Sabtu, 31 Oktober 2015

Cerita Sex: Penjual Nasi Kuning | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015 – Cerita Sex: Penjual Nasi Kuning – Halo para pembaca cersex.com yang lagi tegang nih! Aku akan menceritakan pengalaman sex-ku yang penuh dengan kenikmatan yang tiada tara! Sebelumnya aku perkenalkan diri, namaku Asep (samaran), 21 tahun, tinggi 171 cm, berat yang ideal.



Aku tergolong cowok yang cakep dan banyak sekali yang naksir aku, tapi yah.. gimana ya! aku punya penis yang cukup besar untuk bisa bikin cewek klepek-klepek dan tidak tahan untuk beberapa kali orgasme. Kepala batang kemaluan yang besar dan ditumbuhi rambut yang cukup rapi, rata dan tidak gondrong karena nanti bisa mengganggu cewek untuk “karaoke”. Aku mempunyai daya sex yang tinggi sekali. Aku bisa melakukan onani sampai 3 – 4 kali. Hobiku nonton bokep, sehingga aku cukup mahir dalam gaya-gaya yang bisa buat cewek kelaparan sex. Setelah nonton film bokep aku tidak lupa untuk onani.

Kisah ini berawal dari membeli nasi kuning di pagi hari. Seperti biasa tiap pagi perutku tidak bisa diajak kompromi untuk berunding tentang masalah makan, langsung saja setelah merapikan diri (belum mandi nih) langsung mencari makanan untuk mengganjal perut yang “ngomel” ini. Setelah beberapa lama putar-putar dengan motor, aku ketemu dengan seorang cewek yang menjual nasi kuning yang laris sekali.

Cerita Sex | Setelah kuparkir di samping tempat jualannya itu, lalu aku ngantri untuk mendapat giliran nasi kuning. Aku kagum sekali dengan penjual nasi kuning ini. Kuketahui namanya Naning, umurnya kira-kira 25 tahun dan dia memiliki wajah yang natural sekali dan cantik, apalagi dia kelihatan baru mandi kelihatan dari rambut yang belum kering penuh. Dia tingginya 165 cm dan berat yang ideal (langsing dan seksi) dengan rambut yang pendek sebahu. Dia memiliki susu yang cukupan (34), cukup bisa untuk dikulum dan dijilat kok!

Waktu itu Naning memakai kaos oblong yang agak longgar dan celana batik komprang. Aku mengambil posisi di sampingnya, tepatnya di tempat pengambilan bungkus nasi kuning yang letaknya agak ke bawah. Dari posisi itu aku dengan leluasa melihat bentuk susu Naning yang dibungkus kaos dan BH, walaupun tidak begitu besar aku suka sekali dengan susunya yang masih tegak dan padat berisi.

Sesekali aku membayangkan kalau memegang susu Naning dari belakang dan meremas-remas serta sesekali memelintir-lintir puting susunya dengan erangan nafsu yang binal, wouw, asik tenan dan ee.. penisku kok jadi tegang! Saat Naning mengambil bungkusan nasi kuning di depanku, aku bisa melihat dengan jelas susu Naning yang terbungkus BH, putih, mulus dan tegak, nek! Aku semakin menegakkan posisi berdiriku untuk lebih bisa leluasa melihat susu Naning yang mulus itu. Weoe.. ini baru susu perawan yang kucari, padet dan putih serta masih tegak lagi.. Ya.. andaikan..! kata hati berharap besar untuk mencoba vagina dan susu untuk dijilati, pasti dia suka dan menggeliat deh.
Setelah beberapa menit kemudian, pembeli sudah tidak ada lagi tinggal aku sebagai pembeli yang terakhir.

“Mau beli nasi kuning, Mas?” sapanya mengambil bungkus nasi di depanku, aku tidak langsung jawab karena asik sekali melihat susu Naning menggelantung itu.

“E.. Mas jadi beli nggak sih..” Sapa Naning agak ketus.

“Oh.. ya Mbak, 1 saja ya.. sambel tambah deh..” sambil gelagapan kubalas sapaan Naning.
Aku yakin tadi si Naning mengetahui tingkah lakuku yang memandangi terus dadanya yang aduhai itu, oleh karena itu aku sengaja tanya-tanya apa saja yang bisa buat dia lupa dengan kejadian yang tadi. Dari hasil pembicaraan itu kami saling mengenal satu sama yang lain walaupun sebatas nama dan sekitarnya. Naning ini anak kedua dari tiga bersaudara, dia tidak kuliah lagi karena tuntutan orangtuanya untuk membantu berjualan nasi kuning saja. Aku berniat untuk membantu Naning untuk beres-beres dagangannya, karena aku tahu bahwa aku adalah pembeli terakhir dan nasi kuning sudah habis terjual.

“E.. boleh nggak kalau Asep bantuin beres-beres barangnya?” rayuku.
“Jangan! ngerepoten saja,” sambil malu-malu Naning berkata.
“Nggak kok, boleh ya..” rayuku.

Sampai beberapa menit aku merayu agar bisa membantu Naning untuk beres-beres dagangannya, akhirnya aku bisa juga. Memang sih, barang-barang untuk jualan nasi kuning tidak begitu banyak, jadi hanya perlu satu kali jalan saja. Aku membawa barang yang berat dan Naning yang ringan. Setelah sesampai di rumahnya,

“Mas, diletakkan di atas meja saja, sebentar ya.. aku ke kamar mandi sebentar, kalau mau makan nasi kuningnya ambil sendok di dapur sendiri ya..” kata Naning dengan melanjutkan langkahnya ke kamar mandi.

Setelah beberapa menit aku duduk-duduk dan mengamati rumahnya, aku terasa lapar sekali dan berniat untuk mengambil sendok di dapur yang letaknya tidak begitu jauh dari kamar mandi Naning. Sesampainya di dapur, terdengar Naning suara pintu dari kamar mandi, eh ternyata Naning barusan saja masuk ke kamar mandi dan kesempatan ini aku tidak sia-siakan saja.

Aku berjalan pelan-pelan ke depan pintu kamar mandi itu dan jongkok di depan lubang pintu kamar mandi sehingga bisa melihat apa yang ada di dalam sana walaupun memang agak sempit sih. Wow.. wow.. aku melihat Naning yang masih berpakaian lengkap dan mulai dia meletakkan handuknya di tempat samping pintu kamar mandi, lalu pelan-pelan dia melepas kaos longgarnya dan terlihatlah susunya yang putih bersih tanpa cacat yang masih terbungkus dengan BH.

Dan perlahan-lahan dia melepaskan tali pengikat celana batik yang dipakainya dan menurunkan pelan-pelan dan ah.. terlihat pinggul yang oke sekali putih, dan paha dan betis yang ideal tenan dengan memakai CD yang tengah bawahnya menggelembung seperti bakpaw. Itu pasti vaginanya. Ah.. ayo cepetan buka dong, hati yang tidak sabaran ingin tau sekali isi CD itu.

Dan akhirnya dia melepaskan ikatan BH dan.. berbandullah susu Naning yang merangsang batang kemaluanku untuk tegang (puting yang coklat kemerahan yang cukup besar untuk dipelintir deh.. ah) dan sialnya, Naning meletakkan BH-nya pas di lubang pintu sehingga pandanganku terhalang dengan BH Naning. Ya.. asem tenan, masak susunya udah ditutup, aku kecewa sekali dan aku kembali duduk di teras sambil makan nasi kuning sambil menutup pintu depan rumah Naning.

Dan beberapa menit kemudian, Naning keluar dari kamar mandi, Ee.. dia pakai handuk yang dililitkan ke badannya. Handuk yang amat-amat mini sekali deh, panjangnya di dekat pangkal paha, oh.. indah sekali. Dia hanya pakai BH dan CD di dalam handuk, karena terlihat di pantatnya yang padat itu terawah CD-nya dan tali BH yang ada di bahunya.

“Ee.. Mas Asep kenapa kok bengong?”
“Oo.. e.. o.. tidak.. kok ini pedas,” sambil melanjutkan makannya.

“Ya.. ambil saja minum di belakang, aku mau ganti dulu,” saut Naning sambil melangkah ke kamarnya yang letaknya di sampingku dan dia menutupnya tidak penuh.
2 menit kemudian,

“Mas Asep bisa bantuin Naning ambilin bedak di kamar mandi, nggak?”
“Ya.. sebentar!” aku langsung menuju ke kamar mandi dan mengambil bedak yang dia maksudkan.
“Ini bedaknya,” aku masih di luar pintu kamar Naning.

“Masuk saja Mas tidak dikunci kok,” saut Naning.

Setelah aku membuka pintu dan masuk ke kamar Naning, terlihat Naning sedang di depan seperti sambil duduk dan dia tetap pakai handuk yang dia pakai tadi sambil menyisir rambut basahnya itu, sambil mendekat.

“Ini Mbak bedaknya,” sambil menyodorkan bedak ke arah Naning.
“E.. bisa minta bantuan nggak!” sambil membalikkan muka ke arahku.
“Apa tuh..”

“Bantuin aku untuk meratakan bedak di punggungku dong, aku kan tidak bisa meratakan sendiri,” kata Naning menerangkan permintaannya.

“Apa? meratakan ke tubuh Mbak, apa tidak..” basa basiku.
Sebelum kata itu berakhir,
“Takut ketahuan ortuku ya.. atau orang lain, ortu lagi pergi dan kalau malu ya tutup saja pintu itu,” kata Naning.

Aku melangkah ke arah pintu kamar Naning dan menutup pintu itu dan tidak lupa aku menguncinya, setelah itu aku balik ke arah Mbak Naning dan woow.. wowo.. wow.. woow.. dia sudah terkurap di atas ranjang dengan handuk yang tidak dililitkan lagi, hanya sebagai penutup bagian tubuh belakang saja. Dan aku menuju pinggir ranjang di samping Naning.

“Udah, mulai meratakan saja, e.. yang rata lho..!” sambil menoleh ke belakang dan mengangkat kepalanya ke atas bantal.

Aku mulai dari punggung atas mulus Naning, aku taburkan dulu bedak di sekeliling punggung atas Naning dan meratakan dengan tanganku. Ayy.. mulus sekali ini punggung, batang kemaluanku mulai tegang tapi aku tahan jangan sampai ketahuan deh. Meratakan dari atas punggung, ke samping kiri dan kanan, aku sengaja sambil mengelus-elus lembut, punggung Naning dan terdengar sayup-sayup nafas Naning yang panjang. Aku mulai menurunkan tanganku untuk meratakan ke bagian punggung bagian tengah yang masih tertutup oleh handuk.

“Mas Asep, kalau handuknya menghalangi ya.. di lepas saja,” kata Naning sambil metutup matanya.
“Ya.. boleh,” hati berdebar ingin tahu apa yang ada di dalam sana.

Aku mulai menyingkap handuk dan ah.. wowowo terlihatlah punggung Naning dan pantat yang tegak putih terlihat bebas, batang kemaluanku tambah tegang saja melihat pemandangan yang begitu indahnya, kulit Naning memang sangat mulus tanpa cacat sama sekali. Aku mulai menaburkan bedak di atas punggung Naning sampai di atas pantat Naning yang masih tertutup oleh CD, setelah menaburkan bedak aku mulai meratakan dengan kedua tanganku ini.

Ah.. aku juga bisa menikmati tubuh Naning yang belakang dengan meraba-raba dan mengelus-elus dengan lembut, aku sengaja tidak membuka kaitan BH-nya ya.. biar dia yang minta saja dibukakan. Sambil menyenggol-nyenggol kaitan BH Naning agar Naning merasa aku kehalangan dengan kaitan BH-nya itu dan..

“Mas, kaitan BH-nya dicopot saja biar bisa meratakan bedak dengan leluasa,” kata Naning yang masih menutupkan matanya, mungkin agar bisa menikmati rabaan dan elusan tanganku ini.
Setelah kaitan BH aku buka dan BHnya masih tidak terlepas dari kedua tangan Naning (hanya kaitan BH yang lepas) terlihat olehku tonjolan susu Naning dari pinggir badannya yang mulus itu. Aku pelan-pelan melanjutkan meratan bedak lagi dan sedikit-sedikit turun ke samping badan Naning yang dekat dengan tonjolan susu Naning itu, dengan pelan-pelan aku meraba-raba dengan alasan meratakan bedak. Oh.. kental dan empuk, man! Saat itu juga Naning menarik nafas panjang dan
“Sesstsst eh..” sambil menggigit bibir bawahnya.

Aku tahu kalau ia sudah terangsang dan aku teruskan untuk meraba dan meremas sedikit tonjolan susu Naning yang ada di samping badannya itu walaupun puting susunya belum kelihatan, nafas dan erangan lembut masih terdengar walaupun Naning berusaha menyembunyikannya dariku. Aku tidak mau cepat-cepat. Aku melanjutkan meratakan di pinggang Naning, saat aku mengelus-elus di bagian kedua pinggangnya dia mengerang agak keras,

“Ssts seestt.. ah.. geli Mas jangan di situ ah.. geli yang lain saja,” kata Naning sambil menutup mata dan menggigit bibir bawahnya yang seksi itu.

Aku mulai menaburkan bedak ke kedua kaki Naning sampai telapak kakinya juga aku beri bedak, selangkangan Naning masih tertutup rapat otomatis aku tidak bisa melihat ke bagian tonjolan vagina yang masih tertutup oleh CD itu. Aku harus bisa bagaimana cara untuk membuka selangkangan ini biar tidak kelihatan, aku sengaja ingin mencicipi vagina Naning, akalku terus berputar.

Aku mulai meratakan dari pangkal paha Naning, aku mengelus-elus dari atas dan ke bawah berulang kali sambil sedikit-sedikit berusaha melebarkan selangkangan Naning yang masih rapat itu dan lama-lama berhasil juga aku melebarkan selangkangan Naning dan terlihatlah CD Naning yang sudah basah di bagian vaginanya dan Naning sudah mulai terangsang berat, terlihat dari erangan yang makin lama makin keras saja.

Aku mulai mengelus-elus di bagian paha atas yang dekat dengan pantat Naning masih terbungkus rapi CD-nya. Pelan-pelan aku menyentuhkan ibu jariku di bagian yang basah di CD Naning sambil pura-pura meratakan bedak di bagian dekat pangkal paha. Tersentuh olehku bagian basah CD Naning dan..

“Ah.. sstt stt.. ah.. eh.. sestt..” Naning makin menggigit bibir bawah dan mengangkat pantatnya sedikit ke atas tapi dia diam saja tidak melarangku untuk melakukan itu semua.

Aku mulai memberanikan diri dan sekarang aku tidak segan-segan dengan sengaja memegang CD yang basah itu dengan ibu jariku. Aku terus memutar-mutarkan ibu jariku di permukaan vagina Naning yang masih tertutup oleh CD-nya itu, aku tekan dan putar dan gesek-gesek dan makin lama makin cepat gesekan dan tekanan ibu jariku ini.

“Ah.. oh ye.. sstt ah.. terus.. jang.. an berhenti Sep.. oh.. ye..” Naning mulai terangsang berat dan tidak segan-segan mengeluarkan erangan yang keras.

“Ya.. tekan yang keras.. Sep.. oh.. ye.. buka.. CD-nya Sep.. please..” permintaan Naning yang masih menutup matanya, sengaja aku tidak mau membuka CD-nya biar dia tersiksa dengan rabaan dan elusan nikmat ibu jari di permukaan vaginanya yang masih tertutup oleh CD-nya itu.

“Ah.. Sep.. aku.. oh..” Naning menggeliat dan pantatnya naik-turun tidak beraturan ke kanan dan ke kiri dan aku mengerti kalau ini tanda ia mau orgasme pertama kalinya dan sengaja aku berhenti dan..
“Mbak Naning sekarang berbalik deh..” aku memotong orgasmenya dan dia berhenti menggeliat dan orgasmenya tertunda dengan perkataanku tadi dan sekarang dia berbalik, terlihat wajahnya mencerminkan kekecewaan yang sangat dalam atas tertundanya kenikmatan orgasme yang pertama kali untuk dia.

Setelah badan Naning dibalikkan terlihat susu Naning yang putih itu walaupun masih tertutup secara tidak sempurna oleh BH yang kaitannya sudah terlepas. Belahan susu Naning terlihat sebagian permukaan susu terlihat tapi putingnya masih tersembunyi di BH. Dan CD yang sudah amat basah dan selangkangan Naning sudah dilebarkannya sendiri sehingga bisa melihat CD yang amat basah itu. Aku mulai menaburkan bedak di atas tubuh Naning tapi sedikit sekali. Aku mulai meraba di bagian leher Naning dengan masih menggigit bibir bawahnya dan mata tertutup rapat dan perlahan-lahan turun di dekat bongkahan dada yang aduhai itu dengan sedikit menyenggol-nyenggol BH-nya dan ternyata dia mengerti maksudku dan..

“Sep, lepas saja semua apa yang ada di tubuhku please, cepet Sep!” kata Naning yang masih menutup mata yang tidak sabaran untuk bercinta denganku karena sudah terangsang berat sekali, apalagi tertundanya orgasme pertamanya.

Lalu aku pelan-pelan masukkan jari-jariku ke BH Naning, dia semakin mengerang keenakan,
“Ssstss ah.. ye.. teruss..” kepal Naning ke kanan dan ke kiri apalagi ketika aku memegang puting susunya dan aku segera membuka BH Naning yang dari tadi tidak tahan rasanya aku mau lihat susu mulus Naning.

Tuing.. tuing.. susu Naning kelihatan jelas di depan wajahku, pelan-pelan aku mulai meraba sekeliling permukaan dada Naning.

“Ah.. ya.. Sep.. tengahnya Sep.. Sep.. ya.. oh.. te.. rus..” Naning memohon sambil menggigit bibir bawah Naning, aku langsung menjilat ujung puting Naning dengan ujung lidahku dengan sangat pelan-pelan sekali.

“Ah.. scrut..” aku mencoba rasa puting Naning, aku putar-putar ujung lidahku di atas puting Naning dan di belahan susunya, dia menggeliat sambil mengangkat menurunkan dadanya sehingga menempel penuh di wajahku.

Kuremas dan tekan susu Naning dengan kedua tanganku, lalu aku pelan-pelan turun ke pusar dengan tetap ujung lidahku bermain di atas perut Naning.

“Ah.. sstt ah.. oh.. ye.. terus Sep.. ke bawah i.. ya..” aku rasa Naning sudah tidak sabar lagi, tangan Naning mulai memegang batang kemaluanku yang masih di dalam celana, dia meremas-remas dan mengelus-elus.

Tangan kananku meraba CD Naning dan aku berusaha membuka CD-nya dan Naning membantuku dengan mengangkat pantatnya dan wow.. wow.. vaginanya basah sekali akibat rangsanganku tadi. Vagina Naning dengan bibir yang tipis dan di pinggir vagina tidak ada rambut tapi di atas vaginanya tumbuh rambut yang tipis rapi dengan bentuk segitiga yang pernah kulihat di BF. Aku langsung memainkan klitoris vagina Naning dengan ibu jariku.

“Ah.. oh.. ya.. sstt terus.. cepat dong.. oh.. ya..” sambil mengangkat pantat dan menggerakkan pinggulnya ke kanan dan ke kiri.

Aku mulai memasukkan jari telunjuk ke dalam lubang vaginanya, dan aku terus mengocok lubang itu dengan pelan-pelan dan lama kelamaan kocokanku percepat dan tangan satunya memperlebar bibir vagina Naning dan lidahku memainkan k;itorisnya.

“Ah.. ya.. ye.. terus.. jangan.. ber.. henti.. da.. lam..” katanya sambil patah-patah, dan 3 menit kemudian gerakannya semakin liar mengangkat pantat dan meremas keras-keras batang kemaluanku, aku mempercepat kocokan jariku di vaginanya.

“Ah.. Sep.. aku.. tidak ta.. han.. ce.. petin.. ah.. sstt.. a.. ku kelu..” dia mengejang, beberaoa detik lamanya dan..

“Cur.. cur..” keluarlah cairan kental putih kenikmatan dari vagina Naning dan dia lemas di ranjang akibat orgasme yang hebat.

