang tepat untuk mencegah pria ini. Dan saat dia menyaksikan pria di depannya ini memasukkan tangannya dalam celana dalamnya sendiri, vaginanya terasa semakin basah.
Jodi mengeluarkan penis kedua dalam hidup Ana yang dilihatnya secara nyata, disamping penis para bintang film porno yang pernah dilihatnya bersama suaminya dulu. Nafas Ana tercekat, matanya terkunci memandangi penis dihadapannya. Dia belum melihat keseluruhannya, dan ini benar-benar sangat berbeda dengan milik suaminya. Tapi ternyata ‘perbedaan’ itulah yang semakin membakar nafsunya semakin lapar.
“Suka apa yang kamu lihat?” tanyanya pelan.
Ana mengangguk, memberanikan diri memandang ke atas pada mata Jodi sebelum melihat kembali pada penisnya yang keras. Jodi mengumpat betapa beruntungnya sahabatnya. Dia ucapkan sebuah kata.
“Sentuhlah!”
Ragu-ragu, dengan hati berdebar kencang, Ana pelan-pelan menyentuh dengan tangannya yang kecil dan melingkari penis pria di depannya ini dengan jarinya. Penis pertama yang dia pegang dengan tangannya, selain milik suaminya, dalam enam tahun belakangan. Perasaan dan emosi yang bergolak di dadanya terasa menegangkan, dan dia inginkan lebih lagi. Jodi melihat penisnya dalam genggaman tangan istri sahabatnya yang kecil, dan dia hanya melihat saat Ana pelan-pelan mulai mengocokkan tangannya.
Terasa sangat panas dan keras dalam genggaman tangannya, dan Ana tak dapat hentikan tangannya membelai kulitnya yang lembut dan berurat besar itu. Jodi bergerak mendekat dan membuat batang penisnya menjadi hanya beberapa inchi saja dari wajah Ana.
Jodi menyentuh tubuh Ana, tangannya meremas pahanya yang masih terbungkus celana jeans. Tanpa sadar Ana membuka kakinya sendiri melebar untuknya, dan tangan Jodi bergerak semakin dalam ke celah paha Ana. Terasa desiran kuat keluar dari vaginanya saat tangan Jodi mulai mengelusi dari luar celana jeansnya, Ana menggelinjang dan meremas penisnya semakin kencang.
Dengan tangannya yang masih bebas, dipegangnya belakang kepala Ana dan mendorongnya semakin mendekat. Ana tak berusaha berontak. Matanya masih terpaku pada penis Jodi, dia menunduk ke depan dan dengan lembut mencium ujung kepalanya. Lidahnya terjulur keluar dan Ana kemudian mulai menjilat dari pangkal hingga ujung penis barunya tersebut.
Sekarang giliran Jodi, tangannya bergerak melucuti pakaian Ana. Ana yang sedang asik dengan batang keras dalam genggaman tangannya tak menghiraukan apa yang dilakukan Jodi. Diciumnya kepala penis Jodi, menggodanya seperti yang disukai suaminya (hanya itulah seputar referensi yang dimilikinya).
Tangan Jodi menyelinap dalam celana dalam Ana, tangannya meluncur melewati rambut kemaluannya. Ana melenguh pelan saat tangan Jodi menyentuh kelentitnya. Dia membuka lebar mulutnya dan memasukkan mainan barunya tersebut ke dalam mulutnya, lidahnya berputar pelan melingkari kepala penis dalam mulutnya. Jodi mengerang, merasakan kehangatan yang membungkus kejantanannya. Dia menatapnya dan melihat batang penisnya menghilang dalam mulut Ana, bibirnya mencengkeram erat di sekelilingnya dan matanya terpejam rapat.
Jodi menjalankan jarinya pada kelentit Ana, menggoda tombol kecilnya, mulut Ana tak bisa bebas mengerang saat tersumpal batang penis Jodi. Dorongan gairah yang hebat membuat Ana semakin bernafsu mengulum naik turun batang penis Jodi. Pinggulnya dengan reflek bergerak memutar merespon tarian jari Jodi pada kelentit sensitifnya.
Jari Jodi mengeksplorasi lubang hangatnya Ana, membuat lenguhannya semakin sering terdengar dalam bunyi yang aneh karena dia tak juga mau melepaskan mulutnya dari batang penis Jodi. Ana tak lagi memikirkan apa yang dia perbuat, dia hanya mengikuti nalurinya. Ini benar-benar lain dengan dia dalam keseharian, sesuatu yang akan membuat suaminya mati berdiri bila dia melihatnya saat ini. Semuanya meledak begitu saja.
Sesuatu yang dimiliki pria ini yang membuka pintu dari sisi lain dirinya dan Jodi sangat menikmati perbuatannya. Masing-masing masih tetap asik dengan kemaluan pasangannya. Dan Ana menginginkan lebih dari ini. Mereka berdua menginginkan lebih dari sekedar begini.
Ana menelan seluruh batang penis Jodi, menahannya di dalam mulutnya untuk memenuhi kehausan gairahnya sendiri. Hidungnya sampai menyentuh rambut kemaluan Jodi, ujung kepala penisnya menyentuh langit-langit tenggorokannya, hampir membuatnya tersedak.
Jodi mengeluarkan tangannya dari balik celana dalam Ana yang membuatnya sedikit kecewa, ada sesuatu yang terasa hilang. Diraihnya tepian celana jeans Ana dan dengan cepat Ana mengangkat sedikit pantatnya dari atas sofa, yang mau tak mau membuatnya melepaskan batang penis itu dari mulutnya, dan mempermudah sahabat suaminya ini melepaskan celananya dari kakinya yang halus.
Nafasnya tercekat, dada terasa berat saat dia melihat Jodi menarik celana dalamnya. Dengan sedikit memaksa dia menurunkannya melewati kakinya dan Ana menendangnya menjauh dari kakinya sendiri. Membantu Jodi menelanjangi tubuh bawahnya. Jodi sekarang berlutut di lantai dan menatap takjub pada segitiga menawan dari rambut kemaluan Ana.
Dia menyentuh vagina Ana dengan tangan kirinya, menjalankan jari tengahnya pada kelentitnya sambil tangan yang satunya menggenggam batang penisnya sendiri.
Ana mendesah pelan, pinggulnya bergetar. Matanya terpejam rapat, dia sangat meresapi rasa yang diberikan selangkangannya. Jodi mengoleskan kepala penisnya pada pipi dan hidung Ana. Saat sampai di mulutnya, Ana membuka mulutnya segera dan Jodi langsung mendorong penisnya masuk.
Tangannya yang kecil menggenggam buah zakarnya dan Ana membuka matanya perlahan saat dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun pada batang penisnya. Jodi semakin melesakkan jarinya ke dalam vagina Ana, membuat Ana memejamkan matanya lagi, mengerang. Vaginanya terasa sangat basah! Jarinya bergerak di seluruh rongga lubang itu, bergerak keluar masuk saat ibu jarinya mengerjai kelentit Ana.
Kini, celana jeans dan celana dalam Jodi sudah jatuh merosot di atas lantai, Jodi menarik penisnya keluar dari mulut Ana dan langsung menendang pakaian bawahnya menjauh. Dia menunduk, tangannya bergerak ke bawah bongkahan pantat Ana, mengangkatnya dari atas sofa agar bagian bawah tubuh istri sahabatnya ini lebih terekspose ke atas. Ana meraih penisnya dan segera memasukkannya kembali ke dalam mulutnya.
Jodi mendekatkan kepalanya pada daging nikmat Ana.
Masih tetap menahan pantat Ana ke atas, mulutnya mencium bibir vagina Ana, mencicipi rasa dari istri sahabatnya untuk pertama kalinya. Mulut Ana langsung mengerang merespon, sejenak menikmati sensasi yang diberikan Jodi sebelum kembali meneruskan ‘pekerjaan’ mulutnya. Lidah Jodi melata pada dinding bagian dalam dari vagina Ana, menjilati sari buah gairah yang dikeluarkannya.
Ana merasa bibir Jodi menjepit tombol sensitifnya dan lidahnya bergerak pelan pada sasarannya. Erangan semakin tak terkendali lepas dari mulutnya akibat perlakuan Jodi kali ini. Batang penisnya terlepas keluar dari cengkeraman mulut Ana. Jodi semakin menaikkan pantat Ana, menekan vagina Ana pada wajahnya dan lidahnya semakin bergerak menggila.
Jantung Ana serasa mau meledak, nafasnya terasa berat… sangat dekat…
Jantungnya berhenti berdenyut, orgasmenya datang. Pinggulnya mengejat di wajah Jodi dengan liar. Ana merasa jiwanya melayang entah kemana! Pria ini memberinya sebuah oral seks terhebat yang pernah didapatkan dalam hidupnya!
Akhirnya, Ana kembali ke bumi. Jodi melepaskan pantatnya, mengangkat kepalanya dari selangkangan Ana. Batang penisnya terasa sangat keras, dan nafasnya terdengar memburu tak beraturan. Ana pikir dia tak mungkin dapat menghentikan pria ini sekarang meskipun dia menginginkannya. Jodi naik ke atas sofa, menempatkan dirinya diantara paha Ana, yang tetap Ana biarkan terbentang lebar hanya untuknya.
Terlintas dalam pikirannya jika dia tetap meneruskan ini terjadi, milik Jodi adalah penis kedua yang akan memasuki tubuhnya dalam hidupnya. Sedikit gelembung rasa bersalah melayang dalam benaknya. Yang dengan cepat meletus menguap saat ujung kepala penis Jodi menyentuh bibir vaginanya, membuat sekujur tubuhnya seakan tersengat aliran listrik.
Dengan perlahan Jodi memasukkan penisnya menembus ke dalam tubuh Ana.
Pada pertengahan perjalanannya dia menghentikan sejenak gerakannya, menikmati gigitan bibir vagina Ana pada batang penisnya dan tiba-tiba dia menghentakkan kedalam dengan satu tusukan. Dinding vaginanya terbuka menyambutnya, dan pelan-pelan Ana dapat merasakan dirinya menerima sesuatu yang lain memasuki tubuhnya kini. Tubuhnya merinding, perasaan menakjubkan ini merenggut nalarnya.
Jodi mengeluarkan separuh dari batang penisnya dan menghujamkannya kembali seluruhnya ke dalam vagina Ana.
Erangan keduanya terdengar saling bersahutan dan Jodi menahan penisnya sejenak di dalam vagina Ana, meresapi sensasinya. Manahan berat tubuhnya dengan kedua lengannya, dia menatap ke bawah pada istri sahabatnya ini sambil menggerakkan penisnya keluar masuk dalam vagina Ana dengan gerakan lambat.
Ana pejamkan matanya, mendesah lirih saat dia rasakan kejantanan Jodi keluar masuk dalam tubuhnya. Jodi melihat batang penisnya menghilang lalu muncul kembali dalam daging hangat basah milik Ana lagi dan lagi, dan gerakannya perlahan semakin cepat. Nafas keduanya semakin berat, Jodi bergerak semakin cepat, Ana menggelinjang, mengerang, kakinya terangkat keatas.
Kedua kakinya akhirnya jatuh dibelakang pantat Jodi yang mengayun keluar masuk. Tubuh Jodi menindih tubuh kecil wanita di bawahnya saat dia mengocok vaginanya semakin keras. Dia menciumi leher Ana, dan menghisap lubang telinganya dengan mulutnya, erangan keduanya terdengar mengiringi setiap gerakan tubuh mereka.
Lengan Ana melingkari tubuh Jodi, kukunya tertancap pada punggung Jodi saat kakinya terayun-ayun oleh gerakan pantat Jodi. Mulut Ana menyusuri leher Jodi, mencari bibirnya. Saat bibir mereka bertemu, mereka berciuman untuk pertama kalinya. Lidah Ana merangsak masuk ke dalam mulut Jodi mengiringi batang penisnya yang menggenjot tubuhnya berulang-ulang. Bibir keduanya saling melumat, saling mengerang dalam mulut masing-masing di atas sofa di ruang tengah itu. Sofa itu sedikit berderit akibat gerakan Jodi yang bertambah liar.
Ana dapat merasakan orgasmenya mulai tumbuh, dan dia menghentikan ciumannya, tak mampu menahan erangannya lagi. Mulut mungilnya mengeluarkan erangan yang sangat keras dan semakin keras saat penis keras Jodi semakin melebarkan vaginanya dan Jodi memasukinya bertambah dalam.