Aku lalu menarik jariku dari dalam lubang vagina Naning dan menempel cairan kental itu, aku lalu berdiri di samping ranjang dan melepas seluruh pakaianku kecuali CD-ku. Sambil berdiri di samping ranjang Naning, aku melihat batang kemaluanku sudah berdiri dan sedikit-sedikit aku mengocok-ngocok batang kemaluanku dari luar CD agar tetap dalam keadaan ready. Lalu aku duduk di samping Naning yang masih tergeletak lemas dengan meremas-remas susunya dan melintir-lintir putingnya agar dia terangsang lagi dan tangan satunya mengocok-ngocok pelan batang kemaluanku.
“Mbak Naning hebat deh..” sambil membisikkan dekat di telinganya.

“Ah.. nggak.. kocokan kamu yang membuat aku terbang,” Naning terbangun dari kelemasannya.
“Itu masih tanganku, gimana kalau batang kemaluanku yang mengaduk-aduk vagina Mbak?” sautku sambil tetap melintir-lintir puting susu Naning.

“Sstt ah.. boleh.. cepet ya.. aku tidak tahan nih.. ah.. ye,” kata Naning sambil menahan rangsangan pelintiran puting dari tanganku.

Lalu aku melebarkan selakanganku di depan Naning dan pelan-pelan Naning mengelus-elus dan mengocok dari luar CD dan dia tidak sabaran langsung dicopot CD-ku dan tuing.. tuing.. batang kemaluanku “ngeper” dan berdiri tegak di depan muka Naning.

“Wow.. batang kemaluan kamu besar sekali.. kamu rawat ya..” kata Naning sambil mengocok pelan-pelan batang kemaluanku.

“Iya.. Mbak biar tetap ready untuk Mbak Naning,” kataku sambil tetap melintir puting susu Naning yang menggelantung karena dia dalam posisi nungging.

Naning langsung memasukkan batang kemaluanku ke mulutnya, dia kulum batang kemaluanku dan jilati sampai rata,

“Ah.. ya.. sstt ah..” erangku sambil meremas-remas susu Naning, tidak hanya batang kemaluanku yang ditelan oleh Naning, kedua “telur”-ku pun dilahapnya,
“Plok.. plok..” bunyi sedotan mulut Naning di kedua “telur”-ku dan dilepas dan mulai mengocok-ngocok batang kemaluanku dengan mulutnya lagi.

Jilatan, gigitan dan sedotan mulut Naning memang membuatku terbang,
“Ah.. kamu memang hebat, ah.. ses.. ah.. ye..” pujiku ke Naning yang terus mengocok batang kemaluanku dengan mulut binalnya itu.

5 menit bermain dengan mulut Naning, batang kemaluanku sudah tidak sabaran menerobos masuk vagina Naning yang merah merekah itu. Lalu aku berbaring terlentang di ranjang Naning dan Naning duduk di atas badanku, ternyata Naning mengerti apa mauku, dia langsung memegang batang kemaluanku dan didekatkan ke vaginanya.

Naning tidak langsung memasukan batang kemaluanku ke vaginanya tapi digesek-gesekkan dahulu di permukaan vaginanya dan selanjutnya..

“Bless.. sleep!” masuklah batang kemaluanku ke vagina Naning yang sudah penuh dengan lendir kenikmatan Naning.

Naning mulai menaikkan pinggul dan menurunkannya kembali dengan pelan-pelan,
“Aah.. batang kemaluanmu mantep.. Sep.. ah.. ye.. dorong.. Sep yang dalam.. ya!” erang Naning sambil berpegangan dengan dadaku.

“Oph.. ya.. vagina kamu top.. Ning.. goyang.. te.. rus.. oh.. ye..” kata-kataku patah-patah karena kenikmatan tiada tara dari dinding vagina Naning yang meremas-remas batang kemaluanku, dan sambil meremas-remas susu Naning yang “ngeper” naik turun akibat goyangannya.
Lama kelamaan goyangan Naning semakin cepat dan binal,
“Ah.. ye.. kon.. tol.. kamu.. do.. rong.. Sep.. sstt ah.. ye.. oh.. ye..” erang Naning yang sudah tidak karuan goyangannya.

Lalu aku pun mengimbangi goyangan Naning, aku pegang pinggulnya dan aku mengocok dengan cepat vagina Naning dengan batang kemaluanku dari bawah.
“Plek.. plek.. plek.. plek..” suara benturan pantat mulus Naning dengan permukaan pinggulku.
“Oh.. ya.. goyangan.. hebat..” kataku sambil mempercepat kocokan batang kemaluanku di vagina Naning dan sepuluh menit kemudian tubuh Naning menggeliat dan mulai menegang, Naning sedang dalam ambang orgasme yang kedua.

“Ah.. Sep.. aku.. ti.. tidak.. tah.. aku.. sstt ah.. ya.. ke.. luar.. ah..” kata Naning sambil menempelkan badannya ke badanku dan dia semakin mempercepat gerakan pinggulnya untukmengocok batang kemaluanku dan aku membantunya dengan mengangkat sedikit pantatnya dan mengocok dengan kecepatan penuh.

“Ah.. aku.. tidak kuat.. lagi Sep.. aku mau.. ke.. luar.. ah.. sesstt.. ah..” dan akhirnya,
“Ser.. ser..” terasa semprotan cairan hangat di ujung batang kemaluanku yang masih di dalam vagina Naning, tubuh Naning lemas dan aku belum orgasme dan aku ingin menuntaskannya.
“Mbak aku belum keluar, tuh batang kemaluannya masih berdiri, bantuin ya.. keluarin spermanya!” aku bisikkan di telinga Naning yang masih lemas itu.

“Kamu memang kuat sekali Sep.. masak kamu belum keluar juga,” kata Naning bangkit dari lemasnya sambil mengocok pelan-pelan batang kemaluanku yang masih tegang dari tadi.
“Ya.. sedikit lagi nih.. nanggung kalau dibiarkan, entar bisa pusing,” sambil meremas-remas susu Naning.

“Ya.. udah gimana lagi nih.. vaginaku masih kuat kok menahan kocokan batang kemaluanmu yang nakal itu,” sambil melepaskan kocokan tangannya di batang kemaluanku aku menyuruh Naning untuk nungging

dan terlihatlah dengan jelas lubang dan vagina Naning yang amat basah dan merahitu. Aku mulai mencium pantat Naning yang semok itu, aku raba-raba di sekitar lubang anusnya dan aku jilati lubang anus Naning, ternyata dia mengerang keasyikan dan tanganku menggesek-gesek vagina Naning dan memasukan jari ke vaginanya.

“Aah.. stt sstt ya.. Sep.. dimasukkan saja.. a.. aku tidak.. sabar.. manna kontolmu.. ma.. sukin cepat!” Naning tidak sabar sekali dengan kocokan batang kemaluanku.

Aku mengarahkan batang kemaluanku ke vagina Naning dan aku memperlebar selangkangan Naning agar lebih leluasa untuk kocokan batang kemaluanku dan sedikit tekanan,

“Bleess.. slleep..” batang kemaluanku langsung masuk ke lubang kenikmatan Naning dengan diiringi dengan erangan Naning menerima batang kemaluanku masuk.

“Ah.. ye.. goyang.. Sep.. sstt..” Aku langsung mengocok vagina Naning dengan tempo yang sedang.
“Auggh.. hem.. ye.. te.. rus.. cepat.. ah.. hm..” Naning pun ikut menggoyangkan pantatnya maju-mundur untuk mengimbangi kocokan batang kemaluanku, lalu aku tidak sabaran dan mempercepat kocokan batang kemaluanku.

“Ya.. ya.. ya.. te.. rus.. ah.. ya.. da.. lam.. Sep.. aku.. ke.. luar..” Naning menggeliat tanda dia mau orgasme yang ketiga kalinya.

“Ta.. han.. Ning.. aku juga.. mau.. ye.. ah.. ke.. luar..” aku makin mempercepat dengan memegang pinggul Naning.

Beberapa menit, aku terasa mencapai puncak, terasa spermaku kumpul di ujung batang kemaluan dan mau aku semprotkan.

“Ya.. kit.. a.. ba.. reng.. ya.. aku.. ke.. luar.. ya..” aku tidak kuat lagi menahan desakan sperma yang sudah penuh dan..

“Sa.. tu.. Du.. a.. Ti.. g.. crot.. crott ser.. ser..”aku menyemprotkan spermaku di dalam vagina Naning sampai lima semprotan dan Naning jatuh lemas tidak berdaya di atas ranjangnya, aku sedikit mengocok batang kemaluanku dan masih keluar sperma sisa di dalamnya.

“Makasih ya.. Mbak Naning, vagina kamu cengkramannya bagus kok,” bisikku di telingnya.
“Ah.. kamu bisa saja.. batang kemaluan kamu juga kocokannya hebat.. kapan-kapan aku mau lagi,” saut Naning sambil meraba-raba dadaku.

Dan kami tidur bareng saat itu dengan tubuh yang telanjang tanpa apa-apa. Sampai beberapa jam kemudian aku terbangun dari tidurku, dan aku bangun dari tidurku dan melihat Mbak Naning tidak ada di sampingku dan aku keluar dari kamar Naning sambil membawa pakaianku dan aku masih telanjang. Ternyata Naning mandi dan aku sengaja menunggunya di ruang depan sambil mengocok-ngocok batang kemaluanku agar tegang lagi. Dan beberapa menit Naning keluar dan mendekatiku,
“Lho.. kok tidak dipake bajunya, tuh.. batang kemaluan kamu berdiri lagi,” dan Naning duduk di sebelahku dengan pakai belitan handuk saja.

“Ya.. Mbak aku mau pulang udah siang nih.. tapi Mbak..” kataku.
“Apa lagi he..” sambil mengelus-elus pipiku.

“Keluarin lagi dong, tidak usah dimasukin ya.. oral deh..” rayuku.
“Ya.. udah.. kamu tenang saja ya..”

Naning langsung jongkok di selakanganku dan melepas handuknya dan dia sekarang bugil. Langsung dia kulum dan jilati dengan buas sekali, hampir aku tidak tahan menerima perlakuan sepeti ini tapi aku berusaha menahan kocokan mulut binal Naning, dan sampailah beberapa menit aku tidak tahan lagi atas perlakuan Naning dan..
“Croot.. croot..” semburan spermaku ke wajah, susu dan rambut Naning.

“Ah.. ya.. terima kasih ya.. Mbak..” lalu aku memakai bajuku dan..
“Ya.. kembali, kalau ada waktu datang ya..” kata Naning sambil membersihkan semprotan spermaku di tubuhnya dengan handuk mandinya.

Lalu aku pamitan untuk pulang. Dan hubungan kami tetap baik, hampir tiap hari aku beli nasi kuning Mbak Naning, kalau memang di rumah sepi aku dan Mbak Naning nge-sex terus, tapi kalau ada orangtuanya mungkin hanya batang kemaluanku di kocok sama tangannya saja. Ya.. gerak cepat tapi puas. Tapi sudah beberapa bulan ini Mbak Naning tidak jualan lagi sehingga nge-sex sama Mbak Naning jadi terganggu. Aku harap ada Mbak Naning yang lain yang lebih binal. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

Cerita Sex: Kenikmatan Sensasi Selingkuh Di Belakang Suami | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015 – Cerita Sex: Kenikmatan Sensasi Selingkuh Di Belakang Suami.
“Uuuhhhhh ….” Aku hanya bisa mendesah pendek karena kesal saat suamiku sudah berejakulasi padahal penetrasinya baru berjalan kurang dari dua menit saja, sedangkan aku sendiri baru mulai menikmati persetubuhan ini.



Seharusnya aku bisa maklum karena ini adalah pengalaman pertama bagi suamiku yang baru melangsungkan pernikahan denganku. Sedangkan aku sudah lebih dari 4 tahun sudah mengenal sex dan secara rutin berhubungan badan. Sehingga dengan tanpa sadar tadi pun aku membantu suamiku memasukkan penisnya ke dalam lubang vaginaku.

Cerita Sex | Tentu saja suamiku bahkan keluargaku sendiri tak pernah tahu mengenai pengalaman sex ku selama ini karena dari penampilan dan aktivitasku sehari-hari terlihat biasa-biasa saja. Hal itu dimungkinkan karena aku hanya berhubungan badan dengan orang yang sama terus. Walaupun demikian aku sudah siapkan alasan kalau suamiku nanti mempermasalahkan tidak adanya pendarahan saat malam pertama.

Namaku Tini, aku bekerja di sebuah perusahaan pelayaran kapal barang sebagai sekretari. Usiaku waktu menikah adalah 28 tahun, tapi aku kehilangan keperawananku di usia 23 tahun saat aku berkerja sebagai sekretaris di sebuah perusahaan telekomunikasi. Di bawah ini adalah ceritaku mengenai pengalaman seksku yang pertama.

Hari ini adalah hari terakhir bossku ada di kantor cabang Bandung ini, karena mulai besok beliau akan digantikan oleh orang baru yang dipilih oleh kantor pusat. Bossku memang mendapat promosi dari kepala cabang di Bandung menjadi direktur di Jakarta. Padahal aku belum sampai dua bulan bekerja sebagai sekretaris di sini, sehingga selain harus beradaptasi dengan tempat kerja yang baru aku juga harus beradaptasi dengan boss baru. Di tempat kerjaku ini, aku adalah karyawan yang paling muda karena karyawan lainnya rata-rata 10 tahun lebih tua.

Calon boss yang baru juga sudah datang karena hari ini akan menjadi hari serah terima de facto kantor cabang Bandung dari boss lama ke boss yang baru. Ternyata boss baru ini masih muda, umurnya masih sekitar 26-27 tahun dengan badan yang tinggi besar dan cukup tampan dengan kumisnya yang tebal. Pak Yanto adalah nama boss baruku itu, beliau sudah berkeluarga dengan dua anak ; seorang putri dan seorang putra.

Pak Yanto ternyata membawa gaya kepemimpinan yang sama sekali berbeda dan membawa moderenisasi dalam bekerja. Karyawan-karyawan yang asalnya terbiasa dengan kerja individual sekarang dipaksa kerja secara kolektif dalam suatu team work. Semua karyawan tanpa kecuali harus melek teknologi dan untuk itu boss baru tidak segan-segan turun sendiri mengajari. Sebagai sekretaris akupun banyak belajar dari beliau tetang berbagai hal dan karena aku adalah karyawan yang paling sering berinteraksi dengan beliau tentunya aku punya paling banyak kesempatan untuk belajar .
Pelahan-lahan mulai muncul rasa kagumku pada pak Yanto dan mulai mengidamkan mendapatkan jodoh seperti beliau atau mendekati kemampuan beliau. Berbeda dengan karyawan pria lain yang suka memandang rendah bahkan melecehkan sesama karyawan wanita, pak Yanto sangat santun kepada wanita baik itu karyawannya maupun bukan. Hal ini membuat muncul rasa sayangku pada pak Yanto karena aku merasa bisa berlindung kepada beliau.

Kombinasi rasa hormat, kagum dan sayang membuat aku merasa selalu ingin dekat dengan beliau, sehingga saat kami sedang berdua aku kadang-kadang bersikap agak manja dan kelihatannya beliau tidak keberatan. Lambat laun aku mulai melihat bahwa pak Yanto pun mulai merasa nyaman kalau dekat dengan aku. Walaupun demikian kesempatan kami bisa berdua hanya saat berada di kantor saja sehingga semua urusan adalah berkaitan dengan pekerjaan dan pak Yanto tidak pernah mencoba mengajakku keluar berdua selain karena urusan kantor.

Hingga pada suatu waktu kantor Bandung harus bertindak sebagai tuan rumah pelatihan produk baru dari perusahaan dan pada akhir acara semua peserta ingin berwisata ke Ciater Subang. Walaupun aku bukan peserta training, tapi sebagai wakil panitia aku harus menemani mereka berwisata ke sana. Seperti yang aku khawatirkan sebelumnya, sebagai wanita satu-satunya dimana peserta lainnya adalah pria, aku menjadi bulan-bulanan yang cenderung melecehkan.

Untung saja pak Yanto segera melihatnya sehingga bisa menarikku dan mengajakku pulang lebih awal karena teman-teman kantor Bandung yang lain pun tidak bisa diandalkan untuk melindungi aku. Akhirnya aku pulang berduaan saja dengan pak Yanto dan pada kesempatan sepanjang perjalanan kembali ke Bandung kami manfaatkan untuk mengobrolkan hal-hal diluar perkerjaan bahkan ke hal-hal yang agak pribadi.

“Udah hampir sampai Bandung nih …” kata pak Yanto “Enaknya ke mana dulu ya ?”
“Lho … kenapa ga langsung pulang ? ” Kataku keheranan “Bukankah bapak biasa ada acara bersama keluarga kalau malam minggu seperti sekarang ?”
“Saya sudah tanggung nih ijin pulang malam ke istriku untuk nemenin orang-orang tadi” jelas pak Yanto
“Kalau begitu terserah bapa saja deh …” kataku dengan perasaan campur aduk antara senang bisa bersama beliau di malam minggu dengan rasa takut bepergian dengan suami orang.

“Okay … Jadi malam ini kita akan malam mingguan berdua ya ” Sahut beliau sambil tersenyum.
Malam itu kami seperti orang yang baru jadian pacaran, walaupun masih serba canggung tapi penuh dengan gairah yang menggebu. Apalagi beliau juga langsung bergerak cepat dengan tidak ragu-ragu lagi untuk memeluk dan menciumi pipiku setiap ada kesempatan.

Menjelang tengah malam pak Yanto mengantarkanku pulang dan untuk pertama kalinya aku merasakan ciuman bibir dari laki-laki di dalam mobil sesaat sebelum masuk ke rumah.

Semalaman aku hampir tidak bisa tidur karena semua kejadian beberapa jam bersama bossku itu seperti diputar berulang-ulang dikepalaku. Perasaanku sangat bahagia karena langsung dimabuk cinta walaupun itu cinta terlarang. Selama ini aku tidak pernah benar-benar pacaran dengan beberapa pria yang bergantian mencoba mendekatiku, mereka hanya aku jadikan teman dekat sampai mereka menjauh sendiri.

Sejak hari itu pak Yanto selalu mengajakku keluar setiap hari Sabtu, kebanyakan hanya dari pagi sampai sore, jarang sekali bermalam mingguan lagi. Kadang-kadang kami juga keluar malam sepulangnya dari kantor untuk nonton filem di bioskop atau makan malam bareng. Walaupun demikian aku menganggap kami sudah “jadian”, apalagi pak Yanto sudah mengajari aku berciuman bibir dengan permainan lidahnya.

Tidak sampai sebulan payudaraku sudah mulai di remas-remasnya ketika kami berciuman. Waktu pertama kali dilakukan hanya dari luar baju tapi untuk yang selanjutnya sudah merogoh langsung ke balik BHku setelah melepas kancing baju dan mengangkat cup BHku. Terus terang aku sama sekali tidak memberikan penolakan atas aksi bossku yang ini karena aku sendiri sangat menikmatinya, apalagi kalau remasannya diselingi permainan jari-jarinya pada putingku.

Tidak puas dengan meremas payudaraku, beliau juga mulai mengusap-usap vaginaku kalau aku kebetulan sedang memakai rok. Untuk aksi beliau ini aku sempat menolak karena aku masih perawan dan itu yang kusampaikan kepadanya, tapi bossku bilang bahwa dia hanya akan mengusapnya dari luar celana dalam saja tidak sampai menyentuh langsung vaginaku. Walaupun awalnya ragu-ragu tapi akhirnya aku “mengijinkannya” apalagi ternyata sentuhan beliau pada vagina membuat aku mulai mengenal apa yang namanya orgasme.

“Bapaaaa… Tini sudah ga tahaaannnn” itulah teriakan khasku pada saat mencapai orgasme yang terasa seperti sangat ingin pipis tetapi penuh kenikmatan. Kata bossku aku mempunyai libido yang tinggi karena cukup dengan ciuman panjang dengan remasan di payudara dan permainan jari diluar vagina, aku bisa mencapai orgasme berkali-kali sampai celana dalamku basah kuyup seperti ngompol tapi cairannya lebih kental dan sangat lengket.