Seorang pria baru! Ana tak pernah melakukannya dengan pria lain selain Roy sebelumnya dan pria baru ini melakukannya dengan sangat hebat! Semuanya terasa bergerak cepat. Orgasmenya meledak, Ana mencoba menahan erangannya dengan menggigit bibir bawahnya. Dinding-dinding vaginanya berkontraksi mencengkeram batang penis pria baru ini dengan kuat, dan Ana menghentakkan pinggulnya keatas berlawanan dengan gerakan Jodi di atas tubuhnya, berusaha agar batang penis Jodi tenggelam semakin dalam pada tubuhnya saat ombak orgasme mengambil alih kesadarannya.
Jodi memandangi Ana saat dia dilanda orgasme, masih tetap mengocok penisnya dengan kecepatan yang dia mampu. Dia tak menyangka wanita pemalu dan pendiam ini akan begitu mudah ditaklukannya! Dia merasakan miliknya juga segera tiba, gerakannya semakin dipercepat.
Dalam beberapa tusukan kemudian, dan lalu meledaklah. Sejenak setelah orgasme Ana mereda, orgasme Jodi datang.
Tusukan terakhirnya membuat penisnya terkubur semakin jauh dalam vagina Ana. Dia menggeram, penisnya berdenyut hebat. Semburan demi semburan yang kuat keluar dari ujung penisnya mendarat dalam rahim Ana seakan tanpa jeda.
Ana menggoyangkan pantatnya naik ke atas, memeras semua sperma dari penis Jodi. Jodi tak bisa menahan tubuhnya lebih lama, dia jatuh menindih tubuh Ana di bawahnya, mencoba bernafas dengan susah payah.
Tangan Ana membelai punggung Jodi saat sperma terakhirnya keluar dari penisnya menyirami vaginanya. Keduanya masih berusaha untuk mengatur nafas. Kedua bibir mereka merapat, berciuman dengan lembut. Lidahnya menggelitik rongga mulut Ana dan ciuman mereka berubah menjadi liar saat penis Jodi mulai mengecil dalam vagina Ana. Tangan dan paha Ana mencengkeramnya erat, menahannya agar tetap berada dalam tubuhnya.
Dia mendapatkan pengalaman lain dengan pria ini. Pria kedua yang bercinta dengannya dalam 29 tahun usianya. Akhirnya mereka hentikan ciumannya. Jodi mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi dari vagina Ana. Keduanya mengenakan pakaiannya masing-masing tanpa saling berkata-kata. Ana terlalu malu untuk mengucapkan sesuatu dan Jodi tak tahu harus berkata apa.
Roy pulang 30 menit kemudian – dia pulang lebih awal, tapi tak lebih awal (beruntunglah mereka). Ketiganya lalu makan malam, dan Ana tak dapat menyingkirkan pikirannya dari bayangan Jodi sepanjang waktu itu.
Roy dan Jodi kemudian sibuk dengan urusan pria yang tak begitu dimengerti oleh Ana. Dan malam berikutnya, mereka berdua duduk di meja makan bersama Ana. Para pria sedang bermain catur. Ana menghabiskan sepanjang harinya mengasuh bayi mereka. Kapanpun saat dia sedang sendiri, dia tak mampu hentikan dirinya memikirkan pengalamannya bersama Jodi kemarin. Dia merasa gairahnya menyala-nyala sepanjang hari itu, dan dia mempunyai beberapa menit untuk memuaskan dirinya dengan tangannya sendiri.
Saat menuangkan minuman pada suaminya dan Jodi malam itu, dia sangat bergairah, dan sangat basah. Setiap kali dia melirik Jodi, ada desiran halus pada vaginanya. Sekarang dia telah mencoba seorang pria lain, dan dia merasa ketagihan!
Jodi tak jauh beda. Dia bermasturbasi mebayangkan istri sahabatnya ini kemarin malam, sebelum tidur. Bayangan tubuh telanjangnya memenuhi benaknya sepanjang hari. Saat Roy pergi ke kamar mandi, Jodi beringsut mendekati Ana.
“Apa kamu menikmati waktu kita kemarin?” tanyanya berbisik.
“Ya.” Ana tersenyum manis. Sifatnya yang malu-malu membuat birahi Jodi terbakar.
“Apa kamu menginginkannya sekarang?” dia bertanya memastikan.
Penisnya sudak mengeras sekarang. Ana terkejut dengan pertanyaannya yang sangat berani itu, malu-malu, lalu mengangguk.
Jodi memutuskan akan sedikit menggodanya. Membuat Ana semakin menginginkannya agar kesempatan mendapatkannya lagi semakin terbuka lebar. Dia menurunkan resleiting celananya dan melepaskan kancingnya, tangannya masuk ke dalam pakaian dalamnya. Dia mengeluarkan penisnya, yang sudah ereksi penuh. Nafas Ana tercekat di tenggorokan, denyutan di vaginanya memberinya sebuah sensasi. Batang penis itu berada dalam tubuhnya kemarin. Dia menginginkannya lagi sekarang.
Mereka mendengar pintu kamar mandi terbuka dan Jodi segara memasukkan penisnya kembali ke dalam celananya. Roy masuk ke dalam ruangan, tak mengira sahabatnya baru saja memperlihatkan penisnya yang ereksi pada istrinya.
Tak lama berselang, entah kenapa dewa kemujuran selalu berpihak pada mereka, Roy lagi-lagi mau ke kamar mandi. Saat dia berdiri dan bergegas ke kamar mandi, vagina istrinya berdenyut membutuhkan penis Jodi. Begitu Roy menghilang dari pandangan keduanya, Jodi langsung bangkit dari kursinya. Mata Ana berbinar terfokus pada tonjolan di celana Jodi saat mereka mendengar pintu kamar mandi ditutup.
Dia langsung menurunkan resleitingnya, dan mengeluarkan batang penisnya. Dengan cekatan Jodi mengocok penisnya sampai ereksi penuh, sangat dekat di wajah Ana. Jodi berdiri dei depan Ana, dan Ana langsung berlutut di hadapan sahabat suaminya.
Kepala penisnya menyentuh kulit pipinya, dan perlahan bergerak ke mulutnya. Saat Jodi merasa bibir lembut Ana menyentuh ujung kepala penisnya, dia merasa mulut itu membuka.
Segera saja kepala penis itu lenyap ke dalam mulut Ana, dan Jodi melihat bibir itu bergerak membungkus seluruh batang penisnya. Tangannya membelai rambut panjang Ana dengan lembut, menahan kepalanya saat seluruh bagian batang penisnya lenyap dalam mulut Ana.
Kepalanya segera bergerak maju mundur pada batang penis itu, suara basah dari hisapan mulutnya segera terdengar.
Kembali, mereka mendengar pintu kamar mandi dibuka, dan Jodi mengeluarkan penisnya dari mulut Ana dengan cepat. Agak kesulitan dia memasukkan penisnya kembali dalam celananya dan segera duduk kembali di kursinya, menutupi perbuatan mereka. Roy duduk dan memberi Ana ciuman kecil, tak tahu kalau istrinya baru saja mendapatkan sebuah batang penis yang lain dalam mulutnya.
Mereka kembali mendapatkan kesempatan sekali lagi di malam itu, dan mereka berusaha memanfaatkannya semaksimal mungkin. Bayi mereka menangis di lantai atas, Roy berinisiatif untuk pergi melihatnya. Ana lebih dari senang mengijinkannya. Dia sangat menginginkan penis itu, tapi dia tak mampu berbuat apa-apa. Meskipun mendapatkannya di dalam mulutnya tak mampu meredakan gairahnya.
Mereka dapat mendengar bunyi langkah kaki Roy yang menaiki tangga, dan Ana langsung berdiri. Dia tak pernah se agresif ini! Tapi ke’hausannya’ akan penis itu mampu merubah tabiatnya. Hanya sekedar untuk segera melihatnya lagi! Dia langsung berlutut di antara paha Jodi, dan Jodi segera membukanya untuknya…
Tangan mungilnya dengan cekatan melepaskan kancing dan resleitingnya, dan dia langsung membukanya dalam sekejap. Ana meraih ke dalam celana dalam Jodi dan mengeluarkan penis kerasnya. Vaginanya langsung basah hanya dengan memandangnya saja. Tangannya yang kecil mengocoknya, saat lidahnya menjilati dari pangkal batang penis Jodi hingga ke ujung.
Sekali lagi, dia kembali memasukkannya ke dalam mulutnya. Menghisapnya dengan rakus hingga mengeluarkan bunyi, tak menghiraukan resiko kepergok suaminya. Jodi mendengarkan dengan seksama gerakan dari lantai atas, memastikan Roy tidak turun ke bawah.
Jodi menatapnya. Bibirnya membungkus batang penisnya dengan erat, kepala penisnya tampak bekilatan basah terkena lampu ruangan ini saat itu keluar dari mulutnya, mata Ana terpejam menikmati. Dia ternyata begitu pintar memberikan blow job! Jodi sangat ingin menyetubuhi wanita ini, meskipun hanya sesaat.
Gairahnya sudah tak terbendung lagi, dan dia memegang pipi Ana, batang penisnya keluar dari mulutnya. Jodi berdiri, penisnya mengacung tegang, dan Ana berdiri bersamaan, memandangnya dengan api gairah yang sama. Jodi menciumnya, lembut, melumat bibirnya. Dia menciumnya lagi, dan lidah mereka saling melilit. Lalu ciuman itu berakhir. Jodi memutar tubuh Ana membelakanginya. Ana merasakan tangan Jodi berada pada vaginanya, berusaha melepaskan kancing celananya.
“Jangan…” desahan lirih keluar dari mulutnya. D
ia tak tahu kenapa kata itu keluar dari mulutnya saat dia ingin mengucapkan kata ‘ya’. Celananya jatuh hingga lututnya, memperlihatkan pantatnya yang dibungkus dengan celana dalam katun berwarna putih. Jodi merenggut kain itu dan langsung menyentakkannya ke bawah, membuat pantat Ana terpampang bebas di hadapannya. Jodi masih dapat mendengar suara gerakan di lantai atas jadi dia tahu dia aman untuk beberapa saat, dia hanya perlu memasukkan penisnya ke dalam vaginanya, walaupun untuk se detik saja!
Nafas keduanya memburu, dan Ana sedikit menundukkan tubuhnya ke depan, tangannya bertumpu pada meja makan, membuka lebar kakinya. Jodi jauh lebih tinggi darinya, penisnya berada jauh di atas bongkahan pantatnya. Dia sedikit menekuk lututnya agar posisinya tepat. Dia semakin menekuk lututnya, sangat tidak nyaman, tapi dia sadar kalau dia terlalu tinggi untuk Ana. Dia tahu dia akan merasa kesulitan dalam posisi ini, tapi hasratnya semakin mendesak agar terpenuhi segera.
Dia menggerakkan pinggulnya ke depan, ujung kepala penisnya menyentuh bibir vaginanya. Ana sudah teramat basah! Dan itu semakin mengobarkan api gairah Jodi. Saat bibir vagina Ana sedikit mencengkeram ujung kepala penisnya, Jodi tahu jalan masuknya sudah tepat. Dia mendorong ke depan. Ana menghisapnya masuk ke dalam, separuh dari penisnya masuk ke dalam dengan cepat.
Ana mendesah, merasa Jodi memasukinya. Jodi mencengkeram pantat Ana dan memaksa memasukkan penisnya semakin ke dalam. Batang penisnya sudah seluruhnya terkubur ke dalam cengkeraman hangatnya. Jodi mulai menyetubuhinya dari belakang, menarik penisnya separuh sebelum mendorongnya masuk kembali, lagi dan lagi. Serasa berada di surga bagi mereka berdua. Jodi berada di dalam vaginanya hanya beberapa detik, tapi bagi keduanya itu sudah dapat meredakan gelora api gairah yang membakar.
Tiba-tiba Jodi mendengar gerakan dari lantai atas. Ana tak menghiraukannya, dia sudah tenggelam jauh dalam perasaannya. Jodi mengeluarkan penisnya dari vagina Ana. Sebenarnya Ana ingin teriak melampiaskan kekesalannya, tapi segera dia sadar akan bahaya yang mengancam mereka berdua, segera saja dia menarik celana dan celana dalamnya sekaligus ke atas. Saat Roy datang, mereka berdua sudah duduk kembali di kursinya masing-masing, gusar.