Sebenarnya aku sangat risi karena kami selalu melakukannya di dalam mobil yang diparkir di tempat umum atau di ruangan beliau di kantor. Apalagi biasanya dalam sekejap pak Yanto bisa membuat bajuku berantakan. Tapi dengan hubungan cinta terlarang seperti kami hampir tidak mungkin melakukannya di rumah sampai akhirnya tiba hari itu …

Pada suatu hari aku beri tahu pak Yanto bahwa pada minggu ini aku hanya hanya sendirian di rumah sampai hari Minggu karena orang-orang rumah sedang mudik ke Bumi Ayu (Jawa Tengah) kampung halamanku. Jadi aku menawarkan ke beliau untuk kencan di rumahku saja sekalian menemani aku menjaga rumah. Saat itu hubungan kami sudah berjalan hampir tiga bulan dan aku sama sekali tidak memikirkan kemungkinan apa yang akan terjadi kalau hanya berduaan dengan bossku di rumah yang kosong.

Hari Sabtu pagi aku sudah tak sabar menunggu pak Yanto di rumahku, ada perasaan senang di hatiku karena akan bisa berkencan dengan beliau tanpa ada rasa khawatir seperti yang biasa kami lakukan. Rasa senang ini menimbulkan rasa kangen yang amat sangat kepada pak Yanto, padahal baru kemarin kami bercumbu di mobil saat diantarnya pulang. Akhirnya beliau datang juga dengan menenteng satu kantung kecil warna gelap (yang belakangan kuketahui berisi kondom dan pelumas). Sesuai permintaanku sebelumnya beliau memarkir mobilnya agak jauh dari rumahku supaya tetap memberi kesan rumahku kosong sehingga kencan kami tidak terganggu oleh saudara atau teman yang tiba-tiba datang berkunjung.

Setelah mengunci pagar dari arah luar dan mengunci pintu masuk, aku langsung menubruk dan memeluk pak Yanto yang saat itu sedang meletakkan kunci mobil dan tas kecilnya di atas meja makan. Beliau langsung membalasnya dengan menciumku penuh kehangatan seolah-olah juga baru bertemu kembali denganku. Dengan tanpa melepaskan pangutan dibibir, kami kemudian bergerak untuk duduk di karpet depan pesawat TV. Pak Yanto sengaja mendudukkan aku di atas bantal-bantal yang ada supaya tinggi kami menjadi seimbang.

Setelah puas melepas kangen dengan berciuman, pak Yanto kemudian melepas bajuku kemudian BHku pun dilepasnya sehingga bagian atas tubuhku kini telanjang. Aku hanya bisa tertunduk malu karena selama ini belum pernah bercumbu sampai benar-benar melepaskan baju. Setelah aku tunggu beberapa saat aku mulai merasa heran karena pak Yanto tidak juga segera beraksi setelah menelanjangi bagian atas tubuhku. Aku coba memberanikan diri mengangkat mukaku untuk melihat ke arah beliau, ternyata pak Yanto sedang mengamati dengan seksama payudaraku dengan ekspresi kagum. Bossku ini rupanya juga sudah melepas baju atasnya sehingga kami sama-sama bertelanjang dada sekarang.

“Tini, aku baru sadar ternyata besar sekali payudara kamu !” akhirnya beliau berkomentar
“Bukan sekedar besar tetapi benar-benar hampir bulat sempurna dengan letak putting di tengah-tengah”
“Ba .. bapa gak suka ?” kataku agak khawatir karena aku tahu ukuran payudara istrinya tergolong normal sedangkan semua perempuan di keluargaku payudaranya memang besar-besar, bahkan ukuran payudaraku masih tergolong kecil kalau dibandingkan mereka.

“Saya suka sekali, terutama karena bentuknya yang benar-benar membulat” Jawabnya
“Hanya saja saya kaget karena tidak menyangka sebesar ini terutama kalau dilihat dari ukuran tubuh kamu yang kecil”
“Tapi yang jelas payudara kamu sangat kenyal” lanjutnya sambil tersenyum nakal “Sehingga terlihat selalu membusung walaupun sudah tidak menggunakan BH lagi”
Sambil bicara pak Yanto mulai memegang-megang kedua payudaraku dengan kedua tangannya kemudian langsung memangut bibirku. Ciuman beliau kali ini tidak hanya ke bibir saja, tapi juga pada kupingku leherku, dadaku dan juga putting payudaraku yang berwarna coklat kehitaman. Remasan pada satu payudara bersamaan dengan isapan-isapan yang disertai gigitan kecil pada putting payudara yang lainnya membuat aku dengan cepat merasa melayang.

“Ahhhh… ahhhh…bapaaaa…aaahhh” Celotehku dengan mulut yang menganga dan mata yang susah fokus karena mendapat kenikmatan yang datang tiba-tiba.

Posisi tubuhku kemudian dirubah menjadi setengah berbaring sehingga bossku bisa lebih leluasa mencumbuku. Nafsu berahiku meningkat dengan cepat, aku mulai merasakan celana dalamku menjadi lebih lembab oleh cairan yang keluar di sana.

“Bapaaaaa …. TIni sudah ga tahaaaan ….” Teriakku seperti biasa kalau sudah mencapai orgasmeku. Saat itu aku ingin pak Yanto mengelus-elus vaginaku yang basah dari luar celana dalamku, tapi sekarang beliau tidak melakukannya mungkin kah karena aku masih pakai celana jeans ?
Tapi karena berahiku sudah sampai ke ubun-ubun maka aku tarik tangan kanan pak Yanto ke arah selangkanganku sebagai isyarat keinginanku. Beliau rupanya bisa menangkap maksudku, tapi karena terhalang oleh celana jeans maka beliau berinisiatif membuka kancing celanaku dan resletingnya dengan satu tangannya supaya bisa menjangkau celana dalamku.

Pinggang celana jeansku yang tinggi (sampai pusar) rupanya masih menyulitkan beliau sehingga membuatnya jadi tidak sabar. Beliau lalu berhenti mencumbuku dan dengan gerakan cepat beliau menarik celana jeans dan celana dalamku sekaligus sampai terlepas. Tidak berhenti di sana, pak Yanto pun kemudian melepaskan celana dan celana dalamnya sendiri dengan masih dalam posisi duduk di karpet sehingga kami berdua sekarang dalam kondisi telanjang bulat.

Tubuhku yang telanjang berada dalam posisi badan setengah terbaring di karpet bersandar pada bantal dengan kedua kaki yang mengangkang. Saat itu aku sudah tidak begitu peduli dengan keadaanku karena yang aku inginkan adalah pak Yanto segera mengelus-elus vaginaku seperti biasanya.

Tanpa menunggu lama-lama pak Yanto langsung menindih kemudian menciumi bibirku sedangkan tangan kanannya mengelus-elus vaginaku tanpa terhalang celana dalam lagi. Sentuhan langsung tangan bossku pada vagina ternyata terasa jauh lebih nikmat dari biasanya sehingga tensi berahiku mulai meninggi lagi setelah orgasme pertama tadi. Apalagi saat pak Yanto menggunakan jari-jarinya mempermainkan kelentitku sambil menggesek-gesek liang vaginaku yang sudah semakin basah.
“Hhhhmmmmpphhh …. Hmmmmmppphhhh…..” jeritanku masih tertahan oleh ciuman pak Yanto.
Beliau kemudian beralih menciumi dan menjilati kedua putting payudaraku secara bergantian membuat tubuhku bergelinjang dengan hebat karena diserang rasa geli yang menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. Jari-jarinya yang ada di vagina juga terus beraksi dengar berputar-putar di sekitar liangnya sehingga vaginaku terasa mulai merekah dan semakin basah.
“Ahhhh….bapa …ahhhh …. Ahhhhh … enaakkk … ahhh “ Aku hanya bisa menjerit-jerit sebagai ekspresi kenikmatan.

Pak Yanto adalah laki-laki pertama yang aku anggap sebagai pacar dan juga yang pertama menyentuh tubuhku. Cara beliau memperlakukanku membuat aku tidak bisa menolak permintaannya, bahkan membuatku selalu ketagihan dan merindukan beliau melakukannya lagi, lagi dan lagi. Walaupun selama tiga bulan perpacaran keperawananku masih belum terusik, tapi kali ini jadi lain ceritanya …

“Ga tahan pa … Tini sudah ga tahan Bapa …. ooohhhhh” Teriakku saat merasakan orgasme lagi.
Setelah mengejang beberapa kali karena kenikmatan luar biasa yang kurasakan, tubuhku menjadi lemah lunglai. Aku mengangkat kedua tanganku ke arah beliau sebagai tanda ingin dipeluk, tapi pak Yanto malah bangun dan berlutut diantara kedua kakiku sambil menarik kakiku sedikit untuk membuat posisiku badanku berbaring secara sempurna. Kedua kakiku dipentangkannya lebar-lebar dan tanpa ragu-ragu beliau langsung memangut vaginaku dengan bibir dan lidahnya sehingga sekarang kepala bossku itu ada diselangkanganku.

“Bapa apa yang ….Uuuuhhhhhh …..akkkkhhhhhhhh…..shhhhhhhh” aku sempat kaget dan ingin bertanya apa yang dilakukannya itu tapi sebelum kalimatku lengkap aku sudah disergap lagi rasa nikmat dari permainan lidah dan bibir beliau di vaginaku.

Bibirnya mulai menciumi kelentitku sedangkan lidahnya menari-nari menjelajahi sisi dalam vaginaku yang sudah mulai merekah. Kadang-kadang ujung lidahnya terasa bergerak keluar masuk kedalam liang vaginaku yang walaupun tidak masuk terlalu dalam tapi mendatangkan sensasi yang luar biasa. Aku mulai menggerak-gerakkan pinggul dan pantatku mengikuti tarian lidahnya sedangkan kedua tanganku meremas-remas rambut bossku dengan gemas.

Pak Yanto seperti tidak memperdulikan cairan vaginaku yang semakin membanjir dan bibir vaginaku semakin membengkak . Beliau bahkan mulai menggigiti kelentitku dan diselingi sapuan lidahnya yang kasar mengelilingi kulit kelentik yang sensitif membuat tubuhku mulai bergetar dengan hebat menahan rasa nikmat yang dahsyat.

“Akkkkkhhhhhhhhhhh……ga tahan… bapa …Tini ga tahan lagi …….akkkkkkhhhhh” Aku mengerang dengan badan hampir melenting karena nikmatnya.

Pada saat nafasku masih memburu dan tersengal-sengal karena dihantam kenikmatan, aku lihat pak Yanto kembali pada posisi berlutut dan masih berada diantara kedua kakiku. Kemudian beliau maju lebih mendekat ke selangkanganku sambil tangan kanannya seperti menggenggam sesuatu yang kemudian diarahkannya pada vaginaku.

Aku belum pernah melihat kemaluan atau penis orang dewasa, aku hanya pernah melihat penis anak kecil keponakanku saat aku diminta memandikan mereka. Walaupun bentuk dan ukurannya jauh berbeda, tapi aku yakin “benda” yang dipegang beliau itu adalah penisnya sendiri. Pengetahuan seksku memang sangat minim kalau tidak bisa dibilang nol, tapi naluriku mengatakan bahwa pak Yanto sekarang sedang berniat menyetubuhi aku.

Seketika timbul rasa takutku dan juga rasa menyesal karena telah mengundang pak Yanto ke rumahku yang sedang kosong supaya kami bisa bercumbu lebih bebas. Tapi badanku sudah sangat lemas karena tiga kali orgasme dan rasa takut membuatku malah semakin lemas saja sehingga akhirnya hanya bisa merasa pasrah kepada keadaan ini. Aku hanya mencoba memejamkan mata supaya pikiranku tidak merekam memori visual dari peristiwa yang mungkin kuanggap akan kusesali seumur hidup.

Kurasakan pak Yanto sudah berada di atas tubuhku dengan bertopang pada tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya membawa kepala penisnya bergesekan dengan kelentitku. Rasa nikmat yang ditimbulkannya sedikit banyak mulai mengurangi rasa gelisah akibat ketakutanku tadi. Pak Yanto juga kadang-kadang membawa penisnya ke muka liang vaginaku dan melakukan gerakan berputar seolah-olah ingin membesarkan ukuran liangnya yang setahuku sangat sempit.

“Shhhhhhh…shhhhh…shhh…” Tanpa bisa kucegah mulutku mengeluarkan suara desisan nikmat yang seirama dengan gerakan tangan kanan beliau.

Tiba-tiba aku merasakan kepala penis pak Yanto tidak lagi berputar-putar dimulut liang vaginaku, tetapi aku merasakan penis pak Yanto tersebut mulai terasa dijejalkan masuk ke dalam liang vaginaku. Daging penis beliau yang padat terasa menyakitkan saat memasuki liang vaginaku yang sudah merekah basah dan licin.

“Aduuuuuhh….sakiiit …aduuuhhh…bapa…sakit sekali …aduuhhhh” Aku hanya bisa mengaduh pelan-pelan sambil mengangkat kedua tanganku untuk berpegangan pada pinggiran bantal yang menyangga kepalaku sehingga bisa meremas-remasnya saat merasa sakit.
BLESSSSS …. Seluruh batang penisnya akhirnya masuk dengan sempurna dengan tidak terlalu sulit karena sudah “siap” akibat cumbuan-cumbuan luar biasa yang dilakukan tadi.
“Sakit ya sayang ?” Tanya bossku sambil memperbaiki posisi badannya tanpa merubah posisi penisnya dalam liang vaginaku.

Aku hanya mengangguk perlahan dan tanpa terasa ada butir-butir air mata muncul di ujung mataku yang terpejam. Pak Yanto dengan lembut mencium air mata pada ujung mataku dan mengelus-elus rambutku yang panjang dan tebal.

“Uuuuhhhhhh ….” Aku kembali mengeluh pelan saat pak Yanto mulai melakukan gerakan maju mundur pada penisnya dengan perlahan.

Beliau lalu memelukku dengan erat sehingga kedua tanganku pun sekarang dalam posisi melingkari punggungnya. Rasa sakit itu lama-lama makin berkurang dan berganti menjadi rasa nikmat jauh melebihi yang pernah kurasakan sebelumnya.

“ Aarkkkhhh … arkkhhhhh ….arkkkhhh….” aku mengeluarkan erangan yang terdengar aneh saat pak Yanto mulai mempercepat gerakannya sambil tetap dalam posisi memelukku.
“Bapaaaa … aduuuhhh…. bapaaa …Tini udah gak tahaaaannn” Hanya dalam beberapa menit saja aku sudah meneriakan kata-kata orgasmeku yang khas. Pak Yanto membalasnya dengan gerakan yang makin cepat dan diakhiri dengan hujaman yang dalam dan dilanjutkan dengan gerakan penis berputar-putar seolah-olah mau membuka lobang rahimku. Aku sampai mengejang-ngejang kenikmatan sambil mengangkat-angkat pantatku untuk mengimbangi gerakannya, sedangkan kedua tanganku sekarang beralih meremas-remas pantatnya beliau.

“Ooohhhhhhhhh…….” Akhirnya aku kembali tergolek lemas karena kenikmatan, pak Yanto pun menghentikan gerakannya setelah melihat reaksiku.

Aku buka mataku dan memberikan senyumanku yang paling manis kepada bossku yang telah memberikan kenikmatan yang luar biasa dan secara ajaib menghapus sama sekali rasa menyesal yang sebelumnya kurasakan. Lalu kami berciuman cukup lama sambil saling membelai muka dan rambut masing-masing.

Setelah puas berciuman pak Yanto kemudian melepas pelukannya dan duduk tegak tanpa melepaskan penisnya dari vaginaku.

“Tini, coba kamu lihat darah perawan kamu” Ajak pak Yanto
Aku coba mengangkat badanku sedikit dengan ditopang kedua tanganku sambil melihat ke arah selangkanganku. Penis pak Yanto hanya terlihat pangkalnya saja karena sisanya masih berada di dalam liang vaginaku. Selain penuh dengan urat-urat yang menonjol, pada penisnya juga terlihat sedikit cairan berwarna merah pada beberapa bagiannya. Noda merah yang sama aku lihat juga pada bulu kemaluanku, perutku, paha sebelah dalam dan perutnya pak Yanto.

Rupanya itulah yang disebut darah perawan atau darah malam pertama oleh orang-orang selama ini. Sebagai perempuan suku Jawa, warna kulitku lebih gelap dari wanita suku Sunda, demikian juga dengan kulit kemaluanku yang berwarna merah gelap sampai kebagian dalamnya sehingga bercak-dercak darah itu tidak terlalu terlihat kalau tidak diperhatikan dengan seksama.

Belum sempat aku membuka mulut untuk memberikan komentar, beliau sudah mulai mengerakkan lagi penisnya maju mundur yang membuatku terpaksa berbaring kembali. Kedua kakiku satu persatu beliau naikkan ke atas bahunya sehingga badanku menjadi hampir terlipat dalam tindihan pak Yanto. Dalam posisi seperti itu pak Yanto memompa penisnya makin lama makin cepat sehingga membuat tubuhku terguncang-guncang.

“Oooowww ….ahhhh…aawww” aku menjerit kenikmatan “Bapaaa..aa..aa..aa … nii… iii..kk…mmmaa…aaa..aatttt…sssee …eee…kkkaa…aaa…llliiiii…” suaraku jadi terputus putus karena kerasnya goncangan badanku.

CROK … CROK …CROK …CROK … aku mulai mendengar bunyi seperti air becek yang ditepuk-tepuk dengan keras. Belakangan aku ketahui itu adalah bunyi dari cairan yang telah membanjiri vaginaku dipompa dengan keras oleh penisnya pak Yanto sampai berbuih-buih.

Badan kami kurasakan mulai berkeringat sehingga terlihat mengkilat, setetes dua tetes keringat pak Yanto mulai jatuh ke tubuhku. Tak berapa lama kemudian keringat pak Yanto semakin membanjir dan mengalir deras ke perutku bercampur dengan keringatku sendiri .

CROK…CROK …CROK… CROK …CROK… bunyi itu semakin keras
Rasanya aku hampir tak sadarkan diri karena gelombang demi gelombang nikmat yang makin lama makin besar seolah-olah tidak aka nada batasnya. Tapi tiba-tiba aku merasakan tubuh pak Yanto mulai bergetar, pompaan penisnya makin tidak teratur iramanya.

“TINNNIIII …. Saya mau keluarrrrr …” teriak pak Yanto yang saat itu aku tidak tahu artinya.
Kurasakan pak Yanto menekan kuat-kuat penisnya di dalam vaginaku, tak berapa lama kemudian penisnya terasa berdenyut denyut dengan kuat lalu seperti memuntahkan sesuatu yang hangat berkali kali di dalam tubuhku. Denyutan pada penis beliau yang disertai semburan cairan hangat tersebut melipatgandakan kenikmatan yang tengah kurasakan.

“Bapppaaaaa … Oohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh ……” akupun menyusul mengeluarkan lenguhan kenikmatan yang panjang sampai semburan dari penis pak Yanto berhenti.

Tubuh pak Yanto lalu ambruk kelelahan menimpa tubuhku setelah sebelumnya menurunkan kedua kakiku dari bahunya. Untuk beberapa saat pak Yanto tidak bereaksi sama sekali, sehingga aku coba peluk beliau erat-erat sambil mengelus-elus kepalanya dengan penuh kasih sayang. Beberapa saat kemudian beliau mulai bergerak bangun dan langsung mencium bibirku.

“Tini, kamu bisa merasakan kenikmatannya sayang ?” Tanya beliau dengan setengah berbisik ditelingaku.

AKu hanya mengangguk pelan sambil tersenyum kepada beliau.

“Sekarang bapa sudah mencicipi milik Tini yang paling berharga dan hanya ada satu-satunya” Kataku secara spontan yang dijawab dengan senyuman dan ciuman dari pak Yanto.

“Tapi sebagai gantinya tadi Tini sudah merasakan kenikmatan yang luar biasa” lanjutku “Jadi Tini sebenarnya tidak tahu apakah harus meyesal atau berterima kasih”
Sekali lagi beliau menjawabnya dengan tersenyum sambil memandangku dengan mesra sehingga aku menjadi jengah sendiri hingga tertunduk malu. Kembali aku dihujani dengan kecupan-kecupan kecil dan ciuman-ciuman pendek yang sangat berarti bagiku.

“Aaaaahhhhhhhhhhhhhhh….” Jeritku tertahan ketika tiba-tiba pak Yanto menarik penisnya keluar.
Pak Yanto kemudian berdiri dan berjalan ke halaman belakang untuk mengambil selembar handuk yang sedang dijemur di sana, kemudian dengan halus beliau menyeka keringatku dan keringatnya sendiri dan terakhir menyeka vaginaku dan penisnya.

Hari itu kami bertelanjang bulat seharian selama di dalam rumah, baik itu waktu memasak di dapur, makan siang , nonton TV ataupun saat sekedar mengobrol berdua. Kondisi kami yang bertelanjang bulat membuat kami selalu mudah terangsang lagi untuk bersetubuh, sehingga antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya kami selingi dengan bersetubuh.

Dalam persetubuhan-persetubuhan lanjutannya itu, beliau selalu menggunakan kondom yang dibawanya. Waktu itu aku dengan polosnya memprotes penggunaan kondom karena mengurangi kenikmatan bersetubuh padahal waktu persetubuhan yang pertama beliau tidak menggunakan kondom tersebut. Sambil nyengir beliau menjelaskan bahwa yang pertamapun seharusnya beliau memakai kondom, tapi beliau khawatir aku keburu sadar dan menolak meneruskan saat beliau sedang memasang kondomnya.

Menjelang malam pak Yanto akhirnya pamit pulang setelah total empat kali menyetubuhiku sepanjang hari tadi.

Hubungan kami selanjutnya semakin “panas” karena untuk dua tahun pertama aku benar-benar ketagihan untuk bersetubuh dan untuk itu aku bersedia disetubuhi dimanapun dan dalam segala kondisi, tentu saja hanya dengan pak Yanto saja. Seringkali aku di kantor minta di setubuhi sambil berdiri atau dalam posisi menungging di meja dengan berpakaian lengkap. Kalau aku sedang menemani pak Yanto ke luar kantor atau saat diantar pulang sorenya, kadang aku suka merengek minta mampir ke hotel melati atau motel untuk memuaskan berahiku. Tidak terhitung pula persetubuhan yang kami lakukan di dalam mobil yang biasanya kami parkir areal parkir umum yang luas tapi gelap.

Pak Yanto tidak pernah menolak permintaanku, tapi beliau mewajibkan aku untuk selalu membawa kondom di dalam tasku karena beliau tidak bisa membawa persediaan kondom yang memadai tanpa ketahuan istrinya.

Tapi nafsu berahiku yang terlalu tinggi ini akhirnya membawa akibat fatal ketika aku memaksa untuk tetap disetubuhi pada saat persediaan kondom telah habis. Saat itu aku meminta bersetubuh dengan posisiku di atas dan pada saat pak Yanto akan ejakulasi aku tidak mengindahkan isyarat pak Yanto untuk mencabut vaginaku dari penisnya karena aku belum mencapai orgasmeku yang ketiga sehingga akhirnya sperma beliau tumpah di dalam tubuhku.

Akibatnya dua bulan kemudian aku dipastikan hamil !
Rasa bersalah membuatku tidak berani langsung membicarakannya kepada pak Yanto sehingga janinku semakin membesar. Pak Yanto akhirnya mengetahui juga setelah beliau merasa heran karena aku bersedia disetubuhi pada tanggal-tanggal biasanya aku mendapat haid dan juga merasakan payudaraku semakin membesar.

Karena kandunganku yang mulai besar, pak Yanto membawaku ke dokter kandungan untuk digugurkan dengan cara yang aman. Dokter tersebut mau melakukan tindakan aborsi karena aku diakui sebagai istri muda beliau yang tidak diijinkan punya anak oleh istri tuanya. Sangat ironis memang …

Kehamilan yang tidak dikehendaki dan aborsi yang aku lakukan membuat Pak Yanto memintaku untuk memasang IUD sehingga kami berdua tidak lagi perlu khawatir akan kebobolan. Sehingga kini aktivitas seks kami berdua terasa makin intensif dan tanpa disadari mulai terlalu demonstratif yang membuat orang-orang kantor mulai bertanya-tanya adanya hubungan istimewa diantara kami.

Akhirnya untuk mencegah kecurigaan orang-orang kantor yang sering melihatku keluar dengan nafas memburu dan lipstik memudar dari ruangan bossnya hampir dua kali sehari, pak Yanto merekomendasikan aku ke perusahaan lain yang dikelola pelanggan perusahaan kami. Kemudian aku dikontrakkan kamar kos yang memungkinkan beliau datang kapan saja. Hampir setiap sore sepulang dari kantor beliau datang menyetubuhiku sebelum pulang ke rumahnya dan kadang-kadang pagi-pagi juga datang mengantarku ke kantor setelah bersetubuh dulu tentunya.

Setelah hampir empat tahun berhubungan dengan pak Yanto tanpa status yang jelas, akhirnya aku menerima lamaran dari teman SMAku yang inginmengajakku menikah tanpa melewati pacaran. Mulanya pak Yanto keberatan dengan keputusanku, tapi akhirnya beliau mau menerimanya setelah aku berjanji mau tetap melayaninya kalau diminta. Hal itu memang bisa aku buktikan, bahkan saat aku sedang hamil anak pertamaku, aku tetap bersedia bersetubuh dengan beliau.

Aku memang tidak pernah bisa melupakan mantan bossku ini, bukan karena beliau orang yang telah merengut keperawananku, tapi karena aku memang mencintainya. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

Cerita Sex: Bakti Pada Atasan | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015 – Cerita Sex: Bakti Pada Atasan.



Hampir setiap bulan sekali aku harus meninggalkan suamiku dan anaku untuk mendampingi atasanku ke luar kota. Namaku Yuli, aku seorang sekretaris atau bisa juga dibilang asisten seorang atasan di sebuah perusahaan swasta. Aku selalu menggunakan hijab satiap aku pergi ke kantor. Walaupun pakaianku tertutup tapi tidak menghalangi setiap laki-laki menatap tajam kearah ku.

Mungkin karena aku mempunyai tubuh yang cukup sintal dengan payudara yang menantang. Meskipun demikian, aku selalu menjaga kepercayaan suamiku dan tidak pernah menodai perkawinan suci kami. Tugasku dikantor cukup repot. Ya namanya juga asisten seorang bos. Aku harus mempersiapkan segala kebutuhan untuk setiap pertemuan bosku dengan kliennya. Seperti waktu itu, aku harus meninggalkan suami dan anakku ke luar kota karena ada pertemuan besar antar perusahaan se-Indonesia.
“Mas, besok aku keluar kota dengan Pak Budi”
“Iya Mah” jawab suamiku singkat. Memang suamiku menaruh kepercayaan kepadaku setiap kali aku akan pergi dengan bosku. Karena itulah aku tidak pernah mencoba untuk bermain “api” dengan laki-laki lain.
Sekitar pukul 06.00 kami bangun. Aku mengerjakan aktifitasku sebagai seorang istri. Seperti membangunkan anaku, menyiapkan sarapan, mengurus keperluan sekolah anakku dan mengurus keperluan suamiku sebelum ia pergi ke kantor. Pagi itu aku mandi duluan karena takut telat untuk bertemu dengan Pak Budi atasanku di susul dengan suamiku.

“Kenapa mas? Kok liatin nenen Mamah? Mas pengen?” kataku ketika merapikan dasinya.
“Ah engga Mah, kok tumben mamah pakaiannya begitu?” Tanya suamiku heran.
Memang waktu itu aku hanya memakai tengtop warna abu dan belum memakai blazer dan kerudung. Jadi suamiku nampak heran dengan setelanku. Payudaraku seperti menantang setiap orang yang memandang.

“Mas ini, nanti kan aku pakai blazer dan kerudung, masa iya aku ke kantor dengan pakaian begini” jawabku sambil tersenyum.

Suamiku hanya tersenyum sambil mencium keningku. Kemudian aku mengecek kembali berkas-berkas yang harus dibawa ke pertemuan tersebut.

Tepat pukul 06.45 kami sekeluarga berangkat. Kami mengantar anak kami terleboh dahulu ke sekolahnya. Setelah anak kami sampe disekolah, suamiku mengantarku ke kantor.
“Mamah bawa baju banyak??” Tanya suamiku.

“Ya lumayan lah Mas, cukup untuk 3 hari” jawabku.

15 Menit kemudian kami sampai dikantorku. “Hati-hati ya Mah. Ingat Mas dan anakmu dirumah”, “iya Mas, jaga anak kita baik-baik”. Dia pun mencium keningku dan aku mencium tangannya. Lalu aku masuk ke kantorku dan langsung menemui Pak Budi di ruangannya.

“Tok…tok…tok….Maaf Pak saya telat”
“Tidak kok Yul, 5 menit lagi kita berangkat ya. Mana suamimu, saya pengen ngobrol dulu dengan dia ” jawabnya.

“Suami saya langsung berangkat ke kantornya Pak”. Memang Pak Budi ini orangnya baik dan selalu ramah kepada setiap bawahannya.

Dengan suamiku pun dia nampak akrab. Oh ya atasanku ini mempunyai wajah seperti orang China walaupun sebenarnya dia muslim. Bertubuh agak gemuk dan tingginya seperti suamiku. Dia juga botak ditengah rambutnya seperti seorang Profesor.

Kami berdua pun berangkat ke Kota tempat pertemuan tersebut. Diperjalanan kami beristirahat terlebih dahulu karena kami ingin buang air.

“Kita berhenti dulu ya Yul, saya kebelet. Tuh kebetulan ada pom bensin” pintanya.
“Iya Pak saya juga ingin beristirahat dulu”.

Kami pun berhenti di Pom tersebut. Ketika dia pergi ke WC akupun mengikutinya karena saya pun ingin membenarkan pakaian dan kerudung. Ketika dia keluar dari Wc, dia memandangiku yang sedang berkaca. Kulihat dia melihat kea rah dadaku.

“Sudah buang airnya Pak?” tanyaku mengagetkannya.

“Iya sudah Yul”. Kami berdua melanjutkan perjalanan. Tepat satu jam kemudian kami tiba di hoteltempat pertemuan tersebut.

Kami disambut oleh seorang pegawai hotel dan memonya kami menunjukan surat undangan. Setelah saya memperlihatkan surat tersebut, kami mendapatkan dua kunci kamar yang berada di lantai 2. Kami pun naik lift dan bergegas ke kamar masing-masing.

Ketika sampai dikamar, aku langsung membuka kerudungku dan menelepon suamuku kalau aku sudah sampai ke lokasi pertemuan. Kubuka blazerku dan langsung rebahan di atas tempat tidur. Ahh cape juga perjalanan tadi, batinku. Ketika aku sedang rebahan diatas tempat tidur, ada yang mengetuk pintuku.

“Tok tok tok, Yul..”. Oh ternyata Pak Budi. Langsung aku bangun dari tempat tidurku dan memakai blazerku kembali. “

Ada apa ya Pak?” tanyaku. Ketika aku tanya atasanku ini, dia hanya bengong melihatku. Apa yang salah denganku. Tiba-tiba DEG aku ingat, KERUDUNGKU, ya aku tidak menggunakan kerudung pada saat itu. Dan itulah pertama kalinya ada laki-laki lain yang melihat rambut sepunggungku yang terurai.

“Pak” kataku mengalihkan kekagetanku.

“Eh ini Yul em aku ingin liat berkas buat pertemuan besok” katanya gugup.
“Oh iya Pak sebentar, saya ambilkan dulu berkasnya”. Aku pun masuk ke kamar dan mencari berkas serta memakai kerudungku kembali.

Sore harinya aku di telepon oleh atasanku melalui telepon kamar. Dia memberitahuku supaya aku mempersiapkan diri karena akan bertemu dengan seorang Direktur salah satu perusahaan. Aku mandi terlebih dahulu dan setelah itu mempersiapkan berkas-berkas yang akan dibawa. Pak Budi menelepon kembali dan dia menungguku di lobi dekat resepsionis. Waktu itu aku memakai kemeja dan memakai rok warna merah. Aku lalu menuju ke tempat tersebut. Ketika sampai di bawah, kulihat beliau menatapku sambil tersenyum.

“Mana Yul berkasnya, biar saya periksa dulu” kata beliau.

“Ini Pak, semua yang diperlukan ada disitu” jawabku.

Ketika beliau sedang memeriksa berkas tersebut, orang yang kami tunggu pun datang. Dan akhirnya kami sepakat akan bekerjasama antar perusahaan. Pak Budi memuji berkas yang aku kerjakan. Ini menjadi nilai plus dimata atasanku ini.

Setelah pertemuan itu aku pergi pamit ke kamar terlebih dahulu karena badanku merasa capek sekali. Dikamar aku menelepon suamiku dan ngobrol dengan anak ku. Hingga akhirnya aku ketiduran.

Sekitar pukul 10 malam aku terbangun dan entah kenapa aku merasa takut sendirian dikamar. Aku putuskan untuk pergi ke kamar pak Budi walaupun hatiku sebenarnya malu dan takut akan terjadi sesuatu antara aku dan Pak Budi. Tapi pada akhirnya aku pergi ke kamar Pak Budi.

“Pak Pak Budi” ketuk ku keras. Lalu Pak Budi membukakan pintunya untukku.

“Loh Yuli, ada apa Yul?” tanyanya sambil mengucek mata.

“Pak maaf, saya takut sendirian tidur di kamar, boleh tidak saya tidur dengan Bapak untuk malam ini?”

“Ya tentu boleh, silahkan masuk Yul silahkan” jawabnya sambil mempersilahkan aku masuk.
“Kamu takut apa Yul? Kan kamu sudah sering tidur sendirian di kamar hotel?” tanyanya bingung.
“Iya Pak, saya juga tidak tahu. Saya merasakan ada yang aneh di kamar saya, saya takut”
“Ah kamu ini ada-ada saja” jawabnya sambil tersenyum.

“Baiklah kalau begitu saya tidur di kamar mu saja ya, kita gantian kamar, saya gak enak kalau harus sekamar dengan perempuan lain” katanya.

“Gak papa Pak, kita sekamar saja, saya takut kalau harus tidur sendirian” jawabku.
Sebenarnya aku pun risih harus tidur dan sekamar dengan lelaki lain, tapi apa boleh buat rasa takut ini mengalahkan segalanya. Beliau pun berbaring disusul aku kemudian. Jantungku berdebar kencang, aku khawatir terjadi apa-apa dengan kami berdua, ya namanya juga tidur seranjang. Tapi malam itu tidak terjadi apa-apa, kami hanya tidur saja.

Pagi harinya aku bangun dan kulihat Pak Budi sudah tidak ada dikasur. Rupanya dia sedang mandi karena kudengar germecik air di kamar mandi. Ketika aku sedang mengumpulkan nyawaku yang baru bangun, tiba-tiba Pak Budi keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan celana dalam.
“Eh maaf Yul, saya kira kamu belum bangun” sambil berlalu kembali ke kamar mandi.
Aku hanya tertegun melihat kejadian tersebut. Naluriku sebagai wanita muncul, aku pun agak terangsang melihat hal tersebut.

“Pak saya ke kamar dulu ya”,
” iya Yul, saya minta maaf atas kejadian barusan”,
” tidak apa-apa Pak” jawabku.

Akupun pergi ke kamar dan langsung mandi.

Acara pun dimulai, waktu itu kami sibuk dengan pertemuan terserbut. Seharian kami harus membahas soal kerja sama dengan berbagai perusahaan di seluruh Indonesia. Aku selalu mengikuti Pak Budi kemanapun dia pergi karena posisiku sebagai asistennya. Akhirnya acara hari pertama pun selesai. Kami balik lagi ke kamar masing-masing. Aku lantas langsung membuka semua pakaianku dan berbaring di tempat tidur. Setelah itu saya pergi mandi. Ketika saya mandi saya teringat kejadian pagi tadi di kamar pak Budi. Tak terasa vaginaku basah. Tapi aku tepis lamunanku itu karena teringat suami dan anakku dirumah. Selepas mandi Pak Budi mengajakku untuk makan malam bersama tamu yang lain.

“Yul, kamu sudah siap” tanyanya diluar kamarku.

“Sudah Pak, sebentar” jawabku
Aku pun keluar dan masuk ke lift bersama Pak Budi. Ketika dalam lift, Pak Budi memuji kecantikanku.

“Kamu cantik sekali Yul, meskipun memakai kerudung” pujinya.

“Yah Bapak, baru tau ya saya cantik” kataku sambil tersenyum.

“Ah kamu bisa aja Yul” jawabnya.

Kami pun sampai di tempat makan malam. Tak ada yang makanan special di tempat tersebut. Semua tamu saling berbincang dibarengi dengan tertawa tak terkecuali Pak Budi.

Pukul 20.30 para tamu tak terkecuali saya dan Pak Budi balik ke kamar masing-masing. Ketika kami berdua jalan ke kamar masing-masing, Pak Budi menawarkanku untuk tidur dengannya lagi.
“Yul, kalau kamu takut tidur sendirian lagi, kamu boleh tidur di kamar saya lagi, jangan sungkan ya” tawarnya.

“Iya Pak terimakasih. Nanti kalau saya takut, saya ke kamar Bapak” jawabku.

Aku pun masuk ke kamar dan mencoba untuk mengusir rasa takutku karena aku tidak mau kalau aku harus tidur di kamar atasanku lagi. Ketika aku mulai memberanikan diri untuk tidur dikamarku sendirian, entah kenapa rasanya aku lebih nyaman kalau tidur di kamar Pak Budi. Akhirnya aku putuskan untuk tidur di kamar pak Budi.

“Pak Budi Pak…..”
“Oh Yuli, kamu mau tidur di kamar saya lagi” tanyanya.

“Maafkan saya kalau saya merepotkan Bapak, tapi saya masih takut untuk tidur sendirian dikamar Pak, boleh tidak kalau saya tidur lagi di kamar Bapak?” pintaku.

“Silahkan Yul, jangan sungkan,anggap saja ini rasa terimakasih saya karena pekerjaanmu yang memuaskan” pujinya.

“Iya Pak terimakasih” . Aku merasa tersanjung atas kebaikan atasanku yang baik ini.
Aku pun masuk ke kamarnya dan duduk disamping tempat tidurnya. Ketika itu beliau pun masuk dan duduk di samping berdekatan dengan tubuhku.

“Gimana suami kamu Yul, sudah kamu hubungi” tanyanya mengawali pembicaraan.
“Sudah Pak, tadi pun saya sempat ngobrol dengan anak saya” jawabku.

Ketika kami ngobrol kulihat Pak Budi melirik terus ke arah dadaku. Aku sempat risih, tapi entah kenapa aku ingin sekali memanjakannya karena dia telah baik kepadaku.

“Bapak liatin payudara saya terus, kenapa Pak?
“Oh tidak Yul maafkan saya, saya telah lancang” jawabnya gugup.
“Bapak mau lihat payudara saya?” tanyaku.

“Hah apa Yul, ya kalau kamu izinkan saya ingin liat” jawabnya sambil tertegun.
Lalu saya berdiri dan membuka kancing baju tidur saya.

“Silahkan Pak, ini sebagai bentuk terimakasih saya terhadap kebaikan Bapak”
“Oh terimakasih Yul, payudaramu begitu indah, bolehkah saya melihatmu tanpa kerudung?”
Saya tidak menjawab dan membuka kerudung saya, lalu saya simpan di atas tempat tidur.

“Silahkan Pak”
“Kamu begitu cantik Yul, payudaramu indah, bolehkah saya memegang payudaramu?” pintanya.

Aku sempat kaget mendengar permintaannya, tapi kalau hanya sekedar memegang aku tidak
keberatan. Aku mengangguk tanda setuju. Lalu dia memegang payudaraku yang masih tertutup oleh BH berwarna hitam.

“Shhhh…pelan pelan Pak”
“Maaf Yul, kamu kesakitan ya, kencang sekali payudaramu, bisakah kamu membuka BH ini Yul?” pintanya lagi.

Entah kenapa aku menurut saja dan membuka semua baju dan juga BH ku. Kali ini aku sudah telanjang dada. Ketika aku sudah telanjang dada, Pak Budi memperhatikan payudaraku tanpa kedip, kemudian aku kaget karena dia menjilat putingku.