Jodi dan Ana menghabiskan sisa malam itu dengan gairah yang tergantung. Saat malam itu berakhir, Jodi segera bergegas pergi ke kamarnya dan langsung mengeluarkan penisnya. Hanya dibutuhkan 3 menit saja baginya bermasturbasi dan legalah…
Tapi bagi Ana, tidaklah semudah itu. Kamar tidurnya berada di lantai yang berlainan dengan kamar tamu yang dihuni Jodi, dan dia tak punya kesempatan untuk melakukan masturbasi. Bahkan Roy tak mencoba untuk bercinta dengannya malam itu! Seperempat jam ke depan dilaluinya dengan resah. Ana memberi beberapa menit lagi untuk suaminya sebelum dia tak mampu membendungnya lagi.
Dia turun dari tempat tidur, setelah memastikan suaminya sudah tertidur lelap. Dia mengendap-endap menuju ke kamar tamu. Malam itu dia hanya memakai kaos putih besar hingga lututnya dan celana dalam saja untuk menutupi tubuh mungilnya.
Dengan hati-hati dia membuka pintu kamar Jodi, menyelinap masuk, dan menutup perlahan pintu di belakangnya. Jodi sudah tertidur beberapa menit yang lalu. Ana berdiri di samping tempat tidur, memandang pria yang tertidur itu, memutuskan bahwa dia akan melakukannya. Ini tak seperti dirinya! Dia tak pernah seagresif ini! Dia tak pernah berinisiatif! Tapi sekarang, terjadi perubahan besar.
Ditariknya selimut yang menutupi tubuh Jodi, Jodi tergolek tidur di atas kasur hanya memakai celana dalamnya. Ana mencengkeram bagian pinggirnya dan dengan cepat menariknya turun hingga lututnya, membebaskan penis Jodi yang masih lemas. Dengan memandangnya Ana merasakan desiran halus pada vaginanya. Dia tak percaya Jodi tak terbangunkan oleh perbuatannya tadi! Yah, baiklah, dia tahu bagaimana cara membangunkannya.
Ana duduk di samping Jodi, dengan perlahan membuka kaki Jodi ke samping. Tangan mungilnya meraih penis Jodi yang masih lemas menuju ke mulutnya. Rambut panjangnya jatuh tergerai di sekitar pangkal paha Jodi. Jodi setengah bangun, merasa nyaman.
Penisnya membesar dalam mulut Ana, dan sebelum ereksi penuh, dia akhirnya benar-benar terjaga. Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk mengetahui apa yang sedang terjadi – istri sahabatnya sedang menghisap penisnya!
Dia mendesah, tangannya meraih ke bawah dan mengelus rambut panjang Ana saat dengan pasti penisnya semakin mengeras dalam mulut Ana. Merasakan penisnya yang semakin membesar dalam mulutnya membuat celana dalam Ana basah, dan dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun. Dia menghisap dengan berisik, lidahnya menjalar naik turun seperti seorang professional.
Jodi dapat mendengar bunyi yang dikeluarkan mulut Ana saat menghisap penisnya, dan dia dapat melihat bayangan tubuh Ana yang diterangi cahaya bulan yang masuk ke dalam kamarnya yang gelap. Ana sedang memberinya blow job yang hebat. Untunglah dia bermasturbasi sebelum tidur tadi, kalau tidak pasti dia tak akan dapat bertahan lama.
Ana tak mampu menahannya lagi. Dia ingin vaginanya segera diisi. Dia sangat terangsang, dia sangat membutuhkan penis itu dalam vaginanya seharian tadi. Dikeluarkannya penis Jodi dari dalam mulutnya, dan berdiri dengan bertumpukan lututnya di atas tempat tidur itu. Tangannya menarik bagian bawah kaosnya ke atas dan menyelipkan kedua ibu jarinya di kedua sisi celana dalamnya dan mulai menurunkannya. Diangkatnya salah satu kakinya untuk melepaskan celana dalam itu dari kakinya. Kaki yang satunya lagi dan kemudian merangkak naik ke atas kasur setelah menjatuhkan celana dalamnya ke atas lantai. Nafasnya sesak, menyadari apa yang menantinya.
Diarahkannya batang penis Jodi ke atas dengan tangannya yang kecil dan bergerak ke atas Jodi, memposisikan vaginanya di atasnya. Jodi dapat merasakan bibir vagina Ana yang basah menyentuh ujung kepala penisnya saat Ana mulai menurunkan pinggulnya.
Daging dari bibir vaginanya yang basah membuka dan kepala penis Jodi menyelinap masuk. Ana mengerang lirih, tubuhnya yang disangga oleh kedua lengannya jadi agak maju ke depan. Ana semakin menekan ke bawah, membuat keseluruhan batang penis Jodi akhirnya tenggelam ke dalamnya.
Erangan Ana semakin terdengar keras. Dia merasa sangat penuh! Jodi benar-benar membukanya lebar! Ana semakin menekan pinggulnya ke bawah dan dia mulai menciumi leher Jodi, berusaha menahan Jodi di dalam tubuhnya. Bibir mereka bertemu dan saling melumat dengan bernafsu. Lidah Ana menerobos masuk ke dalam mulut Jodi, menjalar di dalam rongga mulutnya saat dia tetap menahan batang penis Jodi agar berada di dalam vaginanya.
Jodi membalas lilitan lidah Ana, tangannya bergerak masuk ke balik kaos yang dipakai Ana, bergerak ke bawah tubuhnya hingga akhirnya tangan itu mencengkeram bongkahan pantat Ana. Tangannya mengangkat pantat Ana ke atas, membuat tubuhnya naik turun di atasnya – Ana tetap tak membiarkan batang penis Jodi teangkat terlalu jauh dari vaginanya!
Tak menghiraukan keberadaan Roy yang masih terlelap tidur di kamarnya, mereka berdua berkonsentrasi terhadap satu sama lainnya.
Tangan Jodi naik ke punggung Ana, menarik kaos yang dipakai Ana bersamanya. Ciuman mereka merenggang, Ana mengangkat tubuhnya, tangannya mengangkat ke atas saat Jodi melepaskan kaosnya lepas dari tubuhnya. Payudaranya terbebas. Jodi melihatnya untuk pertama kalinya. Di dalam keremangan cahaya, Jodi masih dapat menangkap keindahannya. Payudaranya yang tak begitu besar dengan putting susu yang keras menantang, dan dia menggoyangkannya dihadapan Jodi, menggodanya.
Jodi mengangkat tubuhnya, tangannya yang besar menahan punggung Ana saat dia menghisap putingnya ke dalam mulutnya. Ana menggelinjang kegelian saat lidahnya bergerak melingkari sebelah payudaranya sebelum mencium yang satunya lagi. Pada waktu yang bersamaan Jodi mengangkat pantatnya, masih berusaha agar tetap tenggelam dalam vaginanya, tapi bergerak keluar masuk dengan pelan. Tangannya meremas payudara Ana yang bebas, sedangkan mulutnya terus merangsang payudara yang satunya dengan mulutnya.
Ana memandang Jodi yang merangsang payudaranya, tangannya membelai rambut Jodi dengan lembut. Ana merasa penis Jodi bergerak keluar sedikit tapi tak lama kemudian masuk kembali ke dalam vaginanya. Dia merasa sangat nyaman, sangat berbeda di dalam tubuhnya. Dia mulai menggoyang, mengimbangi kocokan Jodi yang mulai bertambah cepat.
Jodi melepaskan mulut dan tangannya dari payudara Ana dan rebah kembali ke atas kasur. Ana mulai mengangkat pinggulnya naik ke atas hingga batang penis Jodi nyaris terlepas ke luar seluruhnya sebelum menghentakkan pinggulnya ke bawah lagi. Tangan Jodi kembali pada pantat Ana, meremasnya sambil memandangi wanita yang telah menikah ini menggoyang tubuhnya tanpa henti. Dengan tanpa bisa dibendung lagi erangan demi erangan semakin sering terdengar keluar dari mulut Ana.
Orgasme yang sangat dinantikannya seharian ini mulai terbangun dalam tubuhnya. Dengan meremas pantatnya erat, Jodi menggerakkan tubuh Ana naik turun semakin keras dan keras. Hentakan tubuh mereka saling bertemu. Nafas Ana semakin berat, Penis Jodi menyentak dalam tubuhnya berulang kali.
Dengan cepat orgasmenya semakin mendekat. Ana mempercepat kocokannya pada penis Jodi, menghentakkan bertambah cepat seiring orgasmenya yang mendesak keluar. Ana tak mampu membendungnya lebih lama lagi, pandangannya mulai menjadi gelap. Jantungnya berdegup semakin kencang, otot vaginanya berkontraksi, seluruh sendi tubuhnya bergetar saat dia keluar dengan hebatnya. Mulutnya memekik melepaskan himpitan yang menyumbat aliran nafasnya.
Melihat pemandangan itu gairah Jodi semakin memuncak, dia tak memberi kesempatan pada Ana untuk menikmati sensasi orgasmenya. Diangkatnya tubuh mungil wanita itu, dan membaringkan di sampingnya. Dia bergerak ke atas tubuh Ana dan Ana membuka pahanya melebar menyambutnya secara refleks.
Jodi memandangi kepala penisnya yang menekan bibir vagina Ana. Dengan pelan dia mulai masuk, dan mendorongnya masuk ke dalam lubang hangatnya. Ana mengangkat kakinya ke udara, membukanya lebar lebar untuknya. Jodi menahan berat tubuhnya dengan kedua lengannya.
Jodi memberinya satu dorngan yang kuat. Ana memekik, ombak kenikmatan menggulungnya saat batang keras itu memasuki tubuhnya. Jodi mulai menyetubuhinya tanpa ampun, Ana telah sangat membakar gairahnya. Jodi mengocokkan penisnya keluar masuk dalam vagina istri sahabatnya yang berada di bawah tubuhnya dengan cepat, kedua kaki Ana terayun-ayun di atas pantatnya yang menghentak.
Tempat tidur sampai bergoyang karena hentakan Jodi. Ana menggigit bibirnya untuk meredam erangannya yang semakin bertambah keras.
Jodi mulai kehilangan kontrol. Penisnya keluar masuk dalam vagina Ana sebelum akhirnya, dia menarik keluar batang penisnya dengan bunyi yang sangat basah.
Jodi mengerang, batang penisnya berdenyut hebat dalam genggaman tangannya. Sebuah tembakan yang kuat dari cairan kental putih keluar dari ujung kepala penisnya dan menghantam perut Ana, beberapa darinya bahkan sampai di payudaranya.
Ana menarik nafas, dadanya terasa sesak saat dia melihat tembakan demi tembakan sperma yang kuat keluar dari penis Jodi, dan mendarat di atas perutnya. Terasa sangat panas pada kulit perutnya, tapi semakin membakar gairahnya menyadari bahwa itu bukan semburan sperma suaminya, tapi dari seorang pria lain.
Akhirnya, sperma terakhir menetes dari penis Jodi, menetes ke atas rambut kemaluan Ana yang terbaring di depannya dengan kaki terpentang lebar. Dengan mata yang terpejam, Ana tersenyum puas.
“Aku membutuhkannya” bisiknya. Mereka terdiam beberapa saat meredakan nafas yang memburu sebelum akhirnya mulai membersihkan tubuh basah mereka. Jodi mencium dengan lembut bibir Ana yang tersenyum.
Ana memakai kaosnya dan menggenggam celana dalamnya dalam tangan, melangkah keluar dari kamar itu dengan perasaan yang sangat lega.
Jodi bangun di keesokan harinya. Peristiwa semalam langsung menyergap benaknya, penisnya mulai mengeras. Dikeluarkannya batang penisnya dan perlahan mulai mengocoknya.
Dia merasa sangat senang saat mendengar ada seseorang yang sedang mandi. Dimasukkannya penisnya kembali kedalam celana dalamnya, bergegas memakai celana jeansnya dan bergegas keluar kamar dengan bersemangat, turun ke lantai bawah.
Dia berharap yang sedang mandi adalah Roy dan Ana ada di lantai bawah. Dia mendengar seseorang sedang membuat kopi di dapur. Dia segera ke sana dan ternyata…
Ana masih dengan pakaian yang dikenakannya malam tadi, sebuah kaos besar hingga lutut, dan sebuah celana dalam saja di baliknya. Dia menoleh saat mendengar ada yang mendekat, dan langsung tersenyum saat mengetahui siapa yang datang. Terasa ada desiran halus di vaginanya saat memandang Jodi.