“Apa apa an Pak? Kan kata saya bapak hanya boleh pegang, bukan menjilat” hardikku
“Maafkan saya Yul, saya terbawa suasana” maafnya.

“Ya tidak apa-apa Pak, silahkan saja kalau Bapak mau nyedot putting payudara saya”
Dengan rakusnya dia menyedot dan menjilati semua bagian payudaraku. Akupun terbawa suasana dan vaginaku mulai basah.

“Sssshh aahh Pak pelan pelan” desahku
“MhhhMmmhhhhh MMhhhHhhhmmm” hanya itu jawabannya.
Kemudian dia melepaskan sedotannya di payudaraku. Aku sempat kecewa karena aku mulai terangsang.

“Kenapa Pak” tanyaku
“Yul, bolehkah saya melihat tubuh kamu seutuhnya?” pintanya.

Apa? Batinku. Tapi aku lihat wajah atasanku ini yang memelas. Dan akhirnya aku mengangguk tanpa sepatah katapun. Kemudian dia melorotkan celanaku dan aku bantu dia dengan mengangkat pantatku. Terpampanglah tubuhku yang hanya menggunakan celana dalam warna cream. Dia melotot melihat tubuhku.

“Tidak sekalian celana dalamnya Pak?”
“Bolehkah Yul?” tanyanya.

“Silahkan Pak” jawabku.

Dia membuka celana dalamku dan melemparkannya ke lantai kamar. Sebelum dia menggarap tubuhku aku mengatakan sesuatu.

“Pak silahkan nikmati tubuh saya, anggap ini bakti saya kepada Bapak karena Bapak telah baik terhadap saya” kataku.

“Terimakasih Yul, kamu memang asisten yang baik, saya janji ini pertama dan terakhirnya saya menikmati tubuh kamu” jawabnya.

Dia lalu mencium bibirku dengan ganas. Awalnya aku agak menolak karena teringan suamiku yang ada di rumah, tapi lama-lama aku menikmati cumbuannya dan membalas ciumannya. Tangannya tidak lepas dari payudaraku yang menjulang menantang.

“Sshhhh aaaaahhhhhhh Pak oucchhhhhhhh” rintihku.

Ciumannya turun ke leherku dan terus turun ke dadaku. Aku menggelinjang seperti ikan di daratan.
“Ahhhhhh aahhhhh terus pak enak ahhhh” hanya itu yang bisa aku katakan.

Jilatannya turun kea rah selangkanganku tapi dia tidak menjilat memek ku. Dia membuat aku kesetanan dengan jilatannya yang tidak juga menjilat memek ku.

“Ahhh Pak jilat memek ku pa kayo jilat Pak” pintaku.

Aku sudah tidak ingat lagi kalau yang sedang menggauliku adalah bukan suamiku melainkan atasanku. Dia menjilat memeku. “ Ah iya Pak begitu teruuusss Pak jilat memekku” kataku. Croottt Croot Crottt air maniku keluar. Aku mendapatkan orgasme pertamaku. Air maniku meleleh sampai ke atas sprei. Ketika aku sedang menikmati orgasmeku, kulihat dia sedang membuka pakaiannnya. Kulihat kontolnya yang ukurannya cukup besar tapi lebuh pendek dari kontol suamiku.
“Sini yul, jilatin kontolku” pintanya.

Akupun menurut dan menjilat kontolnya. “Uhhh aaahhh yah erus Yul, kamu pinter sekali Yul…”. Cukup lama aku menjilat kontolnya, kemudian dia merenggangkan kakiku. Aku tau inilah akhirnya baktiku kepada atasanku akan kulakukan.

“Ayo Pak, masukan kontol Bapak kesini” kataku sambil ku usap memek ku.

“Iya sayang, akan ku nikmati tubuhmu sekarang juga”
Dia mengarahkan kontolnya dan BLLLEEEEESSSSSSSSS “AAAAAAGHHHHHH ENAK PAK” kataku.

Dia menggenjot tubuhku sambil meremas-remas susuku.

“Ahhhh terus pak ewe aku,nikmatin tubuhku ahhhhhh” kataku.

10 Menit dengan gaya konvesional, dia ingin aku yang di atas. Dia tidur terlentang dan aku kangkangi dia. Sebelum memeku ku arahkan ke kontolnya, aku terlebih dahulu mengangkangi mulutnya. Dia mengerti maksudku. Dengan rakusnya dia menjilati memek ku yang sudah sangat banjir.

“Ohhhh aaahhhhh enaaak pak terus jilat” desahku.

Setelah puas menjilati memek ku dia ingin segera memasukan kontolnya ke memeku. CLLLEEEEBBB kontolnya masuk kedalam memekku.

“Uh ah sssttt enak sekali memek kamu Yul” desahnya. Tak lama kemudian, kurasakan memeku berdenyut-denyut tandanya aku akan orgasme.

“Oh pak aku akan keluar Pak terus genjottt ooohhh” kataku
“Aku juga sama Yul, ayo kita keluar sama-sama aaahhhh aaahhh”
Crooottt Crrrootttt CRrrooottt semua maninya ku rasakan menmbus ke rahimku. Kami berdua kelelahan dan mabruk ke kasur.

“Terimakasih ya Yul, tubuh kamu enak sekali” pujinya. “Sama-sama Pak. Anggaplah ini baktiku kepada bapak sebagai atasanku yang baik” jawabku.

Kami pun tidur tanpa memakai apapun. Ketika pagi hari kurasakan memek ku basah sekali, ternyata Pak Budi sedang menjilati memek ku “aahhhh aahhhh” desahku. Kontan saja aku jadi terangsang. Kami pun ngewe sekali lagi sebelum kami pulang dari hotel tersebut. Sungguh ini pengalaman yang sangat luar biasa, bisa berbakti kepada atasanku. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

Jumat, 30 Oktober 2015

Cerita Sex: Cewek Jilbab SMA | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015 – Cerita Sex: Cewek Jilbab SMA – Perkenalkan aku Ruden (Nama Samaran) Sebut saja begitu. Aku saat ini berumur 19 tahun. Kejadian ini terjadi sekitar aku berumur 17 tahun. Asnah saat itu baru berumur 16 tahun. Asnah sekolah di salah satu sekolah Muhammadiyah di Jogja dan dia adalah salah satu bintang kelas. Meski menggunakan jilbab yang panjang, kecantikannya menggoda sekali sehingga banyak laki-laki yang tertarik. Bisa dibilang Asnah adalah PRIMADONA-nya sekolah itu.



Cerita Sex | Meski dia aktif di ROHIS, Asnah orangnya tergolong ramah, walaupun kepada laki-laki sekalipun.

Akhirnya aku berkenalan dengan Asnah walau aku malu-malu setengah mati, takut ditolak eh gak tahunya aku berhasil berkenalan dengannya!
“Hai… boleh kenalan ga Asnah?”, sapaku dengan sedikit percaya diri.
“Sapa yahh?”, jawab Asnah.
“Saya Ruden? Boleh kenalan ga, kamu siapa?”
“Boleh kok emank siapa yang ngelarang… Aku Asnah.”
Akhirnya kami ngobrol panjang dan aku sedikit berani menanyakan nomor teleponnya.
Malam harinya aku mencoba menelepon Asnah dan pada saat itu Asnah mengangkat teleponku.
“Halo ini Asnah ya”, sapaku.

“Iya..ni sapa ya”, Asnah menjawab.
“Ini aku Ruden yang tadi siang berkenalan dengan kamu Asnah”, kataku.
“Oh… iya?? ada apa den?”
“Engga aku cuma pingin ngobrol aja Asnah… Ganggu ga?”
“Engga ganggu kok den… biasa aja sama Asnah yah.”
Aku mulai membuka topik pembicaraan meskipun sedikit canggung dan tidak tahu apa yang ingin aku bicarakan. Lalu aku mulai memberanikan diri dengan menanyakan tentang kehidupan dia.Sampai pembicaraan kami…

“Asnah besok aku pingin ketemuan sama kamu bisa ga?”, pintaku.
“Boleh kok Den… mau ketemuan dimana?”
“Di Taman Masjid UGM aja, Asnah mau??”, tanyaku.
“Boleh jam 3 sore yah pas Asnah pulang sekolah”, jawabnya.
“Ok… selamat malam Asnah, assalamu’alaikum”, jawabku sebelum menutup pembicaraan.
Besoknya jam 3 sesuai kesepakatan kami bertemu di Taman Masjid UGM… Kami lantas ngobrol panjang lebar sampai jam 5 sore sambil makan-makan di sebuah Kafe di Tamansiswa.
Sungguh beruntung aku, Asnah ternyata menyukaiku.

Hal itu kelihatan sekali dari responnya terhadap percakapan yang kami buat.
Tak terasa pada saat mau mengantarkan Asnah pulang hujan turun deras sehingga aku menetap di mobilku.

Aku bertanya pada Asnah,
“Mau es krim ga say?”, aku memanggil dia dengan sapaan “say”, eh ternyata dia juga balik meresponseku dengan perkataan
“mau donk say”. Cuaca saat itu mendukung sekali… cuaca hujan gerimis dan pada saat itu kami berdua di mobil.

Aku membelokkan mobilku ke parkiran mobil. Asnah bertanya,
“Ngapain kita ke parkiran say?”
“Gak apa-apa kok say… aku cape aja”, aku mulai memandangi buah dada Asnah yang tertutup jilbab. Ingin sekali aku menjilati puting susunya itu…
Asnah melihatku dan ia berkata
“Ikhhh.. Ruden nakal liat-lihat perabotan Asnah… bayar tauuuu!? Masa liat gratis, ga bayar”, ucapnya manja.

Aku hanya bisa tertawa dalam hati, akhwat ini ternyata nakal juga.

Aku mulai memberanikan diri untuk mencium mulutnya walaupun Asnah menolak tapi aku terus memaksa dan pada akhirnya dia tidak bisa mencegah aku untuk menciumnya. Aku melumat bibirnya dengan sangat lembut dan tak disangka Asnah membalas ciumanku dengan ganasnya.

Asnah bertanya kepadaku, “Ruden udah pernah ML belum?”

“Belum”, jawabku.

“Asnah juga masih perawan Den… Asnah ga tau bagaimana caranya ML.”

Serasa sudah mendapatkan lampu hijau dari Asnah, aku mulai memberanikan diri tuk membuka pakaiannya. Asnah malah memberikan posisi tuk memudahkan aku membuka pakaiannya. Aku membuka kancing kemeja Asnah, branya yang warna hitam itu menonjol lantas kusingkap… WOW dada Asnah yang berukuran 34A langsung aku kulum dan Asnah berteriak kecil,
“Aaachh… geli Den! Jangan cuma satu doank donk say… sebelahnya juga donk say”, aku mulai menjilati puting susu bagian sebelahnya.

Asnah yang merasa bergairah mulai membuka pakaian dan celanaku. Aku pun juga membuka celananya dan telanjang bulat di dalam mobil, adapun Asnah tetap menggunakan jilbab. Pada saat itu tempt parkir sedang mendukung: tidak ada satu orang pun yang melihat kami.
“Kulum kontolku donk say”, pintaku.

“Asnah ga pernah ngelakuin ini satu kali pun Den”, jawabnya.
“Aku juga blm pernah melakukannya Say… jadi kita sama kan”, kataku.
“Iya saya coba deh”, jawabnya.

Asnah mulai mengemut kontolku dan dia merasa enjoy mengemut kontolku yang berukuran 15cm. Aku juga mengelus bibir vaginanya dengan tanganku. Dia mengerang, “emh..ehm..ehm..”, tanda dia mulai bereaksi pada sentuhan tanganku…

Aku yang tidak tahan dengan vaginanya. Aku mulai membaringkannya dan langsung menjilati vaginanya.

“Ouchh… nikmat bangat say,terusssss….achh..achh “, Asnah mendesah dan aku terus menjilati klitorisnya dan pada akhirnya dia mendesah tidak karuan.
“Aahhhh… achhhhhh Den akuuu keluarrrr…achhh?!”, keluarlah cairan putih dengan baunya yang khas.

Asnah tak mau kalah. Dia ingin mengulum kontolku. Kami melakukan gaya 69 di jok mobil belakang. Asnah mengemut kontolku dengan ganasnya. Dikocok-kocok dan diemut dengan ganas. Maklum baru pertama kali kami melakukannya. Lalu aku yang sudah tidak tahan… aku mulai menyuruhnya merebahkan diri dan mengangkat pahanya sehingga tampaklah memeknya yang merah dan menggoda itu.

“Aku masukin ya say?”, tanyaku.

“Iya say tapi pelan-pelan yah… Asnah masih perawan.”
Aku mulai memasukan kontolku ke liang vaginanya pelan-pelan. Sulit sekali memasukan kontolku ke liang vaginanya saking rapatnya. Asnah berteriak,
“Ahhh… sakiiittt Den!”.

Aku yang tidak peduli karena sudah terlanjur nafsu memulai melakukan gerakan maju-mundur dengan pelan-pelan. Asnah yang membalasnya dengan menjambak rambutku. Aku terus melakukan genjotan terhadap memeknya yang sangat nikmat itu…
“Ahhhh… sakittt Den”, aku mulai mempercepatkan gerakan maju-mundur.
Asnah berteriak, “Ahhhhhhhh”, aku mengeluarkan kontolku dari memeknya dan langsung keluarlah darah segar membanjiri jok mobil belakangku.
“Saay lanjut ga? Nih… aku belum apa-apa tau”, tanyaku…
“Iya say lanjut aja… Asnah siap kok”, jawab Asnah.
Lampu hijau nih… aku mulai memasukan kontolku ke memek Asnah lagi… Asnah sangat menikmati tusukan kontolku ke liang vaginannya.

“Say…liss..ya kee…luarrr”, dan pada saat itu cairan putih itu keluar.

Ternyata dia orgasme. Cairan putih itu membanjiri kontolku yang nikmat dijepit oleh dinding dinding memek Asnah. Kontolku masih berada di dalam memek Asnah.

“Kamu belum keluar Say?”, tanya Asnah.

“Belum Say”, jawabku.

Aku meneruskan tusukan ke memek Asnah dan Asnah terus mengerang… suara teriakannya membuat aku tambah bernafsu.

“Aachh… achhh….achhhhh.achhhhhh..de…niiii km heee..batt sayyy…”, dan tiba2 Asnah mengeluarkan lagi cairan putih.

Dia orgasme untuk yang kedua kalinya.

“Kamu belum keluar-keluar juga Say. Cepat keluarin donk Say, udah malam”, pintanya.
“Ok say”, jawabku.

Aku mulai mempercepat gerakanku. Menggenjot memek Asnah dengan sangat cepat.

“Acchh… achhh… achhhh… achhh”, Asnah mendesah menikmati setiap tusukan kontolku yang belaum pernah dia rasakan sebelumnya. Aku yang hampir orgasme semakin mempercepat gerakan kontolku keluar masuk memek Asnah.

“Sayyy… aku mau keluar nihhhhh”, ucapku.

“Keluarin di luar ya say jangan didalem”, pinta Asnah.

Aku akhirnya orgasme dan mengeluarkan spermaku ke dada Asnah yang lumayan besar itu.

“Ccroott… crootttt…”, aku menumpahkan ke dadanya dan sebagian ke mukanya.

“Thanks ya Say… kejadian ini ga bakalan aku lupain”, kata Asnah.

“Sama-sama say… aku juga ga akan melupakan kejadian ini.”

Akhirnya kami selesai ML dan kami memakai pakaian kami kembali. Dan saatnya mengantarkan Asnah pulang kami sempat berciuman pada saat aku mengantar dia sampai depan rumahnya.

Aku dan Asnah tidak akan melupakan kejadian dimana aku melepas keperjakaanku dan dia memberikan keperawanannya. Kami tidak berhenti sampai disitu saja. Kami melakukannya lagi di rumahnya pada saat rumahnya sepi. Setidaknya aku dan Asnah setiap akhir weekend diisi dengan ML.

Meskipun aku tidak ada hubungan apapun dengan Asnah… meskipun aku sekarang sudah menetap di Malang dan aku sudah mendapatkan beberapa pelajaran dari cewek cewek yang ada disini tapi Asnah telah memberikan pelajaran yang sgt berarti kepadaku.
Good-bye Jogja… I’m coming MALANG! Thank you Asnah. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

Cerita Sex: Laras Gadis Alim Berjilbab | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015 – Cerita Sex: Laras Gadis Alim Berjilbab – Laras adalah seorang perempuan diantara Anto dan Markus, dua orang laki2 yang mengapitnya. Seorang gadis alim aktifis BEM dikampusnya, berparas cantik, kulit putih dan tubuh montok yang selalu tertutup oleh jilbab lebar dan pakaian muslimah yang longgar dan santun. Matanya yang indah dah lentik nampak sayu, tak kuasa menahan gejolak rasa yang sedang ia rasakan, dari sentuhan-sentuhan dua orang laki-laki yang mengapitnya. Gadis alim itu tak kuasa melawan gejolak yang diakibatkan sentuhan-sentuhan dua orang laki-laki dikiri dan kanannya. Bibirnya yang tipis sedikit terbuka, mendesahkan rintihan-rintihan birahi, dan sedikit kata2 penolakan yang tak berarti. Sang dara berjilbab itu sudah hanyut dalam permainan dua laki2 kotor yang berbafsu padanya.



Cerita Sex | Malam itu, Laras sang gadis alim yang santun berjilbab itu sebenarnya mendapat undangan rapat mendadak persiapan mahasiswa baru di kampusnya, namun saat ia sampai di kAntor BEM, ternyata disana hanya ada Anto, sang ketua BEM, dan Markus, si pejantan kampus dari Irian, yang tahun ini bertugas menjadi ketua keamanan kampus.

“lainnya mana pak Anto? Mas kholid? Mbak Sari? Mbak Yulia?” tanya Laras pada Anto.
“Mereka ijin nggak bisa datang. Ada acara.” Kata Anto. Laras hanya mengangguk-ngangguk percaya.

Cerita Dewasa | Bagaimana tidak, Anto, ketua BEM itu sudah sangat lama menjadi seorang yang Laras idamkan. Ketampanan dan kedewasaan Anto yang membuat Laras menaruh hati padanya. Anto bukannya tidak tahu hal itu, tapi tanpa sepengetahuan Laras, Anto sesungguhnya adalah seorang playboy yang sangat handal. Sudah banyak wanita baik yang menjadi korban sang ketua BEM itu, dari yang anak gaul sampai anak rohis jang berjilbab besar di kampus nya. Dan target Anto selanjutnya adalah Laras. undangan rapat itu juga sebenarnya hanya akal-akalan Anto dan Markus, karena yang diundang sebenarnya hanya Laras.

Rapat yang terjadi ternyata menyita waktu 3 jam, sampai sekitar pukul 10 malam. Diluar gedung, butir-butir besar air hujan mengucur deras membasahi bumi. Setelah rapat selesai, belum ada tanda-tanda hujan akan reda. Laras hendak nekat pulang dibawah guyuran hujan deras, namun dengan lembut Anto menahannya dan memintanya untuk menunggu barang sebentar lagi. Gadis alim berjilbab itu termakan rayuan Anto, dan menyetujuinya.

Beberapa saat kemudian, 2 insan itu sudah terlibat percakapan yang hangat. Mereka tidak mengetahui Markus yang keluar. Saat2 berlalu, percakapan kedua insan berlainan jenis itu semakin menuju kearah BEMbicaraan pribadi, dan Laras, sang gadis alim yang lugu semakin larut kedalam rayuan hebat Anto, ketua BEM yang playboy itu. Pipi mulus Laras sedikit2 terlihat merona merah karena rayuan Markus. Bibir indahnyapun sedikit2 tersenyum simpul, tertipu malu. Perlahan tangan Anto mendekat ke Laras, dan dengan lembut meraih tangan Laras. Laras sedikit terkejut, namun gadis alim itu tidak menarik tangannya. Ia hanya tersipu malu.

“aku mau jujur sama dik Laras… aku sayang sama dik Laras…” kata Anto.

Tangannya menggenggam erat dan meremas2 tangan Laras. Laras terdiam. Wajahnya merah padam karena malu. Tapi saat itu Markus datang. Laras salah tingkah dan hendak melepaskan genggaman tangannya dari tangan Anto, namun Anto melarangnya. Senyum menenangkan dari Anto membuat gadis lugu yang alim itu tenang. Markus mendekati mereka beredua dan memberikan dua gelas susu panas.