Ana terkejut saat tangan Jodi melingkar di pinggangnya memeluknya erat dan mencium bibirnya. Lalu Ana sadar ada seseorang yang sedang mandi di lantai atas dan Roy lah yang sedang berada di kamar mandi itu. Bibirnya membalas lumatan Jodi dengan menggebu saat tangan Jodi menyusup ke dalam kaosnya untuk menyentuh payudaranya.
Ana melenguh di dalam mulut Jodi yang memeluknya merapat ke tubuhnya. Desiran gairah memercik dari payudaranya langsung menuju ke vaginanya, membuatnya basah. Wanita mungil itu tak berdaya dalam dekapan Jodi, tangan Ana melingkari leher Jodi.
Mereka berciuman dengan penuh gairah, lidah saling bertaut, perlahan Jodi mendorong tubuh Ana merapat ke dinding. Tangannya meremas bongkahan pantat Ana di balik kaosnya. Dan Ana sangat merasakan tonjolan pada bagian depan celana jeans Jodi yang menekan perutnya.
Ciuman Ana turun ke leher Jodi, lidahnya melata menuju putting Jodi. Ana membiarkan Jodi mengangkat tubuhnya ke atas meja, memandangnya dengan pasif saat Jodi menyingkap kaosnya hingga dadanya. Ana mengangkat kakinya bertumpu pada tepian meja, mempertontonkan celana dalam putihnya.
Vaginanya berdenyut tak terkontrol, menantikan apa yang akan terjadi berikutnya. Jodi berlutut di hadapannya, dia dapat mencium aroma yang kuat dari lembah surganya saat hidungnya bergerak mendekat.
Perlahan diciumnya vagina Ana yang masih tertutupi kain itu, Ana mendesah, kenikmatan mengaliri darahnya. Untuk pertama kalinya, Ana merasa gembira saat Roy berada lama di dalam kamar mandi!
Dengan tak sabar, tangannya menuju ke pangkal pahanya. Jodi hanya menatapnya saat tangan Ana menarik celana dalamnya sendiri ke samping, memperlihatkan rambut kemaluannya, dan kemudian bibir vaginanya yang kemerahan.
Ana menatap pria yang berlutut di antara pahanya, api gairah tampak berkobar dalam matanya, menahan celana dalamnya ke samping untuknya. Jodi menatap matanya seiring bibirnya mulai mencium bibir vaginanya. Membuat lebih banyak desiran kenikmatan mengguyur tubuhnya dan dia mendesah melampiaskan kenikmatan yang dirasakannya.
Lidah Jodi mulai menjilat dari bagian bawah bibir vagina Ana sampai ke bagian atasnya, mendorong kelentitnya dengan ujung lidahnya saat dia menemukannya. Diselipkannya lidahnya masuk ke dalam lubang vaginanya, mersakan bagaimana rasanya cairan gairah Ana.
Dihisapnya bibir vagina itu ke dalam mulutnya dan dia mulai menggerakkan lidahnya naik turun di sana, membuat Ana semakin basah.
Desahannya terdengar, menggoyangkan pinggulnya di wajah Jodi. Jodi melepaskan bibirnya, lidahnya bergerak ke kelentitnya. Dirangsangnya tonjolan daging sensitif itu menggunakan lidahnya dalam gerakan memutar.
Ana menaruh kakinya pada bahu Jodi, duduknya jadi tidak tenang. Tiba-tiba, Jodi menghisap kelentitnya ke dalam mulutnya, menggigitnya diantara bibirnya.
Ana memekik agak keras saat serasa ada aliran listrik yang menyentak tubuhnya. Lidah Jodi bergerak berulang-ulang pada kelentit Ana yang terjepit diantara bibirnya, tahu bahwa titik puncak Ana sudah dekat. Dilepaskannya kelentit itu dari mulutnya dan tangannya menggantikan mengerjai kelentit Ana dengan cepat.
“Oh Tuhan… ” bisiknya mendesah, merasakan orgasmenya mendekat.
Jari Jodi bergerak tanpa ampun, pinggul Ana terangkat karenanya. Ana menggigit bibirnya berusaha agar suara jeritannya tak terdengar sampai kepada suaminya yang berada di kamar mandi saat orgasmenya datang dengan hebatnya. Dadanya sesak, nafasnya terhenti beberapa saat, dinding-dinding vaginanya merapat.
Kedua kakinya terpentang lebar di belakang kepala Jodi. Ana mendesah hebat, akhirnya nafasnya kembali mengisi paru-parunya mengiringi terlepasnya orgasmenya.
Jodi berdiri dan langsung mengeluarkan penisnya. Ana memandang dengan lapar pada batang penis dalam genggaman tangan Jodi. Sebelah tangan Ana masih memegangi celana dalamnya ke samping saat tangannya yang satunya lagi meraih batang penis Jodi. Tangan kecil itu menggenggamnya saat Jodi maju mendekat.
Dengan cepat Ana menggesek-gesekkannya pada bibir vaginanya yang basah, berhenti hanya saat itu sudah tepat berada di depan lubang masuknya. Mereka berdua mendengarkan dengan seksama suara dari kamar mandi di lantai atas yang masih terdengar.
Jodi melihat ke bawah pada kepala penisnya yang menekan bibir vagina Ana.
Jodi mendorong ke depan dan menyaksikan bibir itu membuka untuknya, mengijinkannya untuk masuk. Desahan Ana segera terdengar saat dia mersa terisi. Jodi terus mendorong, vagina Ana terus menghisapnya sampai akhirnya, Jodi berada di dalamya dalam satu dorongan saja.
Ana sangat panas dan mencengkeramnya, dan Jodi membiarkan penisnya terkubur di dalam sana untuk beberapa saat, meresapi perasaan yang datang padanya. Tangan Ana masih menahan celana dalamnya ke samping, tangan yang satunya meraih kepala Jodi mendekat padanya.
Lidahnya mencari pasangannya dalam lumatan bibir yang rapat. Dengan pelan Jodi menarik penisnya. Dia mendorongnya masuk kemabali, keras, dan Ana mengerang dalam mulutnya seketika. Tubuh mereka saling merapat, kaki Ana terjuntai terayun dibelakang tubuh Jodi dalam tiap hentakan.
Roy yang masih berada di kamar mandi tak mengira di lantai bawah penis sahabatnya sedang terkubur dalam vagina istrinya.
Sementara itu Ana, sedang berada di ambang orgasmenya yang lain. Penis pria ini menyentuhnya dengan begitu berbeda! Terasa sangat nikmat saat keluar masuk dalam tubuhnya seperti itu! Dia orgasme, melenguh, melepaskan ciumannya.
Jodi mundur sedikit dan melihat batang penisnya keluar masuk dalam lubang vaginanya yang kemerahan, tangannya yang kecil menahan celana dalamnya jauh-jauh ke samping yang membuat Jodi heran karena kain itu tak robek. Dia mulai menyutubuhinya dengan keras, menyadari kalau mungkin saja dia tak mempunyai banyak waktu lagi.
Jika Roy masuk ke sudut ruangan itu, dia akan melihat ujung kaki istrinya yang terayun dibelakang pantat Jodi. Celana jeans Jodi merosot hingga mata kakinya, celana dalamnya berada di lututnya, dan pantatnya mengayun dengan kecepatan penuh diantara paha Ana yang terbuka lebar. Roy mungkin mendengar suara erangan kenikmatan istrinya.
Jodi terus mengocok, dia dapat merasakan kantung buah zakarnya mengencang dan dia tahu itu tak lama lagi. Dia menggeram, memberinya beberapa kocokan lagi sebelum dilesakkannya batang penisnya ke dalam vagina wanita bersuami itu dan menahannya di dalam sana.
Dia menggeram hebat, penisnya menyemburkan spermanya yang panas di dalam sana. Begitu banyak sperma yang tertumpah di dalam vagina Ana.
Erangan keduanya terdengar saling bersahutan untuk beberapa saat hingga akhirnya mereka tersadar kalau suara dari dalam kamar mandi sudah berhenti, dan tak menyadari sudah berapa lama itu tak terdengar.
Bibir Jodi mengunci bibirnya dan mereka saling melumat untuk beberapa waktu seiring kejantanan Jodi yang melembut di dalam tubuhnya. Kemudian mereka saling merenggang dan Jodi mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi itu dari vagina Ana. Dengan cekatan dia mengenakan pakaiannya kembali. Ana membiarkan celana dalamnya seperti begitu. Dia merasa celananya menjadi semakin basah saat ada sperma Jodi yang menetes keluar dari vaginanya saat dia berdiri.
Roy turun tak lama berselang, siap untuk sarapan. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot,
Jodi adalah sahabat lama suaminya saat kuliah dulu. Dia cukup akrab dengan mereka. Ana sudah cukup mengenal Jodi, lebih dari cukup untuk menyadari bahwa hatinya selalu berdesir bila bertatapan mata dengannya. Sebuah perasaan yang tumbuh semakin besar yang tak seharusnya ada dalam hatinya yang sudah terikat janji dengan Roy waktu itu. Dan perasaan itu tetap hidup di dasar hatinya hingga mereka berpisah, Ana akhirnya menikah dengan Roy dan sekarang mereka mempunyai seorang bayi pria.
Ada sedikit pertentangan yang berkecamuk dalam hatinya. Di satu sisi meskipun dia dan suaminya saling menjunjung tinggi kepercayaan dan berpikiran terbuka, tapi dia tetap merasa sebagai seorang istri yang wajib menjaga kesucian perkawinan mereka dan kesetiaannya pada sang suami. Tapi di sisi lain Ana tak bisa pungkiri bahwa ada rasa yang lain tumbuh di hatinya terhadap Jodi hingga saat ini. Seorang pria menarik berusia sekitar 30an, berpenampilan rapi, dan matanya yang tajam selalu membuat jantungnya berdebar kencang saat bertemu mata. Sosoknya yang tinggi tegap membuatnya sangat menawan.
Ana seorang wanita cantik yang bisa dikatakan sedikit pemalu dan selalu berpegang teguh pada sebuah ikatan. Dan dia tak kehilangan bentuk asli tubuhnya setelah melahirkan. Mungil, buah dada yang jadi sedikit lebih besar karena menyusui dan sepasang pantat yang menggoda. Rambutnya hitam lurus panjang dengan mata indah yang dapat melumerkan kokohnya batu karang. Semua yang ada pada dirinya membuat dia mempunyai daya tarik seksual terhadap lawan jenisnya meskipun dia tak pernah menunjukkannya.
Aah… seandainya saja dia mengaenal Jodi jauh sebelum suaminya datang dalam kehidupannya!
Ana pejamkan matanya mencoba meredam pergolakan dalam hatinya dan hati kecilnya menuntun tangannya bergerak ke bawah tubuhnya. Vaginanya terasa bergetar akibat membayangkannya dan saat dia menyentuh dirinya sendiri yang masih terhalang celana jeansnya, sebuah ombak kenikmatan menerpa tubuhnya. Jemarinya yang lentik bergerak cepat melepas kancing celananya lalu menurunkan resleitingnya. Tangannya menyelinap di balik celana dalam katunnya yang berwarna putih, melewati rambut kemaluannya hingga sampai pada gundukan daging hangatnya. Nafasnya terasa terhenti sejenak saat jarinya menyentuh kelentitnya yang sudah basah, membuat sekujur tubuhnya merasakan sensasi yang sangat kuat.
Dia terdiam beberapa waktu. Roy pulang dua jam lagi, dan Jodi juga datang kira-kira dalam waktu yang sama. Kenapa tidak? Dia tak bisa mencegah dorongan hati kecilnya. Toh dia tak menghianati suaminya secara lahiriah, hanya sekedar untuk memuaskan dirinya sendiri dan 2 jam lebih dari cukup, sisi lain hatinya mencoba beralasan membenarkan kobaran gairahnya yang semakin membesar dalam dadanya.
Ana menurunkan celana jeansnya dan mengeluarkan kakinya satu persatu dari himpitan kain celana jeansnya. Melepaskan celana dalamnya juga, lalu dia kembali rebah di atas sofa. Dari pinggang ke bawah telanjang, kakinya terbuka. Pejamkan matanya lagi dan tangannya kembali bergerak ke bawah, menuju ke pangkal pahanya, membuat dirinya merasa se nyaman yang dia inginkan.
Dia nikmati waktunya, menikmati setiap detiknya. Dia membayangkan Jodi sedang memuaskannya, deru nafasnya semakin cepat. Ana tak pernah berselingkuh selama ini, membayangkan dengan pria lain selain Roy saja belum pernah, semua fantasinya hanya berisikan suaminya. Tapi sekarang ada sesuatu dari pria ini yang menyeretnya ke dalam fantasi barunya.
“Ups! Maaf!” terdengar sebuah suara.
Matanya langsung terbuka, dan dia tercekat. Dia melihat bayangan seorang pria menghilang di sudut ruangan. Dia baru sadar kalau dia sudah melakukan masturbasi selama lebih dari 10 menit, dan dia benar-benar tenggelam dalam alam imajinasinya hingga tak menyadari ada seseorang yang masuk ke dalam rumah. Dan dia sadar kalau bayangan pria itu adalah Jodi, dengan terburu-buru dia mengambil pakaiannya dan segera memakainya lagi.
“Mafkan aku Ana,” kata Jodi,
“Nggak ada yang menjawab ketukanku dan pintunya terbuka.” dia berada di sudut ruangan jauh dari pandangan, tapi dia sudah melihat banyak! Pemandangan yang disaksikannya saat dia memasuki ruangan ini membakar pikirannya.
Istri sahabatnya berbaring dengan kaki terpentang lebar di atas sofa itu, tangannya bergerak berputar pada kelentitnya. Pahanya yang lembut dan kencang tebuka lebar, rambut kemaluannya yang hitam mengelilingi bibir vaginanya. Penisnya mengeras dengan cepat dalam celana jeansnya.
“Nggak apa-apa,” jawab Ana dari ruang keluarga,
“Kamu boleh masuk sekarang.” dia sudah berpakaian lengkap sekarang, dan dia berbaring di atas sofa, menyembunyikan wajahnya dalam telapak tangannya.
“Aku sangat malu.” katanya kemudian.
“Ah, kita semua pernah melakukannya, Ana!” jawab Jodi.
Dia berdiri tepat di samping Ana, seperti ingin agar Ana dapat melihat seberapa ‘kerasnya’ dia. Dia tak dapat mencegahnya, wanita ini sangat menggoda. Dia merasa kalau dia ingin agar wanita ini bergerak padanya!!!
“Tetap saja memalukan!” katanya, menyingkirkan tangannya dari wajahnya.
Vaginanya berdenyut sangat hebat, dia hampir saja mendapatkan orgasme tadi! Sebuah desiran yang lain terasa saat dia melihat tonjolan menggelembung pada bagian depan celana Jodi. Dengan cepat dia memalingkan wajahnya, tapi masih saja pria ini memergokinya. Sekarang Jodi menjadi lebih terbakar lagi, ini lebih dari cukup.
“Nggak ada yang harus kamu permalukan, setidaknya itu pendapatku setelah apa yang sudah aku lihat tadi!” katanya tenang.
Ana menatapnya penuh dengan tanda tanya.
“Aku jadi benar-benar terangsang melihatmu seperti itu,” dia menjelaskan,
“Sebuah perasaan yang belum pernah ku alami sebelumnya.” kata-katanya, adalah kenyataan bahwa dia sangat menginginkannya, membuat Ana semakin basah.
Dia menyadari betapa istri sahabatnya ini ‘tertarik’ akan perkataannya tersebut dan Jodi memutuskan untuk lebih menekannya lagi.
“Lihat akibatnya padaku!” katanya, tangannya bergerak mengelus tonjolan pada bagian depan celananya. Ini masih dalam batas yang bisa dikatakan ‘wajar’, belum ada batas yang dilanggar. Saat Jodi melihat ‘noda’ basahnya di atas permukaan sofa itu dan mata Ana yang tak berpaling dari seputar pinggangnya, Jodi memutuskan akan melanggar batas tersebut.
Ana hanya melihat dengan diam saat sahabat suaminya ini membuka kancing dan menurunkan resleiting celananya. Ana tak bisa mengingkari bahwa dia menjadi lebih terangsang, dan dia tak menemukan kata yang tepat untuk mencegah pria ini. Dan saat dia menyaksikan pria di depannya ini memasukkan tangannya dalam celana dalamnya sendiri, vaginanya terasa semakin basah.
Jodi mengeluarkan penis kedua dalam hidup Ana yang dilihatnya secara nyata, disamping penis para bintang film porno yang pernah dilihatnya bersama suaminya dulu. Nafas Ana tercekat, matanya terkunci memandangi penis dihadapannya. Dia belum melihat keseluruhannya, dan ini benar-benar sangat berbeda dengan milik suaminya. Tapi ternyata ‘perbedaan’ itulah yang semakin membakar nafsunya semakin lapar.
“Suka apa yang kamu lihat?” tanyanya pelan.
Ana mengangguk, memberanikan diri memandang ke atas pada mata Jodi sebelum melihat kembali pada penisnya yang keras. Jodi mengumpat betapa beruntungnya sahabatnya. Dia ucapkan sebuah kata.
“Sentuhlah!”
Ragu-ragu, dengan hati berdebar kencang, Ana pelan-pelan menyentuh dengan tangannya yang kecil dan melingkari penis pria di depannya ini dengan jarinya. Penis pertama yang dia pegang dengan tangannya, selain milik suaminya, dalam enam tahun belakangan. Perasaan dan emosi yang bergolak di dadanya terasa menegangkan, dan dia inginkan lebih lagi. Jodi melihat penisnya dalam genggaman tangan istri sahabatnya yang kecil, dan dia hanya melihat saat Ana pelan-pelan mulai mengocokkan tangannya.
Terasa sangat panas dan keras dalam genggaman tangannya, dan Ana tak dapat hentikan tangannya membelai kulitnya yang lembut dan berurat besar itu. Jodi bergerak mendekat dan membuat batang penisnya menjadi hanya beberapa inchi saja dari wajah Ana.
Jodi menyentuh tubuh Ana, tangannya meremas pahanya yang masih terbungkus celana jeans. Tanpa sadar Ana membuka kakinya sendiri melebar untuknya, dan tangan Jodi bergerak semakin dalam ke celah paha Ana. Terasa desiran kuat keluar dari vaginanya saat tangan Jodi mulai mengelusi dari luar celana jeansnya, Ana menggelinjang dan meremas penisnya semakin kencang.
Dengan tangannya yang masih bebas, dipegangnya belakang kepala Ana dan mendorongnya semakin mendekat. Ana tak berusaha berontak. Matanya masih terpaku pada penis Jodi, dia menunduk ke depan dan dengan lembut mencium ujung kepalanya. Lidahnya terjulur keluar dan Ana kemudian mulai menjilat dari pangkal hingga ujung penis barunya tersebut.
Sekarang giliran Jodi, tangannya bergerak melucuti pakaian Ana. Ana yang sedang asik dengan batang keras dalam genggaman tangannya tak menghiraukan apa yang dilakukan Jodi. Diciumnya kepala penis Jodi, menggodanya seperti yang disukai suaminya (hanya itulah seputar referensi yang dimilikinya).
Tangan Jodi menyelinap dalam celana dalam Ana, tangannya meluncur melewati rambut kemaluannya. Ana melenguh pelan saat tangan Jodi menyentuh kelentitnya. Dia membuka lebar mulutnya dan memasukkan mainan barunya tersebut ke dalam mulutnya, lidahnya berputar pelan melingkari kepala penis dalam mulutnya. Jodi mengerang, merasakan kehangatan yang membungkus kejantanannya. Dia menatapnya dan melihat batang penisnya menghilang dalam mulut Ana, bibirnya mencengkeram erat di sekelilingnya dan matanya terpejam rapat.
Jodi menjalankan jarinya pada kelentit Ana, menggoda tombol kecilnya, mulut Ana tak bisa bebas mengerang saat tersumpal batang penis Jodi. Dorongan gairah yang hebat membuat Ana semakin bernafsu mengulum naik turun batang penis Jodi. Pinggulnya dengan reflek bergerak memutar merespon tarian jari Jodi pada kelentit sensitifnya.
Jari Jodi mengeksplorasi lubang hangatnya Ana, membuat lenguhannya semakin sering terdengar dalam bunyi yang aneh karena dia tak juga mau melepaskan mulutnya dari batang penis Jodi. Ana tak lagi memikirkan apa yang dia perbuat, dia hanya mengikuti nalurinya. Ini benar-benar lain dengan dia dalam keseharian, sesuatu yang akan membuat suaminya mati berdiri bila dia melihatnya saat ini. Semuanya meledak begitu saja.
Sesuatu yang dimiliki pria ini yang membuka pintu dari sisi lain dirinya dan Jodi sangat menikmati perbuatannya. Masing-masing masih tetap asik dengan kemaluan pasangannya. Dan Ana menginginkan lebih dari ini. Mereka berdua menginginkan lebih dari sekedar begini.
Ana menelan seluruh batang penis Jodi, menahannya di dalam mulutnya untuk memenuhi kehausan gairahnya sendiri. Hidungnya sampai menyentuh rambut kemaluan Jodi, ujung kepala penisnya menyentuh langit-langit tenggorokannya, hampir membuatnya tersedak.
Jodi mengeluarkan tangannya dari balik celana dalam Ana yang membuatnya sedikit kecewa, ada sesuatu yang terasa hilang. Diraihnya tepian celana jeans Ana dan dengan cepat Ana mengangkat sedikit pantatnya dari atas sofa, yang mau tak mau membuatnya melepaskan batang penis itu dari mulutnya, dan mempermudah sahabat suaminya ini melepaskan celananya dari kakinya yang halus.
Nafasnya tercekat, dada terasa berat saat dia melihat Jodi menarik celana dalamnya. Dengan sedikit memaksa dia menurunkannya melewati kakinya dan Ana menendangnya menjauh dari kakinya sendiri. Membantu Jodi menelanjangi tubuh bawahnya. Jodi sekarang berlutut di lantai dan menatap takjub pada segitiga menawan dari rambut kemaluan Ana.
Dia menyentuh vagina Ana dengan tangan kirinya, menjalankan jari tengahnya pada kelentitnya sambil tangan yang satunya menggenggam batang penisnya sendiri.
Ana mendesah pelan, pinggulnya bergetar. Matanya terpejam rapat, dia sangat meresapi rasa yang diberikan selangkangannya. Jodi mengoleskan kepala penisnya pada pipi dan hidung Ana. Saat sampai di mulutnya, Ana membuka mulutnya segera dan Jodi langsung mendorong penisnya masuk.
Tangannya yang kecil menggenggam buah zakarnya dan Ana membuka matanya perlahan saat dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun pada batang penisnya. Jodi semakin melesakkan jarinya ke dalam vagina Ana, membuat Ana memejamkan matanya lagi, mengerang. Vaginanya terasa sangat basah! Jarinya bergerak di seluruh rongga lubang itu, bergerak keluar masuk saat ibu jarinya mengerjai kelentit Ana.
Kini, celana jeans dan celana dalam Jodi sudah jatuh merosot di atas lantai, Jodi menarik penisnya keluar dari mulut Ana dan langsung menendang pakaian bawahnya menjauh. Dia menunduk, tangannya bergerak ke bawah bongkahan pantat Ana, mengangkatnya dari atas sofa agar bagian bawah tubuh istri sahabatnya ini lebih terekspose ke atas. Ana meraih penisnya dan segera memasukkannya kembali ke dalam mulutnya.
Jodi mendekatkan kepalanya pada daging nikmat Ana.
Masih tetap menahan pantat Ana ke atas, mulutnya mencium bibir vagina Ana, mencicipi rasa dari istri sahabatnya untuk pertama kalinya. Mulut Ana langsung mengerang merespon, sejenak menikmati sensasi yang diberikan Jodi sebelum kembali meneruskan ‘pekerjaan’ mulutnya. Lidah Jodi melata pada dinding bagian dalam dari vagina Ana, menjilati sari buah gairah yang dikeluarkannya.
Ana merasa bibir Jodi menjepit tombol sensitifnya dan lidahnya bergerak pelan pada sasarannya. Erangan semakin tak terkendali lepas dari mulutnya akibat perlakuan Jodi kali ini. Batang penisnya terlepas keluar dari cengkeraman mulut Ana. Jodi semakin menaikkan pantat Ana, menekan vagina Ana pada wajahnya dan lidahnya semakin bergerak menggila.
Jantung Ana serasa mau meledak, nafasnya terasa berat… sangat dekat…
Jantungnya berhenti berdenyut, orgasmenya datang. Pinggulnya mengejat di wajah Jodi dengan liar. Ana merasa jiwanya melayang entah kemana! Pria ini memberinya sebuah oral seks terhebat yang pernah didapatkan dalam hidupnya!