“untuk teman dingin2.” Kata Markus.

Segera Anto menerima gelas berisi susu yang diberikan Marku padanya,s ementara Laras menerima yang satu lagi. Setelah senyum2 sedikit dengan Anto, Markus segera menjauh dari Laras dan Anto, duduk disudut ruangan, dan membuka laptopnya. Laras dan Anto meneruskan perbincangan mesra mereka. Posisi duduk mereka semakin dekat satu sama lain, didepan komputer milik BEM.
Tak lama, Laras merasakan tubuhnya agak panas, dan kepalanya terasa ringan. Gadis lugu itu tak tahu apa yang terjadi, namun yang pasti, ia merasakan didalam tubuhnys eolah ada sedikit gejolak2 yang aneh dan belum pernah ia rasakan, namun ia coba menafikkannya, karena ia mengira rasa itu hanya dari dalam dirinya saja. Ternyata, tanpa sepengetahuan Laras, Markus telah memberi obat perangsang pada minuman susu yang Laras minum. Obat itu tidak terlalu keras, namun sang peminumnya pasti tak bisa menolak gairah2 seks yang terjadi.

Tanpa terasa, posisi duduk Laras sudah sangat dekat dengan Anto, dan tanpa Laras sadari, tangan Anto sudah merentang dan merangkul Laras lembut. Gadis alim itu tak mampu menolak, karena gairah yang ia rasakan terus meninggi, dan ditambah perasaan cintanya pada Anto.
“aku ingin cium kamu…” bisik Anto lembut.

Wajah Laras terlihat kembali memerah. Laras hanya bisa menggeleng pelan. Untuk mengatakan “tidak”, ia tak mampu, karena perasaannya pada Anto menginginkannya. Walaupun Laras menggeleng namun Anto tetap mendekatkan bibirnya ke pipi Laras. Laras berusaha mengelak dengan halus, namun Anto tetap terus maju, sampai akhirnya bersentuhanlah bibir Anto dan pipi mulus Laras. Laras hanya bisa mendesah lirih. Setelah berhasil mencium untuk pertama kalinya, ciuman kedua tidak mengalami halangan yang berarti.

 Bahkan di ciuman ketiga, Laras memejamkan matanya. Gadis berjilbab lebar itu tak mampu menahan gejolak birahinya yang semakin meninggi.
Dan jadilah, seorang gadis alim yang memakai jilbab lebar, sedah merintih dan mendesah dirangsang oleh sang ketua BEM. Sementara Anto terus menciumi Laras yang masih terus mendesah, Markus mendekat dan mengambil posisi disisi Laras yang lain. Anto, yang merangkul dan menciumi pipi gadis alim itu, kini mulai mengulurkan tangan yang satu lagi untuk mengusap2 paha Laras yang masih tertutup rok panjang. Terdengar desahan Laras semakin kencang saat tangan kiri Anto naik sampai atas, ke pangkal paha Laras, sang gadis berjilbab yang sedang birahi.

Tangan Anto tak sampai ditiu. Ia menaikkan tangannya keatas, mengusap2 daerah dada Laras. Gadis alim itu merasakan ngilu dan nikmat di puting Laras , dan membuat Laras merintih semakin kencang. Kemudian,

“Antooo… janganmmhh…,” Laras merintih semakin kencang.
“enak ya ras? Mau yang lebih enak lagi?” perlahan Markus menarik Laras dan perlahan Anto melepaskan gadis alim yang cantik itu.

Markus memeluk Laras , tangannya Laras rasakan menyentuh dada Laras dan mengusap-usapnya lalu meremas-remas buah dada gadis berjilbab itu dari luar baju longgar dan jilbabnya.
Sesaat Laras terdiam menahan nafas dan agak terkaget dengan sentuhan Markus. Gadis alim itu merasakan putingnya mengeras dan menegang membuat aliran darah Laras terangsang keseluruh tubuh. Rasanya ngilu dan nikmat membuat seluruh tubuh gadis alim yang cantik itu merinding dan lemas. Perlahan mengalir ketonjolan didekat saluran kencingnya. Kemudian Laras rasakan bibir memek dan anus Laras berdenyut-denyut. Gadis alim yang berjilbab besar itu sedang terangsang hebat. Untung Markus tak menyentuh selangkangan Laras.

“jangan too… kuusss…!” ucap Laras sambil kedua tangan Laras dengan lemah berusaha melepaskan kedua tangan Markus dari dada Laras.

Walaupun sebenarnya gadis alim itu mulai menikmatinya, namun harga dirinya mengatakan tidak. Tiba2 gadis alim itu merasakan sebuah bibir mencium kupingnya dari luar jilbab merah yang ia kenakan. Mata Laras melirik ke arah wajah tersebut dan terlihat sekilas wajah Anto. Sesaat Laras terdiam kembali. Nikmat di dalam darah gadis alim itu mengalir kembali. Bibir Anto kemudian melumat daun telinga sang gadis alim yang sedang dilanda gejolak birahi itu dari luar jilbab merahnya. Laras rasakan nikmat dan lembut mulut Anto dan membuat Laras tidak dapat mengelak dan menolak.

“Ehhhmmmhhh….” hanya itu yang bisa Laras desahkan. Dagu Laras terangkat tinggi. Gadis berjilbab lebar itu merasakan putingnya mengeras dan menegang menjadi sensitif. Laras rasakan ngilu dan nikmat di putingnya.

Tampaknya Markus tak mau kalah. Segera tangannya kembali meremas-remas dada Laras. Perlahan mulut Markus mendekat dan melumat bibir gadis alim itu. Lidahnya menjilati semua yang ada di mulut Laras. Laras hanya bisa terdiam tak bergerak, Laras rasakan pikiran Laras melayang jauh. Birahi gadis alim itu mengalir di dalam darahnya. Tubuh Laras semakin sensitif dan haus akan sentuhan. Terlintas di pikiran Laras berharap mendapatkan yang lebih lagi. Gadis alim berjilbab itu merasakan buaian tangan Anto di pahanya sehingga membuat daerah sensitif di selangkangan Laras semakin menjadi.

Laras rasakan rok Laras perlahan diangkat Anto. Tangan Anto dengan lembut mengelus-elus paha putih montok gadis alim berjilbab itu dari daerah paha luar, dalam dan sampai di belahan selangkangan Laras. Tubuh Laras bergetar hebat, dan menggelinjang. Tak beberapa lama, diiringi rangsangan2 Anto dan Markus, Tubuh Laras menghentak2 hebat selama beberapa detik dan langsung lunglai. Desahan panjang keluar dari mulut Laras. Gadis alim yang berjlbab dan selalu santun itu mendapat orgasmenya yang pertama kali dalam hidupnya. Kedua pemerkosanya tersenyum karena melihat sang korban sudah jatuh ketangan mereka.

Beberapa saat kemudia Anto menghentikan kegiatannya dan berdiri, begitu juga Markus.
“jangan disini to, ntar ada yang liat. Kita bawa ke tangga yang pernah kita pake buat ngerjain Silvi aja.” Kata Markus.

Ternyata, Markus dan Anto juga pernah melakukan hal yang sedang mereka lakukan pada Laras pada Silvi, seorang gadis lugu yang juga berjilbab besar teman Laras. Segera mereka berdua menuntun Laras yang sudah lunglai tak berdaya keluar dari ruang BEM, menuju tangga. Tangga itu sudah tak pernah dipakai, karena penerangan yang minim juga lantai dan temboknya yang rusak. Biasanya para mahasiswa memakai tangga besar di sayap utara gedung atau lift yang ada ditengah gedung. Tangga ini tak pernah dipakai disiang hari, apalagi di malam hari. Mereka bertiga segera menuruni tangga dan berhenti diantara lantai tiga dan dua, dimana ada bagian datar yang besar.

Selesai turun tangga ternyata Markus langsung memeluk Laras. Kedua tangannya menggerayangi buah dada Laras. Gadis alim itu merasakan putingnya menegang ngilu yang nikmat. Birahi mengalir dalam darahnya membuat ia semakin terangsang. Kemudian mereka bertiga duduk dilantai, dengan Anto dikiri dan Markus dikanan Laras. Dan tak lama kemudian tubuh Laras kali ini dirangkul oleh Anto. Tangannya mengelus dan meraba paha Laras , kemudian perlahan menyusup di rok gadis berjilbab itu.

Tak lama kemudian celana dalam gadis alim itu yang membentuk belahan kemaluannya terlihat jelas, telah basah oleh cairan orgasmenya. Tangan Anto bergerak dari bagian paha luar, dalam, dan selangkangan Laras. Terasa bibir memek gadis berjilbab itu berdenyut dan sensitif. Rintihan gadis itu kembali terdengar. Jelas sekali sang gadis alim yang cantik itu sedang terangsang.
“Laras… Paha kamu mulus… putih… Kulit kamu lembut…,” sahut Anto dengan kedua tangan yang menikmati tubuh Laras.

Sesaat kemudian gadis alim itu merasakan tangan Markus mendekap salah satu buah dadanya yang sedang terangsang. Sesaat nafasnya tertahan. Ia merasakan nikmat di dadanya. Puting Laras sedang dialiri darah birahi. Perlahan dagu Laras terangkat tinggi. Nafas gadis alim itu memburu.

Tampaknya Markus dan Anto tahu bila gadis cantik berjilbab besar itu sudah terangsang hebat. Tanpa basa basi lagi mereka melakukan permainan selanjutnya. Perlahan tangan Markus yang mendekap dada Laras turun dan menyusup kedalam kemeja longgar yang dikenakan Laras. Gadis berjilbab yang cantik itu merasakan tangan Markus menyentuh Kulit perutnya yang mulus dan menyusup sampai mendekap dada montok mulusnya yang tertutup BH dan kemudian meremas-remasnya. Dagu Laras terangkat tinggi. Matanya yang sayu menatap bohlam 5 watt yang membuat tempat itu etrlihat temaram.

Kemudian bibir Markus Laras rasakan mengecup dan mencuimi leher Laras yang masih tertutup jilbab. Mata Laras terpejam. Gadis alim berjilbab besar itu menggigit lembut bibir bawahnya, berusaha menahan gejolak nikmat birahi yang seharusnya terlarang baginya.
“Oouuuhhhh..” dengan pelan desahan itu keluar dari mulut Laras.

Semakin gadis berjilbab itu keluarkan suara dari mulut maka semakin mereka menjadi. Laras rasakan tali BH- Laras terlepas dan BH-nya mengendor. Entah siapa yang melakukannya. Gadis berjilbab itu merasakan tangan Markus mendekap dadanya secara langsung. “mmhhhh…,” Laras rasakan. Dada Laras diremas-remas lagi dan kemudian kedua puting Laras dimainkan oleh Markus. Nikmat yang membuat gadis berjilbab itu terasa melayang2 diudara.

Perlahan kemeja Laras dibuka dan kemudian BHnya. Udara pun menyentuh puting Laras langsung dan merangsang tubuh Laras. Celana dalam Laras dibuka Anto. Kaos dan BH-Laras dilepas Markus. Rok Laras tidak ketinggalan. Baju muslim yang menyelimuti tubuh putih montok sang dara alim berjilbab itu berserakan disekeliling mereka.

Akhirnya tiada sehelai kainpun di tubuh gadis berjilbab itu, kecuali jilbab besar yang ujung2nya disampirkan ke pundak Laras, kaos kaki putih selutut dan sepatu yang masih terpakai. Ternyata jilbab dang sepatu serta kaos kaki itu memberi sensasi tersendiri pada gairah seks Markus dan Anto. Laras, gadis alim itu kini hanya bisa mendesah2 pasrah menerima rangsangan dari kedua pemerkosanya, seorang preman kampus dari daerah timur Indonesia dan seorang yang disukainya.

Perlahan tangan Anto membuat kaki Laras mengangkang lebar. Rasanya buaian angin merangsang paha dalam dan daerah kemaluan gadis berjilbab itu. Tiba2 gadis alim itu merasakan bibir Anto menyentuh dan mengecup bibir memeknya. Dagu Laras terus terangkat tinggi dan dada Laras reflek membusung seakan menyodorkan diri. Mata gadis berjilbab itu terpejam erat. Gadis alim itu merasakan seperti ada setrum yang mengalir dari bibir memek ke seluruh tubuh.

“Oouuhhhh…” dengan panjang Laras ucapkan. Laras rasakan tangan Markus meremas dada Laras dan memainkan puting Laras.

Ah, 2 titik sensitif Laras terangsang. Dengan reflek dada montok gadis berjilbab itu membusung sesampai-sampainya. Tampaknya Markus tidak diam melihat Laras begini. Segera ia menghisap salah satu puting Laras. Sekarang ketiga titik sensitif Laras terangsang. Gadis berjilbab itu merasakan jari-jari Anto perlahan masuk ke liang memeknya. Lalu keluar lagi dan akhirnya keluar masuk dengan cepat dan serakah. Awalnya Laras memekik karena merasakan sakit yang sangat, namun sejenak kemudian Laras rasakan kenikmatan yang sangat, yang membuat birahi Laras melayang dan terangsang membuat Laras pasrah dan menikmati cara mereka yang sedang menikmati tubuh putih mulusnya.

Gadis alim itu mearasakan kemaluannya basah kuyub. Terlihat banyak cairan cinta keluar dari memek sang gadis alim itu, bersama darah keperawanannya. Anusnya juga terkena air yang mengalir. Tampaknya Anto mengetahui hal ini. Perlahan salah satu jarinya masuk ke anus gadis berjilbab itu. Semakin lama anus gadis berjilbab itu licin dan jari Anto dapat keluar masuk mudah. Akhirnya jari-jari Anto keluar masuk dikedua liang tubuh Laras. Jilbab yang masih ia kenakan basah kuyub oleh keringat.

Bibir Anto menikmati daerah pinggang dan perut Laras. Seperti listrik mengalir dalam darah gadis alim itu dan juga daerah daerah tubuhnya yang mereka sentuh. Tak beberapa lama gadis alim itu kembali meraih orgasmenya yang kedua, lalu ketiga. Tubuh montoknya yang putih terlonjak2 menahan birahi yang meledak2 dalam tubuhnya. Mulutnya memekik-mekik keras dan erotis. Sang gadis alim berjilbab, dara di kampus itu telah dikuasai oleh seks dan birahi.

Akhirnya Laras terbaring lemas saat ia lihat Anto melepaskan celananya. Laras lihat kontolnya terhunus dan ia tujukan ke liang memek Laras. Gadis alim itu merasakan sentuhan milik Anto di bibir memeknya. Perlahan-lahan masuk. Dagu dan dada gadis berjilbab besar itu terangkat tinggi, merasakan benda hangat, besar dan keras itu masuk menyeruak memenuhi liang memeknya.
“Auuughhh!!!!” Laras memekik keras sambil akhirnya milik Anto menancap dalam di liang memek Laras.

Kemudian ia keluar-masukkan. Gadis berjilbab itu merasakan gesekan milik Anto keluar masuk. Nikmat rasanya sampai-sampai anus gadis alim itu berdenyut-denyut. Mata Laras setengah terpejam dan kadang-kadang tubuh Laras ikut bergoyang karena tak tahan merasakan nikmat. Mulutnya mendesah dan merintih penuh kenikmatan. Gadis berjilbab itu sudah terbuai sepenuhnya oleh kenikmatan terlarang. Sekilas terlihat Markus melepaskan celananya. Gadis berjilbab itu melihat milik Markus yang lalu oleh Markus langsung ditempelkan ke mulut Laras. Perlahan kontolnya dimasukkan ke dalam mulut Laras, dan langsung disodok2kan keluar masuk. Saking bersemangatnya Markus, sampai sering gadis berjilbab itu tersedak2 oleh kontol Markus yang hitam dan besar.

Beberapa saat kemudian Anto memutar posisi Laras jadi mengungging. Dengan begini Markus dapat dengan mudah memperkosa mulut gadis alim itu dengan kontolnya hitam besarnya yang terhunus. Perlahan Laras rasakan kenikmatan yang berbeda. Milik Anto perlahan ia cabut dari liang memek gadis alim itu dan kemudian Anto hunuskan ke anusnya yang terasa berdenyut-denyut nikmat. Perlahan ia masukkan ke anus Laras yang sudah terangsang, basah dan longgar karena jemarinya. Tidak bisa masuks ecara cepat karena besarnya kontol Anto dan sempitnya anus Laras, namun akhirnya tertancap dalam juga dan segera Anto mengeluar masukkan dengan pelan. Laras memekik2mekik antara sakit dan nikmat.

Karena sudah licin maka ia keluar-masukkan dengan cepat dan akhirnya menyembur cairan di liang anus Laras, berbarengan dengan gadis berjilbab itu mencapai orgasmenya yang ketiga, juga dengan melonjak2. Lantai dibawah mereka semakin becek oleh permainan mereka bertiga.
“Ouuhh…” Laras ucapkan sambil menikmati semburan yang Anto keluarkan.
Setelah itu Anto mendiamkan kontolnya diam tertancap. Sesaat kemudian ia mainkan lagi. Anus Laras sangat licin karena cairannya. Kadang ia keluarkan dulu dan kemudian dia tancapkan lagi. Tampaknya ia sengaja. Karena pada setiap tancapan, gadis berjilbab itu mendesah karena merasakan nikmat.

Beberapa saat kemudian Laras rasakan banyak cairan yang menyembur dari milik Markusmemenuhi mulutnya. Markus segera mencengkeram kepala Laras yag masih terbalut jilbab sembari membentak sang gadis berjilbab itu untuk menelan semua spermanya. Laras dengan susah paya menelan cairan sperma itu, namun karena saking banyaknya, cairan sperma Markus meluber sampai keluar dan membasahi dagu sampai ke jilbab Laras, bahkan menetes ke lantai. Setelah habis, Markus melepaskan kontolnya dari mulut Laras, dan gadis berjilbab itu langsung terbatuk dan muntah2. Markus dan Anto tertawa melihatnya. Anto kemudian menarik pundak Laras. Sehingga ia dapat memeluk Laras dari belakang. Tangannya meraba-raba dada Laras.

Gadis berjilbab itu merasakan Anto berdiri dan Laras tergantung di kontolnya yang menancap. Dari depan Laras lihat Markus ikut berdiri dan menghampiri Laras lagilalu langsung menancapkan kontolnya ke liang memek Laras. Gadis berjilbab itu merasakan kenikmatan tiada tara, merasakan kedua liangnya mereka penuhi dengan kontol besar hitam mereka. Dan akhirnya setelah genjotan demi genjotan, mereka sama-sama sampai puncak dan puas. Laras terbarih lemas dilantai, saat kedua pemerkosanya membenahi pakaian mereka.

Tak lama mereka segera membawa Laras naik kembali ke lantai tiga, lalu membawanya ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang basah kuyup oleh cairan cinta. Didalam kamar mandi kembali Laras digilir oleh mereka. Diantara genjotan2 yang gadis alim itu rasakan, ia tahu itu bukanlah terakhir ia diperkosa oleh kedua laki2 itu, namun ia sudah tak bisa berbuat apa2, dan hanya bisa pasrah, bahkan terhanyut dalam kenikmatan terlarang itu. Kembali cairan orgasmenya menyemprot-nyemprot keluar ketikagadis alim yang cantik dan berjilbab lebar itu orgasme untuk yang kesekian kalinya.

Suatu hari setelah terjadinya perkosaan itu, Laras masih terus teringat. Bukan takut yang ia rasakan, namun rasa ingin mengulanginya lagi, walaupun tak pernah ia mengungkapkannya. Ia tahu, itu akan membuat harga dirinya hancur. Namun saat ia mengingat kontol2 besar Markus dan Anto dan menusuk2 dua lubangnya, seringkali memeknya terasa basah. Gadis alim yang lugu itu ternyata sudah mulai kecanduan kontol.

Disebuah sore, saat Laras baru berjalan pulang keluar dari kampus islam tempatnya kuliah, tiba2 dari belakang sebuah mobil escudo memepoetnya. Ada satu orang yang keluar darinya, dan ternyata itu Markus! Langsung bayangan perkosaan yang pernah terjadi teringat dibenak Laras. Kenikmatan kontol besar Markus yang menyodok2 memek dan lubang anusnya juga ikut terbayang.
“hai, mbak Laras… ikut camping yuk!” kata Markus langsung.