Akhirnya, Ana kembali ke bumi. Jodi melepaskan pantatnya, mengangkat kepalanya dari selangkangan Ana. Batang penisnya terasa sangat keras, dan nafasnya terdengar memburu tak beraturan. Ana pikir dia tak mungkin dapat menghentikan pria ini sekarang meskipun dia menginginkannya. Jodi naik ke atas sofa, menempatkan dirinya diantara paha Ana, yang tetap Ana biarkan terbentang lebar hanya untuknya.
Terlintas dalam pikirannya jika dia tetap meneruskan ini terjadi, milik Jodi adalah penis kedua yang akan memasuki tubuhnya dalam hidupnya. Sedikit gelembung rasa bersalah melayang dalam benaknya. Yang dengan cepat meletus menguap saat ujung kepala penis Jodi menyentuh bibir vaginanya, membuat sekujur tubuhnya seakan tersengat aliran listrik.
Dengan perlahan Jodi memasukkan penisnya menembus ke dalam tubuh Ana.
Pada pertengahan perjalanannya dia menghentikan sejenak gerakannya, menikmati gigitan bibir vagina Ana pada batang penisnya dan tiba-tiba dia menghentakkan kedalam dengan satu tusukan. Dinding vaginanya terbuka menyambutnya, dan pelan-pelan Ana dapat merasakan dirinya menerima sesuatu yang lain memasuki tubuhnya kini. Tubuhnya merinding, perasaan menakjubkan ini merenggut nalarnya.
Jodi mengeluarkan separuh dari batang penisnya dan menghujamkannya kembali seluruhnya ke dalam vagina Ana.
Erangan keduanya terdengar saling bersahutan dan Jodi menahan penisnya sejenak di dalam vagina Ana, meresapi sensasinya. Manahan berat tubuhnya dengan kedua lengannya, dia menatap ke bawah pada istri sahabatnya ini sambil menggerakkan penisnya keluar masuk dalam vagina Ana dengan gerakan lambat.
Ana pejamkan matanya, mendesah lirih saat dia rasakan kejantanan Jodi keluar masuk dalam tubuhnya. Jodi melihat batang penisnya menghilang lalu muncul kembali dalam daging hangat basah milik Ana lagi dan lagi, dan gerakannya perlahan semakin cepat. Nafas keduanya semakin berat, Jodi bergerak semakin cepat, Ana menggelinjang, mengerang, kakinya terangkat keatas.
Kedua kakinya akhirnya jatuh dibelakang pantat Jodi yang mengayun keluar masuk. Tubuh Jodi menindih tubuh kecil wanita di bawahnya saat dia mengocok vaginanya semakin keras. Dia menciumi leher Ana, dan menghisap lubang telinganya dengan mulutnya, erangan keduanya terdengar mengiringi setiap gerakan tubuh mereka.
Lengan Ana melingkari tubuh Jodi, kukunya tertancap pada punggung Jodi saat kakinya terayun-ayun oleh gerakan pantat Jodi. Mulut Ana menyusuri leher Jodi, mencari bibirnya. Saat bibir mereka bertemu, mereka berciuman untuk pertama kalinya. Lidah Ana merangsak masuk ke dalam mulut Jodi mengiringi batang penisnya yang menggenjot tubuhnya berulang-ulang. Bibir keduanya saling melumat, saling mengerang dalam mulut masing-masing di atas sofa di ruang tengah itu. Sofa itu sedikit berderit akibat gerakan Jodi yang bertambah liar.
Ana dapat merasakan orgasmenya mulai tumbuh, dan dia menghentikan ciumannya, tak mampu menahan erangannya lagi. Mulut mungilnya mengeluarkan erangan yang sangat keras dan semakin keras saat penis keras Jodi semakin melebarkan vaginanya dan Jodi memasukinya bertambah dalam.
Seorang pria baru! Ana tak pernah melakukannya dengan pria lain selain Roy sebelumnya dan pria baru ini melakukannya dengan sangat hebat! Semuanya terasa bergerak cepat. Orgasmenya meledak, Ana mencoba menahan erangannya dengan menggigit bibir bawahnya. Dinding-dinding vaginanya berkontraksi mencengkeram batang penis pria baru ini dengan kuat, dan Ana menghentakkan pinggulnya keatas berlawanan dengan gerakan Jodi di atas tubuhnya, berusaha agar batang penis Jodi tenggelam semakin dalam pada tubuhnya saat ombak orgasme mengambil alih kesadarannya.
Jodi memandangi Ana saat dia dilanda orgasme, masih tetap mengocok penisnya dengan kecepatan yang dia mampu. Dia tak menyangka wanita pemalu dan pendiam ini akan begitu mudah ditaklukannya! Dia merasakan miliknya juga segera tiba, gerakannya semakin dipercepat.
Dalam beberapa tusukan kemudian, dan lalu meledaklah. Sejenak setelah orgasme Ana mereda, orgasme Jodi datang.
Tusukan terakhirnya membuat penisnya terkubur semakin jauh dalam vagina Ana. Dia menggeram, penisnya berdenyut hebat. Semburan demi semburan yang kuat keluar dari ujung penisnya mendarat dalam rahim Ana seakan tanpa jeda.
Ana menggoyangkan pantatnya naik ke atas, memeras semua sperma dari penis Jodi. Jodi tak bisa menahan tubuhnya lebih lama, dia jatuh menindih tubuh Ana di bawahnya, mencoba bernafas dengan susah payah.
Tangan Ana membelai punggung Jodi saat sperma terakhirnya keluar dari penisnya menyirami vaginanya. Keduanya masih berusaha untuk mengatur nafas. Kedua bibir mereka merapat, berciuman dengan lembut. Lidahnya menggelitik rongga mulut Ana dan ciuman mereka berubah menjadi liar saat penis Jodi mulai mengecil dalam vagina Ana. Tangan dan paha Ana mencengkeramnya erat, menahannya agar tetap berada dalam tubuhnya.
Dia mendapatkan pengalaman lain dengan pria ini. Pria kedua yang bercinta dengannya dalam 29 tahun usianya. Akhirnya mereka hentikan ciumannya. Jodi mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi dari vagina Ana. Keduanya mengenakan pakaiannya masing-masing tanpa saling berkata-kata. Ana terlalu malu untuk mengucapkan sesuatu dan Jodi tak tahu harus berkata apa.
Roy pulang 30 menit kemudian – dia pulang lebih awal, tapi tak lebih awal (beruntunglah mereka). Ketiganya lalu makan malam, dan Ana tak dapat menyingkirkan pikirannya dari bayangan Jodi sepanjang waktu itu.
Roy dan Jodi kemudian sibuk dengan urusan pria yang tak begitu dimengerti oleh Ana. Dan malam berikutnya, mereka berdua duduk di meja makan bersama Ana. Para pria sedang bermain catur. Ana menghabiskan sepanjang harinya mengasuh bayi mereka. Kapanpun saat dia sedang sendiri, dia tak mampu hentikan dirinya memikirkan pengalamannya bersama Jodi kemarin. Dia merasa gairahnya menyala-nyala sepanjang hari itu, dan dia mempunyai beberapa menit untuk memuaskan dirinya dengan tangannya sendiri.
Saat menuangkan minuman pada suaminya dan Jodi malam itu, dia sangat bergairah, dan sangat basah. Setiap kali dia melirik Jodi, ada desiran halus pada vaginanya. Sekarang dia telah mencoba seorang pria lain, dan dia merasa ketagihan!
Jodi tak jauh beda. Dia bermasturbasi mebayangkan istri sahabatnya ini kemarin malam, sebelum tidur. Bayangan tubuh telanjangnya memenuhi benaknya sepanjang hari. Saat Roy pergi ke kamar mandi, Jodi beringsut mendekati Ana.
“Apa kamu menikmati waktu kita kemarin?” tanyanya berbisik.
“Ya.” Ana tersenyum manis. Sifatnya yang malu-malu membuat birahi Jodi terbakar.
“Apa kamu menginginkannya sekarang?” dia bertanya memastikan.
Penisnya sudak mengeras sekarang. Ana terkejut dengan pertanyaannya yang sangat berani itu, malu-malu, lalu mengangguk.
Jodi memutuskan akan sedikit menggodanya. Membuat Ana semakin menginginkannya agar kesempatan mendapatkannya lagi semakin terbuka lebar. Dia menurunkan resleiting celananya dan melepaskan kancingnya, tangannya masuk ke dalam pakaian dalamnya. Dia mengeluarkan penisnya, yang sudah ereksi penuh. Nafas Ana tercekat di tenggorokan, denyutan di vaginanya memberinya sebuah sensasi. Batang penis itu berada dalam tubuhnya kemarin. Dia menginginkannya lagi sekarang.
Mereka mendengar pintu kamar mandi terbuka dan Jodi segara memasukkan penisnya kembali ke dalam celananya. Roy masuk ke dalam ruangan, tak mengira sahabatnya baru saja memperlihatkan penisnya yang ereksi pada istrinya.
Tak lama berselang, entah kenapa dewa kemujuran selalu berpihak pada mereka, Roy lagi-lagi mau ke kamar mandi. Saat dia berdiri dan bergegas ke kamar mandi, vagina istrinya berdenyut membutuhkan penis Jodi. Begitu Roy menghilang dari pandangan keduanya, Jodi langsung bangkit dari kursinya. Mata Ana berbinar terfokus pada tonjolan di celana Jodi saat mereka mendengar pintu kamar mandi ditutup.
Dia langsung menurunkan resleitingnya, dan mengeluarkan batang penisnya. Dengan cekatan Jodi mengocok penisnya sampai ereksi penuh, sangat dekat di wajah Ana. Jodi berdiri dei depan Ana, dan Ana langsung berlutut di hadapan sahabat suaminya.
Kepala penisnya menyentuh kulit pipinya, dan perlahan bergerak ke mulutnya. Saat Jodi merasa bibir lembut Ana menyentuh ujung kepala penisnya, dia merasa mulut itu membuka.
Segera saja kepala penis itu lenyap ke dalam mulut Ana, dan Jodi melihat bibir itu bergerak membungkus seluruh batang penisnya. Tangannya membelai rambut panjang Ana dengan lembut, menahan kepalanya saat seluruh bagian batang penisnya lenyap dalam mulut Ana.
Kepalanya segera bergerak maju mundur pada batang penis itu, suara basah dari hisapan mulutnya segera terdengar.
Kembali, mereka mendengar pintu kamar mandi dibuka, dan Jodi mengeluarkan penisnya dari mulut Ana dengan cepat. Agak kesulitan dia memasukkan penisnya kembali dalam celananya dan segera duduk kembali di kursinya, menutupi perbuatan mereka. Roy duduk dan memberi Ana ciuman kecil, tak tahu kalau istrinya baru saja mendapatkan sebuah batang penis yang lain dalam mulutnya.
Mereka kembali mendapatkan kesempatan sekali lagi di malam itu, dan mereka berusaha memanfaatkannya semaksimal mungkin. Bayi mereka menangis di lantai atas, Roy berinisiatif untuk pergi melihatnya. Ana lebih dari senang mengijinkannya. Dia sangat menginginkan penis itu, tapi dia tak mampu berbuat apa-apa. Meskipun mendapatkannya di dalam mulutnya tak mampu meredakan gairahnya.
Mereka dapat mendengar bunyi langkah kaki Roy yang menaiki tangga, dan Ana langsung berdiri. Dia tak pernah se agresif ini! Tapi ke’hausannya’ akan penis itu mampu merubah tabiatnya. Hanya sekedar untuk segera melihatnya lagi! Dia langsung berlutut di antara paha Jodi, dan Jodi segera membukanya untuknya…
Tangan mungilnya dengan cekatan melepaskan kancing dan resleitingnya, dan dia langsung membukanya dalam sekejap. Ana meraih ke dalam celana dalam Jodi dan mengeluarkan penis kerasnya. Vaginanya langsung basah hanya dengan memandangnya saja. Tangannya yang kecil mengocoknya, saat lidahnya menjilati dari pangkal batang penis Jodi hingga ke ujung.
Sekali lagi, dia kembali memasukkannya ke dalam mulutnya. Menghisapnya dengan rakus hingga mengeluarkan bunyi, tak menghiraukan resiko kepergok suaminya. Jodi mendengarkan dengan seksama gerakan dari lantai atas, memastikan Roy tidak turun ke bawah.
Jodi menatapnya. Bibirnya membungkus batang penisnya dengan erat, kepala penisnya tampak bekilatan basah terkena lampu ruangan ini saat itu keluar dari mulutnya, mata Ana terpejam menikmati. Dia ternyata begitu pintar memberikan blow job! Jodi sangat ingin menyetubuhi wanita ini, meskipun hanya sesaat.
Gairahnya sudah tak terbendung lagi, dan dia memegang pipi Ana, batang penisnya keluar dari mulutnya. Jodi berdiri, penisnya mengacung tegang, dan Ana berdiri bersamaan, memandangnya dengan api gairah yang sama. Jodi menciumnya, lembut, melumat bibirnya. Dia menciumnya lagi, dan lidah mereka saling melilit. Lalu ciuman itu berakhir. Jodi memutar tubuh Ana membelakanginya. Ana merasakan tangan Jodi berada pada vaginanya, berusaha melepaskan kancing celananya.
“Jangan…” desahan lirih keluar dari mulutnya. D
ia tak tahu kenapa kata itu keluar dari mulutnya saat dia ingin mengucapkan kata ‘ya’. Celananya jatuh hingga lututnya, memperlihatkan pantatnya yang dibungkus dengan celana dalam katun berwarna putih. Jodi merenggut kain itu dan langsung menyentakkannya ke bawah, membuat pantat Ana terpampang bebas di hadapannya. Jodi masih dapat mendengar suara gerakan di lantai atas jadi dia tahu dia aman untuk beberapa saat, dia hanya perlu memasukkan penisnya ke dalam vaginanya, walaupun untuk se detik saja!
Nafas keduanya memburu, dan Ana sedikit menundukkan tubuhnya ke depan, tangannya bertumpu pada meja makan, membuka lebar kakinya. Jodi jauh lebih tinggi darinya, penisnya berada jauh di atas bongkahan pantatnya. Dia sedikit menekuk lututnya agar posisinya tepat. Dia semakin menekuk lututnya, sangat tidak nyaman, tapi dia sadar kalau dia terlalu tinggi untuk Ana. Dia tahu dia akan merasa kesulitan dalam posisi ini, tapi hasratnya semakin mendesak agar terpenuhi segera.
Dia menggerakkan pinggulnya ke depan, ujung kepala penisnya menyentuh bibir vaginanya. Ana sudah teramat basah! Dan itu semakin mengobarkan api gairah Jodi. Saat bibir vagina Ana sedikit mencengkeram ujung kepala penisnya, Jodi tahu jalan masuknya sudah tepat. Dia mendorong ke depan. Ana menghisapnya masuk ke dalam, separuh dari penisnya masuk ke dalam dengan cepat.
Ana mendesah, merasa Jodi memasukinya. Jodi mencengkeram pantat Ana dan memaksa memasukkan penisnya semakin ke dalam. Batang penisnya sudah seluruhnya terkubur ke dalam cengkeraman hangatnya. Jodi mulai menyetubuhinya dari belakang, menarik penisnya separuh sebelum mendorongnya masuk kembali, lagi dan lagi. Serasa berada di surga bagi mereka berdua. Jodi berada di dalam vaginanya hanya beberapa detik, tapi bagi keduanya itu sudah dapat meredakan gelora api gairah yang membakar.
Tiba-tiba Jodi mendengar gerakan dari lantai atas. Ana tak menghiraukannya, dia sudah tenggelam jauh dalam perasaannya. Jodi mengeluarkan penisnya dari vagina Ana. Sebenarnya Ana ingin teriak melampiaskan kekesalannya, tapi segera dia sadar akan bahaya yang mengancam mereka berdua, segera saja dia menarik celana dan celana dalamnya sekaligus ke atas. Saat Roy datang, mereka berdua sudah duduk kembali di kursinya masing-masing, gusar.
Jodi dan Ana menghabiskan sisa malam itu dengan gairah yang tergantung. Saat malam itu berakhir, Jodi segera bergegas pergi ke kamarnya dan langsung mengeluarkan penisnya. Hanya dibutuhkan 3 menit saja baginya bermasturbasi dan legalah…
Tapi bagi Ana, tidaklah semudah itu. Kamar tidurnya berada di lantai yang berlainan dengan kamar tamu yang dihuni Jodi, dan dia tak punya kesempatan untuk melakukan masturbasi. Bahkan Roy tak mencoba untuk bercinta dengannya malam itu! Seperempat jam ke depan dilaluinya dengan resah. Ana memberi beberapa menit lagi untuk suaminya sebelum dia tak mampu membendungnya lagi.
Dia turun dari tempat tidur, setelah memastikan suaminya sudah tertidur lelap. Dia mengendap-endap menuju ke kamar tamu. Malam itu dia hanya memakai kaos putih besar hingga lututnya dan celana dalam saja untuk menutupi tubuh mungilnya.
Dengan hati-hati dia membuka pintu kamar Jodi, menyelinap masuk, dan menutup perlahan pintu di belakangnya. Jodi sudah tertidur beberapa menit yang lalu. Ana berdiri di samping tempat tidur, memandang pria yang tertidur itu, memutuskan bahwa dia akan melakukannya. Ini tak seperti dirinya! Dia tak pernah seagresif ini! Dia tak pernah berinisiatif! Tapi sekarang, terjadi perubahan besar.
Ditariknya selimut yang menutupi tubuh Jodi, Jodi tergolek tidur di atas kasur hanya memakai celana dalamnya. Ana mencengkeram bagian pinggirnya dan dengan cepat menariknya turun hingga lututnya, membebaskan penis Jodi yang masih lemas. Dengan memandangnya Ana merasakan desiran halus pada vaginanya. Dia tak percaya Jodi tak terbangunkan oleh perbuatannya tadi! Yah, baiklah, dia tahu bagaimana cara membangunkannya.
Ana duduk di samping Jodi, dengan perlahan membuka kaki Jodi ke samping. Tangan mungilnya meraih penis Jodi yang masih lemas menuju ke mulutnya. Rambut panjangnya jatuh tergerai di sekitar pangkal paha Jodi. Jodi setengah bangun, merasa nyaman.
Penisnya membesar dalam mulut Ana, dan sebelum ereksi penuh, dia akhirnya benar-benar terjaga. Tak membutuhkan waktu lama baginya untuk mengetahui apa yang sedang terjadi – istri sahabatnya sedang menghisap penisnya!
Dia mendesah, tangannya meraih ke bawah dan mengelus rambut panjang Ana saat dengan pasti penisnya semakin mengeras dalam mulut Ana. Merasakan penisnya yang semakin membesar dalam mulutnya membuat celana dalam Ana basah, dan dia mulai menggerakkan kepalanya naik turun. Dia menghisap dengan berisik, lidahnya menjalar naik turun seperti seorang professional.
Jodi dapat mendengar bunyi yang dikeluarkan mulut Ana saat menghisap penisnya, dan dia dapat melihat bayangan tubuh Ana yang diterangi cahaya bulan yang masuk ke dalam kamarnya yang gelap. Ana sedang memberinya blow job yang hebat. Untunglah dia bermasturbasi sebelum tidur tadi, kalau tidak pasti dia tak akan dapat bertahan lama.
Ana tak mampu menahannya lagi. Dia ingin vaginanya segera diisi. Dia sangat terangsang, dia sangat membutuhkan penis itu dalam vaginanya seharian tadi. Dikeluarkannya penis Jodi dari dalam mulutnya, dan berdiri dengan bertumpukan lututnya di atas tempat tidur itu. Tangannya menarik bagian bawah kaosnya ke atas dan menyelipkan kedua ibu jarinya di kedua sisi celana dalamnya dan mulai menurunkannya. Diangkatnya salah satu kakinya untuk melepaskan celana dalam itu dari kakinya. Kaki yang satunya lagi dan kemudian merangkak naik ke atas kasur setelah menjatuhkan celana dalamnya ke atas lantai. Nafasnya sesak, menyadari apa yang menantinya.
Diarahkannya batang penis Jodi ke atas dengan tangannya yang kecil dan bergerak ke atas Jodi, memposisikan vaginanya di atasnya. Jodi dapat merasakan bibir vagina Ana yang basah menyentuh ujung kepala penisnya saat Ana mulai menurunkan pinggulnya.
Daging dari bibir vaginanya yang basah membuka dan kepala penis Jodi menyelinap masuk. Ana mengerang lirih, tubuhnya yang disangga oleh kedua lengannya jadi agak maju ke depan. Ana semakin menekan ke bawah, membuat keseluruhan batang penis Jodi akhirnya tenggelam ke dalamnya.
Erangan Ana semakin terdengar keras. Dia merasa sangat penuh! Jodi benar-benar membukanya lebar! Ana semakin menekan pinggulnya ke bawah dan dia mulai menciumi leher Jodi, berusaha menahan Jodi di dalam tubuhnya. Bibir mereka bertemu dan saling melumat dengan bernafsu. Lidah Ana menerobos masuk ke dalam mulut Jodi, menjalar di dalam rongga mulutnya saat dia tetap menahan batang penis Jodi agar berada di dalam vaginanya.
Jodi membalas lilitan lidah Ana, tangannya bergerak masuk ke balik kaos yang dipakai Ana, bergerak ke bawah tubuhnya hingga akhirnya tangan itu mencengkeram bongkahan pantat Ana. Tangannya mengangkat pantat Ana ke atas, membuat tubuhnya naik turun di atasnya – Ana tetap tak membiarkan batang penis Jodi teangkat terlalu jauh dari vaginanya!
Tak menghiraukan keberadaan Roy yang masih terlelap tidur di kamarnya, mereka berdua berkonsentrasi terhadap satu sama lainnya.
Tangan Jodi naik ke punggung Ana, menarik kaos yang dipakai Ana bersamanya. Ciuman mereka merenggang, Ana mengangkat tubuhnya, tangannya mengangkat ke atas saat Jodi melepaskan kaosnya lepas dari tubuhnya. Payudaranya terbebas. Jodi melihatnya untuk pertama kalinya. Di dalam keremangan cahaya, Jodi masih dapat menangkap keindahannya. Payudaranya yang tak begitu besar dengan putting susu yang keras menantang, dan dia menggoyangkannya dihadapan Jodi, menggodanya.
Jodi mengangkat tubuhnya, tangannya yang besar menahan punggung Ana saat dia menghisap putingnya ke dalam mulutnya. Ana menggelinjang kegelian saat lidahnya bergerak melingkari sebelah payudaranya sebelum mencium yang satunya lagi. Pada waktu yang bersamaan Jodi mengangkat pantatnya, masih berusaha agar tetap tenggelam dalam vaginanya, tapi bergerak keluar masuk dengan pelan. Tangannya meremas payudara Ana yang bebas, sedangkan mulutnya terus merangsang payudara yang satunya dengan mulutnya.
Ana memandang Jodi yang merangsang payudaranya, tangannya membelai rambut Jodi dengan lembut. Ana merasa penis Jodi bergerak keluar sedikit tapi tak lama kemudian masuk kembali ke dalam vaginanya. Dia merasa sangat nyaman, sangat berbeda di dalam tubuhnya. Dia mulai menggoyang, mengimbangi kocokan Jodi yang mulai bertambah cepat.
Jodi melepaskan mulut dan tangannya dari payudara Ana dan rebah kembali ke atas kasur. Ana mulai mengangkat pinggulnya naik ke atas hingga batang penis Jodi nyaris terlepas ke luar seluruhnya sebelum menghentakkan pinggulnya ke bawah lagi. Tangan Jodi kembali pada pantat Ana, meremasnya sambil memandangi wanita yang telah menikah ini menggoyang tubuhnya tanpa henti. Dengan tanpa bisa dibendung lagi erangan demi erangan semakin sering terdengar keluar dari mulut Ana.
Orgasme yang sangat dinantikannya seharian ini mulai terbangun dalam tubuhnya. Dengan meremas pantatnya erat, Jodi menggerakkan tubuh Ana naik turun semakin keras dan keras. Hentakan tubuh mereka saling bertemu. Nafas Ana semakin berat, Penis Jodi menyentak dalam tubuhnya berulang kali.
Dengan cepat orgasmenya semakin mendekat. Ana mempercepat kocokannya pada penis Jodi, menghentakkan bertambah cepat seiring orgasmenya yang mendesak keluar. Ana tak mampu membendungnya lebih lama lagi, pandangannya mulai menjadi gelap. Jantungnya berdegup semakin kencang, otot vaginanya berkontraksi, seluruh sendi tubuhnya bergetar saat dia keluar dengan hebatnya. Mulutnya memekik melepaskan himpitan yang menyumbat aliran nafasnya.