Laras menundukkan pandangannya antara malu, takut dan khawatir birahinya yang tersulut disadari oleh Markus. Segera dia menggelengkan kepala. “maaf mas Markus … saya mau pulang… banyak kerjaan di kost…” kata gadis alim itu dengan suara yang mendayu, terdengar seperti pasrah ditelinga Markus.

“cuman sampai besok mbak… besok kan sabtu, gak ada kuliah…” kata Markus.
“bareng2 sama teman2ku kok…” kata Markus lagi.
“ada ceweknya juga kok. Kalo gak mau ntar kampus heboh lhoo…” kata Markus sambil menyeringai.

Laras, gadis alim itu terkesiap. Gadis berjilbab itu menyadari Markus sedang mengancamnya, dan pasti berhubungan dengan perkosaan yang ia alami dulu. Jangan2 Markus punya foto2 saat dia diperkosa. Dengan pucat pasi Laras mengangguk pelan.

“nhaaa… gitu donk!” kata Markus.

Akhirnya Laras dengan setengah hati ikut mereka, tanpa pulang ke kost dulu.

“pake baju gitu aja sudah cakep kok!” kata Markus. Laras yang memakai baju biru langit, rok hitam dan jilbab besar yang berwarna biru langit juga memang terlihat cantik sekali.

Didalam mobil, Laras berkenalan dengan teman Markus. Ada Robert, rekan Markus sesuku, yang nampak lebih hitam dan lebih gahar dengan tubuh tinggi kekar. Lalu ada William, yang mengaku dari Maluku, dan seorang wanita yang juga berjilbab besar, yang bernama Jannah. Jannah adalah seorang mahasiswi yang etrlihat pemalu, dengan wajah yang ayu. tubuhnya yang walaupun selalu dibalut baju terusan yang longgar, namun samar2 masih menampakkan kemontokannya. wajahnya yang dibalut jilbab lebar coklat tua terlihat putih dan cantik, walaupun ada beberapa noda bekas jerawat dipipinya yang putih dan agaks edikit tembam.

Laras yang mengetahui bahwa Jannah adalah seorang mahasiswi semester tiga yang sangat alim dan pemalu juga pendiam dikampusnya heran, mengapa dia bisa bersahabat dengan Markus dan kawan2nya. Namun Laras tak mampu bertanya2 apa2, karena dia duduk didepan disamping Markus yang menyetir mobil, sementara Jannah ada di belakang, diapit Robert dan William. Ketika mobil berjalan, Laras menyadari ada gelagat buruk. iA tahu dia akan kembali diperkosa oleh orang2 dari luar jawa ini. Terlebih, nampaknya Jannah juga salah satu dari korban mereka.

Mobil berhenti didepans ebuah rumah gubug yang jauh dari peukiman. Seseorang tua keluar dari gubug dan menyambut Markus dan teman2nya.

“barang baru ya bos? Masih seger2…” kata orang tua itu pada Markus pelan, namun terdengar oleh Laras yang kebetulan ada dibelakang Markus.
“Markus terlihat menyeringai.

“legit-legit semua… lugu-lugu.” Kata Markus.

Setelah memarkir mobil dibelakang gubug itu, segera rombongan itu tanpa disertai sang orang tua yang menjaga tempat parkiran itu berjalan menembus hutan. Sekitar 30 menit berjalan, akhirnya sampailah mereka disebuah tanah yang agak lapang ditengah hutan, dimana segera Robert dan teman2nya mendirikan tenda. Laras memberanikan diri untuk meminta tendanya dan Jannah diletakkan agak jauh dari tenda Markus dan kawan2nya, dan sambil menyeringai lagi si Markus mengangguk. Saat itu waktu menunjukkan pukul 19 20.
Laras dan Jannah, sepasang gadis berjilbab itu hanya bisa duduk bersama ketiga orang dari daerah timur indonesia itu mengelilingi api unggun. Mereka berdua hanya diam, dan terkadang menjawab pertanyaan ketiga orang laki2 itu.

Sementara itu markus, robert dan William sepertinya sangat menikmati malam itu, camping dengan dua dara cantik berjilbab, ditemani gitar dan beberapa botol minuman keras. Laras tidak melihat gelagat buruk dari ketiga laki2 itu, namun firasat Laras mengatakan bahwa perbuatan itu akan segera terjadi.

“Mbak, bisa antarkan aku sebentar? Aku pingin pipis…” bisik Jannah ditelinga Laras.
“pipis dimana? Disini gak ada kamar mandi…” kata gadis berjilbab itu.
“ada apa? Gak usah kasak-kusuk, ngomong aja sama kita2…” kata William yang melihat bisik-bisik kami.

“anu mas Mas… kebelet pipis…” kata Jannah.

“pipis beneran apa pipis enak?” tanya robert nakal, langsung disambut gelak tawa kegita lelaki itu, dan rona merah padam diwajah Jannah sang gadis berjilbab montok itu.
“terserah mau pipis beneran apa pipis enak, tapi harus kerumahnya pak penjaga tempat ini.. jalannya jauh…” kata William, masih cekikikan.

“gak papa… biar saya sama mbak Laras saja…” kata Jannah.
“jangan!” kata Masian langsung, seolah takut kami melarikan diri.
“bahaya! Biar aku yang nganterin kamu, Nah. Laras, kamu disini aja…” segera mereka berdua pergi.
Sebelum pergi, Laras melihat Jannah menatap padanya dengan tatapan takut dan khawatir.
5 menit berlalu, Laras tak mamu menahan perasaannya.

“aku juga mau nyusul mereka. Permisi sebentar.” Katanya pada Markus dan Robert yang langsung bengong.

Segera Gadis montok berjilbab itu menyusuri jalan setapak membelah hutand engan senter robert yang tergeletak didekat api unggun. Belum ada 50 meter ia berjalan, ia melihat dikiri jalan ada cahaya. Ternyata cahaya lampu badai yang tadi dibawa William. Segera Laras terkejut dengan apa yang ia lihat. Ia melihat Jannah, sang gadis berjilbab lebar dan berpayudara besar tadi sedang digeluti oleh William si pemuda hitam dari maluku, dengan bersandar dibawah pohon. Lampu badai diletakkan didahan diatas mereka, mampu memberi cahaya remang yang erotis.

Terlihat William menggeluti Jannah. Jannah memberikan meronta2 dan mengerang2 namun rontaan dan erangannya tak mampu mengimbangi kekuatan Jong Ambon yang kekar itu. Akhirnya rontaan gadis berjilbab itu tak lebih dari sekedar formalitas agar ia tidak dikira menikmati. lidah William menjalar bagai bagai ular menjilati semua bagian wajah gadis alim itu yang memang putih dan cantik. Bibirnya mengecup semua bagian wajah Dahia. Erangan tanda penolakan Jannah segera berubah menjadi desahan2 tanggung, menolak namun juga seakan tak kuasa menahan birahinya.

sementara itu tangan William menyusup kebalik jilbab gadis alim itu, membuka kancing baju terusannya dan langsung masuk kedalamnya, meremas-remas payudara montok Jannah, yang menyebabkan gadis berjilbab itu mendesah-desah semakin keras. suaranya desahannya terdengar sangat sensual. Sang gadis alim yang berwajah lugu itu telah terhanyut gelora birahi,.

William menyibakkan jilbab Jannah dan dililitkannya ke leher gadis alim itu, mempertontonkan buah dadanya yang montok, keluar dari baju terusannya yang telah terbuka kancingnya. BH yang ia gunakan juga sudah melorot, sehingga putihnya kulih buah dada itu dan putingnya yang merah jambu juga turut terlihat. Segera William membungkuk. Mulutnya mencaplok buah dada sang gadis alim yang sudah terhanyut gelombang birahi itu.

Lidahnya menjalar dan meliuk-liuk di putting merah jambu gadis berjilbab itu, menghisap dan meremas-remas payudara Jannah. Setelah itu tangannya mulai merayap kebawah, mengelus-elus bagian sensitif Jannah yang masih tertutup celana dalam dan baju terusan itu. William pelan2 menaikkan bagian bawah baju terusan Jannah, lalu setelah tersibak, ia berusaha membuka penutup terakhir sang gadis alim itu, tapi ketika jari2 besar William menyentuh celana dalam Jannah, seakan Jannah sadar dari birahinya dan langsung meronta keras
“Jangan Mas” tolak Jannah.

“Kenapa Nah, kemarin kamu keenakan…” tanya William.
“Jannah takut… jangan mas… ini dosa…”
“Ntar kalo dah keenakan lu bakalan lupa, cantik…” bujuk William.
“Jannah nggak mau..” Jannah memelas. Matanya berkaca2.
“Mas pelan2, kamu bakalan enak…” lanjut William membujuk
Gadis berjilbab itu diam. Kepalanya menggeleng.

“Kamu rileks aja ya…”, kata William sambil menciumi pipi dan bibir Jannah, sembari kembali meremasi buah dada montok sang gadis berjilbab itu. Mata Jannah kembali setengah tertutup. Birahi kembali menghinggapinya.

William tidak membuang-buang waktu, ia membungkuk dan kembali menikmati bukit kenikmatan Jannah yang indah itu, menyedot2 dan menggigit-gigit putingnya. Gadis berjilbab itu menggelinjang. perlahan mulutnya merayap makin kebawah.. kebawah.. dan kebawah. Ia mengecup-ngecup gundukan diantara paha sekaligus menarik turun celana dalam putih berenda Jannah yang sudah basah kuyub. Dengan hati-hati William membuka kedua paha putih montok Jannah dan mulai mengecup kewanitaannya disertai jilatan-jilatan.

Tubuh montok gadis alim yangs elalu memakai jilbab lebar dan baju terusan itu bergetar merasakan lidah William. Kepalanya yang masih terbalut jilbab terdongak keatas. Tubuhnya kembali menggelinjang. Gadis alim berjilbab itu terus bergetar, berdiri bersandar sebuah pohon dengan jilbab yang tersibak, buah dada montok yang menggantung keluar penuh air liur dan cupangan, dan seorang laki-laki yang jongkok didepannya, menjilati dan mengorek2 memeknya dengan lidahnya. Desahan dan erangan nikmat terdengar semakin menjadi2 dari mulut sang gads berjilbab.

“Agghh.. Mas.. jangaaannhh…oouugghh.. enakk.. Mas…aaiiihh…”

Mendengar desahan Jannah, William semakin menjadi-jadi, ia bahkan menghisap-hisap kewanitaan gadis alim yang lugu itu, dan meremas-remas payudaranya dengan liar. Hentakan-hentakan birahi sepertinya telah menguasai Jannah, tubuh gadis berjilbab itu menggelinjang keras disertai desahan dan erangan yang tidak berkeputusan, tangannya kirinya mengusap-usap dan menarik-narik rambut William, seakan tidak ingin melepaskan kenikmatan yang ia rasakan, sementara tangan kanannya mulai meremas-remas buah dada montoknya sendiri, dan merangsang putingnya.

Jannah semakin membuka lebar kedua kakinya agar memudahkan mulut William melahap kewanitaannya. Kepala gadis berjilbab itu mengeleng kekiri-kekanan, tangannya menggapai-gapai keatas, lalu mencengkeram erat pohon yang menjadi tempat bersandarnya. Mata sang gadis alim berjilbab itu terbalik dan hanya terlihat putihnya saja. Jannah sudah tenggelam dan setiap detik belalu semakin dalam ia menuju ke dasar lautan birahi.

William yang sudah yakin rangsangannya berhasil, tahu persis apa yang harus dilakukan selanjutnya. Ia segera membuka retsleting celana jeansnya, dan langsung memelorotkannya bersama celana dalamnya. Terlihat Kontol William yang besar dan hitam sudah mengacung. Ia segera bangkit dari jongkoknya, kembali menggeluti tubuh Jannah dengan berdiri. Jannah yang sudah terhanyut dalam lautan birahi tak mampu lagi melawan nafsunya, dan menyambut rangsangan2 dari William. Kemaluan mereka saling beradu, menggesek, dan menekan-nekan.

Laras yang dari tadi terkesima melihat live show ditengah hutan itu merasakan degup jantungnya berdetak kencang. bagian-bagian sensitif di tubuhnya mengeras. Laras mulai terjangkit virus birahi mereka.

William kemudian dengan satu kakinya tanpa kesulitan merenggangkan kaki Jannah. Pemuda maluku itu lalu memepet sang gadis berjilbab di pohon tadi, memegang kejantannya, lalu mengarahkan kejantanannya keselah-selah paha putih montok sang gadis alim. “Jangan Mas… Jannah takuut…” sergah Jannah. Tapi etrasa penolakannya tanpa tenaga apa2.

“Rileks Nah.. ntar pasti enak.. nikmati aja..” bujuk William, sambil mengosok-gosok ujung penisnya di kewanitaan gadis alim itu.

“Tapi.. Mas.. oohh.. aahh” protes Jannah tenggelam dalam desahannya sendiri.
“Nikmatin aja Nah..kamu dulu juga keenakan, kan…” kata William sambil menyeringai.
“Ehh.. akkhh.. mpphh” Jannah semakin mendesah
“Gitu Nah…. rileks.. nanti lebih enak lagi”
“He eh Mas.. eesshh”
“Enak kan, Nah….?”
“Ehh.. Maaaasssshh…”

Laras yang melihat itu benar-benar ternganga dibuatnya. Tubuhnya terasa tidak nyaman. Birahi yang ia rasakan semakin meninggi gara2 live show yang terjadi.

Tidak ada lagi protes apalagi penolakan hanya desahan kenikmatan Jannah yang terdengar.
“Aku masukin ya Nah..” pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban.

William langsung menekan pinggulnya, ujung kejantanannya tenggelam dalam kewanitaan gadis alim berjilbab lebar itu.

“Aakhh.. Mas.. eengghh” erang Jannah cukup keras, membuat bulu-bulu ditubuh Laras meremang mendengarnya.

William lebih merunduk lagi. Perlahan pinggulnya bergerak turun naik serta mulutnya dengan rakus melumat payudara Jannah. Lidahnya kembali merangsang putting merah jambu sang gadis berjilbab.
“Eeemmhhh…teruss.. Mas.. enaaakhh.. ohh.. isep yang kerasss..” Jannah meracau.

“Aku suka sekali payudara kamu Nah…. mmhh”
“Isep terussss…massshh…aaahhh…” secara refleks sang gadis nberjilbab itu menyorongkan dadanya membuat William bertambah mudah melumatnya.

Bukan hanya Jannah yang terayun-ayun gelombang birahi, Laras yang terus melihat semua dari balik belukar turut hanyut dibuatnya. Tanpa sadar jemari Laras menyusup kebalik jilbabnya, mulai meremas-remas payudara dan memainkan putingnya sendiri dari luar bajunya, membuat mata Laras terpejam-pejam merasakan nikmatnya.

William tahu Jannah sudah pada situasi yang sangat birahi, ia segera mencangkeram pinggul Jannah dengan kedua tangannya yang kekar seraya terus melumat mulut dan menciumi seluruh bagian wajah gadis alim itu. Terlihat William menekan pinggulnya lebih dalam dengan kasar. Laras menggelinjang membayangkan bagaimana kejantanan William yang besar, tebal dan hitam melesak masuk ke dalam rongga kenikmatan Jannah sang gadis berjilbab itu.

“Auuwww.. Mas.. sakiitt” jerit Jannah.

“udaah…udah Maaassss…” air matanya mulai mengalir.

Walaupun Jannah sudah tidak perawan karena keperawanannya sudah direnggut oleh William diperpustakaan kampus beberapa hari yang lalu, namun kontol William yang besar serta sodokan William yang kasar tetap menyakitinya.

“Rileks Nah…. supaya enak nanti” bujuk William, sambil terus menekan lebih dalam lagi.
“Sakit Mas.. pleasee.. jangan diterusin”
Terlambat.. seluruh kejantanan William telah terbenam di dalam rongga kenikmatan Jannah. Beberapa saat William tidak bergerak, masih sambil berdiri dan memepet Jannah di pohon, ia mengecup-ngecup bibir dan seluruh wajah Jannah, dan turun ke payudara gadis alim itu yang montok dan putih. Perlakuan William membuat birahi Jannah terusik kembali, gadis lugu berjilbab itu mulai melenguh dan mendesah-desah, lama kelamaan semakin menjadi-jadi. Tangan gadis alim itu merangkul leher William dan meremas2 rambut William.

William memahami sekali keadaan Jannah, pinggulnya mulai digerakan memutar perlahan sekali tapi mulutnya bertambah ganas melahap gundukan daging gadis alim berjilbab itu yang dihiasi puting kecil kemerah-merahan.

“Uhh.. ohh.. Mas” desah kenikmatan Jannah, kakinya dibuka lebih melebar lagi.

jilbabnya yang tersingkap, basah oleh keringat, bajunya yang terbuka memamerkan buah dada yang montok putih, dan bagian bawah yang tersingkap membuat segalanya semakin erotis.

William tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dipercepat ritme gerakan pinggulnya.

“Agghh.. ohh.. enak maass… terus Maaassss…” Jannah meracau merasakan kejantanan William yang berputar-putar di kewanitaannya, kepalanya yang masih memakai jilbab tengadah dengan mata terpejam, pinggulnya turut bergoyang.

Merasakan gerakannya mendapat respon William tidak ragu lagi untuk menarik-memasukan batang kemaluannya.

“Aaauugghh.. sshh.. Mas.. ohh.. Mas” gadis alim yang biasanya santun itu tak kuasa lagi menahan luapan kenikmatan yang keluar begitu saja dari mulutnya.

Mereka berdua bersetubuh dengan berdiri, bersandar di pohon besar ditemani cahaya remang lampu badai di malam buta. Desahan2 erotis mereka berdua mengisi hutan. Sang gadis montok berjilbab itu kembali takluk oleh sang pemuda maluku berkontol besar.

Pinggul William yang turun naik dan kaki Jannah yang terbuka lebar membuat darah Laras yang sedang mengintip berdesir, menimbulkan denyut-denyut di bagian sensitifnya. Gadis berjilbab itu menyingkap rok panjangnya dengan tangan kiri dan menyusupkannya kebalik CD. Tubuh sintal Laras bergetar begitu jari-jemari lentiknya meraba-raba kewanitaannya.

“Ssshh.. sshh” desis Laras tertahan manakala jari tengah gadis balim itu menyentuh bibir kemaluannya sendiri yang sudah basah, sesaat ‘life show’ William dan Jannah terlupakan.
Kesadaran Laras kembali begitu mendengar pekikan Jannah.

“Adduuhh.. Mas.. nikmat sekalii” Gadis alim yang lugu itu terbuai dalam birahinya yang menggebu-gebu.
“enak kan Nahhh.. makanya gak usah munafik… ahh.. nikmati ajaahh..”
“Ssshh.. ahh.. ohh.. ennaak Mas”
“Punya kamu enaakk sekalii Nah…. uugghh.. memek gadis berjilbab kayak mau emang legiithh..”
“Ohh.. Mas.. eennaaakkk.. sshh…” desah Jannah seraya memeluk William.
Gadis lugu yang berjilbab itu semakin agresif, pantatnya bergoyang mengikuti irama hentakan-hentakan turun-naik pantat William.

“Enaak Nah…. terus goyang.. uhh.. eenngghh..cewek jilbab ternyata doyan ngentothhh…” merasakan goyangan Jannah William semakin mempercepat hujaman-hujaman kejantanannya.
“Ahh.. aahh.. Mas.. teruss.. mau keluaaarrhh…” pekik Jannah.

Semakin liar keduanya bergumul, keringat kenikmatan membanjir menyelimuti tubuh mereka.
“Mas.. tekan lagii.. uuhh.. aku mau ke.. kelu.. aarrghh..ooouuugghhh….!!!” Gadis alim yang masih ebrjilbab itu melenguh keras dan panjang. Ia sudah mencapai orgasmenya.

William menekan pantatnya dalam-dalam dan tubuh Jannahpun mengejang. Gema erangan kenikmatan Jannah memenuhi malam dan kemudian Jannah terkulai lemas.