Melihat pemandangan itu gairah Jodi semakin memuncak, dia tak memberi kesempatan pada Ana untuk menikmati sensasi orgasmenya. Diangkatnya tubuh mungil wanita itu, dan membaringkan di sampingnya. Dia bergerak ke atas tubuh Ana dan Ana membuka pahanya melebar menyambutnya secara refleks.
Jodi memandangi kepala penisnya yang menekan bibir vagina Ana. Dengan pelan dia mulai masuk, dan mendorongnya masuk ke dalam lubang hangatnya. Ana mengangkat kakinya ke udara, membukanya lebar lebar untuknya. Jodi menahan berat tubuhnya dengan kedua lengannya.
Jodi memberinya satu dorngan yang kuat. Ana memekik, ombak kenikmatan menggulungnya saat batang keras itu memasuki tubuhnya. Jodi mulai menyetubuhinya tanpa ampun, Ana telah sangat membakar gairahnya. Jodi mengocokkan penisnya keluar masuk dalam vagina istri sahabatnya yang berada di bawah tubuhnya dengan cepat, kedua kaki Ana terayun-ayun di atas pantatnya yang menghentak.
Tempat tidur sampai bergoyang karena hentakan Jodi. Ana menggigit bibirnya untuk meredam erangannya yang semakin bertambah keras.
Jodi mulai kehilangan kontrol. Penisnya keluar masuk dalam vagina Ana sebelum akhirnya, dia menarik keluar batang penisnya dengan bunyi yang sangat basah.
Jodi mengerang, batang penisnya berdenyut hebat dalam genggaman tangannya. Sebuah tembakan yang kuat dari cairan kental putih keluar dari ujung kepala penisnya dan menghantam perut Ana, beberapa darinya bahkan sampai di payudaranya.
Ana menarik nafas, dadanya terasa sesak saat dia melihat tembakan demi tembakan sperma yang kuat keluar dari penis Jodi, dan mendarat di atas perutnya. Terasa sangat panas pada kulit perutnya, tapi semakin membakar gairahnya menyadari bahwa itu bukan semburan sperma suaminya, tapi dari seorang pria lain.
Akhirnya, sperma terakhir menetes dari penis Jodi, menetes ke atas rambut kemaluan Ana yang terbaring di depannya dengan kaki terpentang lebar. Dengan mata yang terpejam, Ana tersenyum puas.
“Aku membutuhkannya” bisiknya. Mereka terdiam beberapa saat meredakan nafas yang memburu sebelum akhirnya mulai membersihkan tubuh basah mereka. Jodi mencium dengan lembut bibir Ana yang tersenyum.
Ana memakai kaosnya dan menggenggam celana dalamnya dalam tangan, melangkah keluar dari kamar itu dengan perasaan yang sangat lega.
Jodi bangun di keesokan harinya. Peristiwa semalam langsung menyergap benaknya, penisnya mulai mengeras. Dikeluarkannya batang penisnya dan perlahan mulai mengocoknya.
Dia merasa sangat senang saat mendengar ada seseorang yang sedang mandi. Dimasukkannya penisnya kembali kedalam celana dalamnya, bergegas memakai celana jeansnya dan bergegas keluar kamar dengan bersemangat, turun ke lantai bawah.
Dia berharap yang sedang mandi adalah Roy dan Ana ada di lantai bawah. Dia mendengar seseorang sedang membuat kopi di dapur. Dia segera ke sana dan ternyata…
Ana masih dengan pakaian yang dikenakannya malam tadi, sebuah kaos besar hingga lutut, dan sebuah celana dalam saja di baliknya. Dia menoleh saat mendengar ada yang mendekat, dan langsung tersenyum saat mengetahui siapa yang datang. Terasa ada desiran halus di vaginanya saat memandang Jodi.
Ana terkejut saat tangan Jodi melingkar di pinggangnya memeluknya erat dan mencium bibirnya. Lalu Ana sadar ada seseorang yang sedang mandi di lantai atas dan Roy lah yang sedang berada di kamar mandi itu. Bibirnya membalas lumatan Jodi dengan menggebu saat tangan Jodi menyusup ke dalam kaosnya untuk menyentuh payudaranya.
Ana melenguh di dalam mulut Jodi yang memeluknya merapat ke tubuhnya. Desiran gairah memercik dari payudaranya langsung menuju ke vaginanya, membuatnya basah. Wanita mungil itu tak berdaya dalam dekapan Jodi, tangan Ana melingkari leher Jodi.
Mereka berciuman dengan penuh gairah, lidah saling bertaut, perlahan Jodi mendorong tubuh Ana merapat ke dinding. Tangannya meremas bongkahan pantat Ana di balik kaosnya. Dan Ana sangat merasakan tonjolan pada bagian depan celana jeans Jodi yang menekan perutnya.
Ciuman Ana turun ke leher Jodi, lidahnya melata menuju putting Jodi. Ana membiarkan Jodi mengangkat tubuhnya ke atas meja, memandangnya dengan pasif saat Jodi menyingkap kaosnya hingga dadanya. Ana mengangkat kakinya bertumpu pada tepian meja, mempertontonkan celana dalam putihnya.
Vaginanya berdenyut tak terkontrol, menantikan apa yang akan terjadi berikutnya. Jodi berlutut di hadapannya, dia dapat mencium aroma yang kuat dari lembah surganya saat hidungnya bergerak mendekat.
Perlahan diciumnya vagina Ana yang masih tertutupi kain itu, Ana mendesah, kenikmatan mengaliri darahnya. Untuk pertama kalinya, Ana merasa gembira saat Roy berada lama di dalam kamar mandi!
Dengan tak sabar, tangannya menuju ke pangkal pahanya. Jodi hanya menatapnya saat tangan Ana menarik celana dalamnya sendiri ke samping, memperlihatkan rambut kemaluannya, dan kemudian bibir vaginanya yang kemerahan.
Ana menatap pria yang berlutut di antara pahanya, api gairah tampak berkobar dalam matanya, menahan celana dalamnya ke samping untuknya. Jodi menatap matanya seiring bibirnya mulai mencium bibir vaginanya. Membuat lebih banyak desiran kenikmatan mengguyur tubuhnya dan dia mendesah melampiaskan kenikmatan yang dirasakannya.
Lidah Jodi mulai menjilat dari bagian bawah bibir vagina Ana sampai ke bagian atasnya, mendorong kelentitnya dengan ujung lidahnya saat dia menemukannya. Diselipkannya lidahnya masuk ke dalam lubang vaginanya, mersakan bagaimana rasanya cairan gairah Ana.
Dihisapnya bibir vagina itu ke dalam mulutnya dan dia mulai menggerakkan lidahnya naik turun di sana, membuat Ana semakin basah.
Desahannya terdengar, menggoyangkan pinggulnya di wajah Jodi. Jodi melepaskan bibirnya, lidahnya bergerak ke kelentitnya. Dirangsangnya tonjolan daging sensitif itu menggunakan lidahnya dalam gerakan memutar.
Ana menaruh kakinya pada bahu Jodi, duduknya jadi tidak tenang. Tiba-tiba, Jodi menghisap kelentitnya ke dalam mulutnya, menggigitnya diantara bibirnya.
Ana memekik agak keras saat serasa ada aliran listrik yang menyentak tubuhnya. Lidah Jodi bergerak berulang-ulang pada kelentit Ana yang terjepit diantara bibirnya, tahu bahwa titik puncak Ana sudah dekat. Dilepaskannya kelentit itu dari mulutnya dan tangannya menggantikan mengerjai kelentit Ana dengan cepat.
“Oh Tuhan… ” bisiknya mendesah, merasakan orgasmenya mendekat.
Jari Jodi bergerak tanpa ampun, pinggul Ana terangkat karenanya. Ana menggigit bibirnya berusaha agar suara jeritannya tak terdengar sampai kepada suaminya yang berada di kamar mandi saat orgasmenya datang dengan hebatnya. Dadanya sesak, nafasnya terhenti beberapa saat, dinding-dinding vaginanya merapat.
Kedua kakinya terpentang lebar di belakang kepala Jodi. Ana mendesah hebat, akhirnya nafasnya kembali mengisi paru-parunya mengiringi terlepasnya orgasmenya.
Jodi berdiri dan langsung mengeluarkan penisnya. Ana memandang dengan lapar pada batang penis dalam genggaman tangan Jodi. Sebelah tangan Ana masih memegangi celana dalamnya ke samping saat tangannya yang satunya lagi meraih batang penis Jodi. Tangan kecil itu menggenggamnya saat Jodi maju mendekat.
Dengan cepat Ana menggesek-gesekkannya pada bibir vaginanya yang basah, berhenti hanya saat itu sudah tepat berada di depan lubang masuknya. Mereka berdua mendengarkan dengan seksama suara dari kamar mandi di lantai atas yang masih terdengar.
Jodi melihat ke bawah pada kepala penisnya yang menekan bibir vagina Ana.
Jodi mendorong ke depan dan menyaksikan bibir itu membuka untuknya, mengijinkannya untuk masuk. Desahan Ana segera terdengar saat dia mersa terisi. Jodi terus mendorong, vagina Ana terus menghisapnya sampai akhirnya, Jodi berada di dalamya dalam satu dorongan saja.
Ana sangat panas dan mencengkeramnya, dan Jodi membiarkan penisnya terkubur di dalam sana untuk beberapa saat, meresapi perasaan yang datang padanya. Tangan Ana masih menahan celana dalamnya ke samping, tangan yang satunya meraih kepala Jodi mendekat padanya.
Lidahnya mencari pasangannya dalam lumatan bibir yang rapat. Dengan pelan Jodi menarik penisnya. Dia mendorongnya masuk kemabali, keras, dan Ana mengerang dalam mulutnya seketika. Tubuh mereka saling merapat, kaki Ana terjuntai terayun dibelakang tubuh Jodi dalam tiap hentakan.
Roy yang masih berada di kamar mandi tak mengira di lantai bawah penis sahabatnya sedang terkubur dalam vagina istrinya.
Sementara itu Ana, sedang berada di ambang orgasmenya yang lain. Penis pria ini menyentuhnya dengan begitu berbeda! Terasa sangat nikmat saat keluar masuk dalam tubuhnya seperti itu! Dia orgasme, melenguh, melepaskan ciumannya.
Jodi mundur sedikit dan melihat batang penisnya keluar masuk dalam lubang vaginanya yang kemerahan, tangannya yang kecil menahan celana dalamnya jauh-jauh ke samping yang membuat Jodi heran karena kain itu tak robek. Dia mulai menyutubuhinya dengan keras, menyadari kalau mungkin saja dia tak mempunyai banyak waktu lagi.
Jika Roy masuk ke sudut ruangan itu, dia akan melihat ujung kaki istrinya yang terayun dibelakang pantat Jodi. Celana jeans Jodi merosot hingga mata kakinya, celana dalamnya berada di lututnya, dan pantatnya mengayun dengan kecepatan penuh diantara paha Ana yang terbuka lebar. Roy mungkin mendengar suara erangan kenikmatan istrinya.
Jodi terus mengocok, dia dapat merasakan kantung buah zakarnya mengencang dan dia tahu itu tak lama lagi. Dia menggeram, memberinya beberapa kocokan lagi sebelum dilesakkannya batang penisnya ke dalam vagina wanita bersuami itu dan menahannya di dalam sana.
Dia menggeram hebat, penisnya menyemburkan spermanya yang panas di dalam sana. Begitu banyak sperma yang tertumpah di dalam vagina Ana.
Erangan keduanya terdengar saling bersahutan untuk beberapa saat hingga akhirnya mereka tersadar kalau suara dari dalam kamar mandi sudah berhenti, dan tak menyadari sudah berapa lama itu tak terdengar.
Bibir Jodi mengunci bibirnya dan mereka saling melumat untuk beberapa waktu seiring kejantanan Jodi yang melembut di dalam tubuhnya. Kemudian mereka saling merenggang dan Jodi mengeluarkan penisnya yang setengah ereksi itu dari vagina Ana. Dengan cekatan dia mengenakan pakaiannya kembali. Ana membiarkan celana dalamnya seperti begitu. Dia merasa celananya menjadi semakin basah saat ada sperma Jodi yang menetes keluar dari vaginanya saat dia berdiri.
Roy turun tak lama berselang, siap untuk sarapan. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot,
Langganan:
Postingan (Atom)