William melepaskan tubuh montok Jannah, dan pelan-pelan Jannah jatuh terduduk dibawah pohon itu. Nafasnya memburu, dari memeknya air kenikmatannya mengalir deras. Sementara itu William yang belum mencapai puncak kenikmatan nampaknya masih ingin meneruskan permainan.

Dari tempat Laras bersembunyi, terlihat kontol William yang besar berkilat-kilat karena terbaluri cairan cinta milik Jannah. Pelan2 William mengocok kontolnya sendiri dengan tangan kanan. Tangan kirinya menaikkan kaosnya agar penisnya bisa semakin jelas terlihat. Segera ia mendekati Jannah, si gadis berjilbab itu yang sedang terduduk bersimpuh, lemas karena baru saja meraih orgasmenya.
“Sekarang Jannah emut punyaku.” kata William sambil menyodorkan penisnya yang hitam ke wajah cantik gadis berjilbab itu dengan gaya santai.

Jannah menggelengkan kepalanya dengan ekspresi jijik melihat penis yang besar dan legam itu, yang sudah basah oleh cairan cintanya sendiri.

“Jangan takut Nah, entar juga enak kok..” kata William masih dengan gaya santai, seolah menyodorkan permen kepada anak kecil.

Jannah kembali meneteskan air mata menggeleng, hal itu membuat William tidak sabar, dicengkeramnya kepala Jannah yang masih terbalut jilbab dan ditariknya sampai wajahnya mendongak, lalu digesek-gesekkannya penisnya ke wajah Jannah. Gadis alim itu pelan-pelan menurut, dibukanya mulut mungilnya dangan enggan, lalu seperti menelan permen besar, penis William meluncur masuk ke mulutnya.

Terasa cairan cintanya sendiri dilidahnya, yang kemudian dihisap dan dikulumnya penis itu dengan lembut, sesekali Jannah diperintahkan untuk mengocok-ngocok penis itu dengan tangannya juga, lama kelamaan gadis alim itu mulai terbiasa dengan penis William dan mulai dapat menyesuaikan diri, sesuai dengan instruksi William. Gadis alim yang lugu dan berjilbab besar itu diajari cara memberi kenikmatan pada lelaki dengan mulut dan tangan oleh sag pemuda maluku, William.
Jannah diminta untuk menjilati samping-sampingnya hingga ke buah pelirnya, bahkan memainkan ludahnya sedikit di penis itu, kemudian Jannah diperintahkan untuk kembali memasukkan kepala penis itu ke mulutnya. William mendesah merasakan kehangatan mulut Jannah, sentuhan lidah gadis alim yang lugu itu memberi sensasi nikmat padanya.

“Uuhhh…gitu Nah, enakmmmm.. kamu pintarrrhh…!” gumamnya sambil memegangi kepala Jannah yang masih tertutup jilbab dan memaju-mundurkan pinggulnya.

Jannah merasakan wajahnya makin tertekan ke selangkangan dan buah pelir William yang berbulu lebat itu, penis di dalam mulut gadis lugu yang berjilbab itu semakin berdenyut-denyut dan sesekali menyentuh kerongkongannya.

William yang merasakan kehangatan dari bibir dan mulut Jannah makin meledak, lalu dengan menahan kepala gadis alim itu diselangkangannya menggunakan kedua tangannya, dengan kasarnya William menggerakkan pinggulnya maju mundur sehingga penis itu menggenjot mulut gadis berjilbab itu.

“Aggh..aggh… .” suara Jannah terdengar tersedak oleh penis William.
Air liur gadis berjilbab itu mengalir keluar, deras membasahi dagunya, turun ke jilbabnya yang sudah tersibak, sampai bajunya yang awut2an. Airmatanya deras mengalir. Tangan Jannah berusaha menahan pinggul William agar tidak bisa memompa penis besar itu ke dalam mulutnya. Tapi usaha Jannah sia-sia saja, William dengan kuat mencengkeram kepala Jannah yang masih memakai jilbabdan mennyodok-nyodokkan penisnya dengan kasar membuat gadis alim itu menggelepar berusaha untuk bernafas dengan baik.

Sekitar sepuluh menit lamanya gadis alim itu dipaksa untuk melakukan hal itu, sampai William menekan kepalanya sambil melenguh panjang. William masih terus menggenjotnya selama beberapa menit ke depan, dan akhirnya dia pun mencabut penisnya lalu buru-buru mendekati wajah cantiks ang gadis alim yang berjilbab itu.

“Arrghhh… Oohhhh…” William kembali melenguh bagai banteng terluka, seketika Jannah merasakan wajahnya tersiram oleh cairan hangat yang kental dan lengket dan berbau.
William menyemprotkan spermanya ke wajah lugu gadis berjilbab itu dengan deras. Cairan putih kental pun berceceran membasahi wajah dan jilbab gadis itu.

Bersamaan dengan itu. Ditempat persembunyiannya Laras mempercepat kocokannya di memeknya dan ditemani erangan terrahan, tubuhnya bergetar hebat. Air cintanya menyemprot keluar. Gadis alim itu orgasme melihat rekannya sesama gadis berjilbab digauli dengan paksa.

“Arrghhh… Oohhhh…” William kembali melenguh bagai banteng terluka, seketika Jannah merasakan wajahnya tersiram oleh cairan hangat yang kental dan lengket dan berbau.

William menyemprotkan spermanya ke wajah lugu gadis berjilbab itu dengan deras. Cairan putih kental pun berceceran membasahi wajah dan jilbab gadis itu.

Bersamaan dengan itu. Ditempat persembunyiannya Laras mempercepat kocokannya di memeknya dan ditemani erangan terrahan, tubuhnya bergetar hebat. Air cintanya menyemprot keluar. Gadis alim itu orgasme melihat rekannya sesama gadis berjilbab digauli dengan paksa.

Beberapa menit Laras istirahat mengatur nafas. Orgasmenya benar2 membuat ia capek., namun ia semakin terangsang dan ingin ada kontol yang memasuki memeknya.

Setelah beberapa menit, ia memutuskan untuk kembali ke tenda. Ketika ia melihat Jannah da William, ternyata William sudah kembali gairahnya dan sudah kembali menggenjot memek jannah, kali ini dengan tiduran dan Jannah terlentang pasrah dibawahnya kembali desahan mereka berdua terdengar. Namun Laras tidak melanjutkan acara mengintipnya, dan kembali ke tenda.

sekembalinya di tenda, ia tidak menemui Markus dan Robert. Segera ia duduk didean api unggun dan berusaha mengusir bayangan tentang live show yang tadi ia lihat, namun alih-alih pergi, bayangan itu jstru terus membayanginya. Tak terasa kembali tangan kananya menyusup kebalik jilbabnya, meremasi buah dadanya sendiri dari luar bajunya. Tangan kirinya kembali turun kebawah, merangsang memeknya dari luar bajunya. Gadis alim yang berjibab dan berbadan sintal ini sudah sangat terangsang. Bibir bawahnya ia gigit 2 karena sangat terangsang.

Tiba-tiba, kegiatan Laras berhenti karena dikejutkan oleh suara dari arah belakang. Ternyata Robert dan marku sudah kembali, entah darimana. Mereka berdua langsung tersenyum menyeringai dan mendekati Laras.

“tenang saja mbak, kami cuman mau duduk disamping mbak.” Kata Markus sambil tersenyum lebar.
Akhirnya mereka duduk beralaskan tikar, didepan api unggun. Laras di tengah. Pikiran gadis alim itu teringat pada perkosaan nikmat yang pernah ia rasakan, dan live show yang tadi ia saksikan.

Wajahnya yang cantik jadi merah padam, dan jadi salah tingkah. Tanpa ia sengaja, kenikmatan yang dulu ia rasakan kembali membangkitkan birahi gadis berjilbab itu. Rasa gatal menyeruak dimemek Laras mengelitik sekujur tubuh dan setiap detik berlalu semakin memuncak saja, Laras jadi salah tingkah. Markus yang pertama melihat kegelisahan Laras.

“Kenapa Mbak Laras…, gelisah banget horny ya” tegurnya bercanda.
“Ngga lagi, ngaco kamu Kus” sanggah Laras.

“Kalau horny bilang aja Mbak Laras….. hehehe.. kan ada kita-kita” Robert menimpali.
“Udah, jangan ngomong kayak gitu…” sanggah Laras lagi menahan takut. Tapi sesungguhnya dibenaknyapun rasa itu semakin menjadi.

Markus tidak begitu saja menerima sanggahannya, diantara mereka ia paling tinggi jam terbangnya sudah tentu ia tahu persis apa yang sedang Laras rasakan. Markus tidak menyia-nyiakannya, bahu gadis berjilbab itu dipeluknya. Laras sedikit menggeliat hendak menghindar namun pelukan Markus terlalu erat. “jangan kuss…” kata Laras. Suaranya yang lirih dan terkesan pasrah membuat Markus tahu bahwa Gadis alim berjilbab lebar ini sebenarnya juga sudah mulai terangsang.

“Santai Mbak Laras…, kalau horny enjoy aja, gak usah malu.. itu artinya kamu normal.. toh kamu juga dah pernah ngerasain kotolku. Enak kan?” bisik Markus sambil meremas pundak Laras yang tertutup baju dan jilbabnya.

Kata2 markus membuat wajah putih gadis ebrjilbab itu merah padam. Gadis alim itu kembali menggeliat berusaha melepaskan diri, namun sekali lagi, tenaganya yangs etengah2 karena sudah terangsang itu tak mampu menandingi pelukan Markus.

Remasan dan terpaan nafas Markus saat berbisik menyebabkan semua bulu-bulu di tubuh Laras meremang, tanpa terasa tangan gadis berjilbab itu meremas-remas rok panjangnya. Matanya terpejam2 keenakan dan kembali ia menggigiti bibir bawahnya. Markus menarik tangan Laras meletakan dipahanya ditekan sambil diremasnya, tak ayal lagi tangan Laras jadi meremas paha Markus.

“Remas aja pahaku Mbak Laras… daripada rok” bisik Markus lagi.

Merasakan paha Markus dalam remasan Laras membuat darah Laras berdesir keras.
“Ngga usah malu Mbak Laras…, santai aja.. ntar juga enak..” lanjutnya lagi.

Entah karena bujukannya atau Laras sendiri yang sudah sangat terhanyut napsu birahi, tidak jelas, yang pasti tangan Laras tidak beranjak dari pahanya dan setiap ada adegan yang ‘wow’ Laras meremas pahanya. Merasa mendapat angin, Markus melepaskan rangkulannya dan memindahkan tangannya di atas paha gadis berjilbab yang alim itu yang masih terbungkus rok panjang hitam, awalnya masih dekat dengkul lama kelamaan makin naik, setiap gerakan tangannya membuat Laras merinding.

Entah bagaimana mulainya tanpa Laras sadari, Markus sudah menyingkap rok hitamnya keatas dan tangan Markus sudah berada dipaha dalamnya, tangan kasar Markus mengelus-elus paha putih laras yang selama ini tertutup rok dan baju yang longgar dengan halus, ingin menepis, tapi, rasa geli-geli enak yang timbul begitu kuatnya, membuat Laras semakin terbuai, membiarkan kenakalan tangan Markus yang semakin menjadi-jadi tanpa mampu berbuat apa2.

“Ras gue pengen deh liat leher sama pundak kamu” bisik Markus seraya mengecup pundak Laras dari luar baju dan jilbabnya..

A Laras yang sudah terbuai elusannya karuan saja tambah menjadi-jadi dengan kecupannya itu. Selama ini belum ada yang memperlakukan gadis alim itu seperti yang dilakukan Markus.
“Jangan Kus” namun Laras berusaha menolak.

“Kenapa Mbak Laras…, cuma pundak aja kan” tanpa perduli penolakan Laras Markus tetap saja mengecup, bahkan ciuman Markus semakin naik keleher Laras yang masih tertutup jilbabnya, disini Laras tidak lagi berusaha ‘jaim’.

“Kus.. ahh” desah Laras tak tertahan lagi.

“Enjoy aja Mbak Laras…” bisik Markus lagi, sambil mengecup dan menggigiti daun telinga Laras dari luar jilbabnya.

“Ohh Kus” Laras sudah tidak mampu lagi menahan, semua rasa yang terpendam sejak melihat ‘live show’, perlahan merayapi lagi tubuh Laras.

Laras hanya mampu tengadah merasakan kenikmatan mulut Markus di leher dan telinga Laras. Robert yang sedari tadi asik nonton melihat Laras seperti itu tidak tinggal diam, ia pun mulai turut melakukan hal yang sama. Pundak, leher dan telinga sebelah kiri Laras jadi sasaran mulutnya.
Melihat Laras sudah pasrah mereka semakin agresif. Tangan Markus semakin naik hingga akhirnya menyentuh memek gadis alim berjilbab lebar itu yang masih terbalut CD. Elusan-elusan di memeknya, remasan Robert di payudara Laras dan kehangatan mulut mereka dileher Laras membuat magma birahi Laras menggelegak sejadi-jadinya.

“Agghh.. Kuss.. Berthhh….. ohh.. sshh” desahan Laras bertambah keras.

Robert dengan tangkas menyibakkan jilbab lebar Laras dan menyampirkannya ke bahunya, lalu membuka kancing2 baju dan bra Laras. Bukit kenyal 34b- Laras yang putih bersih menyembul, langsung dilahapnya dengan rakus. Markus juga beraksi memasukan tangannya kedalam CD meraba-raba memek Laras yang sudah basah oleh cairan pelicin. Laras jadi tak terkendali dengan serangan mereka tubuh Laras bergelinjang keras. Baju longgar dan jilbab lebar yangs elama ini ia pakai untuk menjaga dirinya dari para hidung belang sudah awut2an.

“Emmhh.. aahh.. ohh.. aagghh” desahan Laras berganti menjadi erangan-erangan.
Sang gadis alim itu sudah tak lagi mampu menahan gejolak birahinya. Suara desahan birahinya mengisi keheningan lapangan ditengah hutan itu.

Mereka melucuti seluruh penutup tubuh Laras kecuali jilbab biru langtnya dan kaus kaki putih bersih gadis alim itu. Tubuh sintal Laras dibaringkan dirumput beralas tikar dan mereka pun kembali menjarahnya. Robert melumat bibir Laras dengan bernafsu lidahnya menerobos kedalam rongga mulutnya, lidah mereka saling beraut, mengait dan menghisap dengan liarnya. Sementara Markus menjilat-jilat paha Laras lama kelamaan semakin naik.. naik.. dan akhirnya sampai di memeknya, lidahnya bergerak-gerak liar di klitorisnya, bersamaan dengan itu Robert pun sudah melumat payudaranya, puting Laras yang kemerah-merahan jadi bulan-bulanan bibir dan lidahnya.

Diperlakukan seperti itu membuat Laras kehilangan kesadaran, tubuh Laras bagai terbang diawang- awang, terlena dibawah kenikmatan hisapan-hisapan mereka. Mata sang gadis alim itu terbalik sampai hanya terlihat ptihnya, terlihat sangat erotis dengan jilbab yang masih ia kenakan. Laras mulai meremas2 punggung Robert sambil meracau tak karuan, meminta mereka untuk tidak berhenti melakukannya.

“Aaahh.. Kuss.. Berthhh….. teruss.. sshh.. enakk sekalii”
“Nikmatin Mbak Laras….. nanti bakal lebih lagi” bisik Robert seraya menjilat dalam-dalam telinga Laras dari luar jilbabnya..

Mendengar kata ‘lebih lagi’ Laras seperti tersihir, menjadi hiperaktif pinggul Laras angkat-angkat, seolah ingin Markus melakukan lebih dari sekedar menjilat, ia memahami, disantapnya memek Laras dengan menyedot-nyedot gundukan daging yang semakin basah oleh ludahnya dan cairan Laras. Tidak berapa lama kemudian Laras merasakan kenikmatan itu semakin memuncak, tubuh putih gadis alim itu menegang, Laras peluk Robert-yang sedang menikmati puting susu-dengan kuatnya.

“Aaagghh.. Kuss.. Berthhh….. akuu.. oohh” jerit Laras keras, dan merasakan hentak-hentakan kenikmatan didalam memek Laras.

Tubuh mahasiswi yang biasanya selalu menjaga dirinya dengan baju longgar dan jilbab lebar itu menggeleppar2 lalu melemas.. lungai.

Markus dan Robert menyudahi ‘hidangan’ pembukanya, dibiarkan tubuh Laras beristirahat dalam kepolosan, sambil memejamkan mata Laras ingat-ingat apa yang baru saja Laras alami. Permainan Robert di payudara dan Markus di memek Laras yang menyebarkan kenikmatan yang belum pernah Laras alami sebelumnya, dan hal itu telah kembali menimbulkan getar-getar birahi diseluruh tubuh Laras.

Laras semakin tenggelam saja dalam bayang-bayang yang menghanyutkan, dan tiba-tiba Laras rasakan hembusan nafas ditelinga Laras dan rasa tidak asing lagi.. hangat basah.. Ahh.. bibir dan lidah Robert mulai lagi, tapi kali ini tubuh Laras seperti di gelitiki ribuan semut, ternyata Robert sudah polos dan bulu-bulu lebat di tangan dan dadanya menggelitiki tubuh Laras. Begitupun Markus sudah bugil, ia membuka kedua paha Laras lebar-lebar dengan kepala sudah berada diantaranya.
Mata Laras terpejam, Laras sadar betul apa yang akan terjadi, kali ini mereka akan menjadikan tubuh Laras sebagai ‘hidangan’ utama. Gadis alim itu sudah pasrah dengan apa yang terjadi. Gairah Laras bangkit merasakan lidah Markus menjalar dibibir kemaluannya, ditambah lagi Robert yang dengan lahapnya menghisap-hisap puting Laras membuat tubuh Laras mengeliat-geliat merasakan geli dan nikmat dikedua titik sensitif tubuh Laras.

“Aaahh.. Kuss.. Berthhh….. nngghh.. aaghh” rintih Laras tak tertahankan lagi.

Markus kemudian mengganjal pinggul Laras dengan gulungan tikar sehingga pantat Laras menjadi terangkat, lalu kembali lidahnya bermain dikemaluan Laras. Kali ini ujung lidahnya sampai masuk kedalam liang kenikmatannya, bergerak-gerak liar diantara kemaluan dan anus, seluruh tubuh Laras bagai tersengat aliran listrik Laras hilang kendali. Gadis manis berjilbab itu merintih, mendesah bahkan menjerit-jerit merasakan kenikmatan yang tiada taranya. Lalu Laras rasakan sesuatu yang hangat keras berada dibibir Laras.. kontol Robert! Laras mengeleng-gelengkan kepala menolak keinginannya, tapi Robert tidak menggubrisnya ia malah manahan kepala Laras dengan tangannya agar tidak bergerak.

“Jilat.. Mbak Laras…” perintahnya tegas.

Gadis alim berdada sekal itu tidak lagi bisa menolak, Laras jilat batangnya yang besar dan sudah keras membatu itu, Robert mendesah-desah merasakan jilatan Laras.
“Aaahh.. Mbak Laras…r.. jilat terus.. nngghh” desah Robert.

“Jilat kepalanya Mbak Laras…” Laras menuruti permintaannya yang tak mungkin Laras tolak.
Lama kelamaan Laras mulai terbiasa dan dapat merasakan juga enaknya menjilat-jilat batang kontol itu, lidah Laras berputar dikepala kemaluannya membuat Robert mendesis desis.

“Ssshh.. nikmat sekali Mbak Laras…r.. isep sayangg.. isep” pintanya diselah-selah desisannya.
Laras tak tahu harus berbuat bagaimana, Laras ikuti saja apa yg pernah Laras lihat di film, kepala kontolnya pertama-tama Laras masukan kedalam mulut, Robert meringis.

“Jangan pake gigi Mbak Laras….. isep aja” protesnya, Laras coba lagi, kali ini Robert mendesis nikmat.

“Ya.. gitu sayang.. sshh.. enak.. Mbak Laras…”
Melihat Robert saat itu membuat Laras turut larut dalam kenikmatannya, apalagi ketika sebagian kontolnya melesak masuk menyentuh langit-langit mulutnya, belum lagi kenakalan lidah Markus yang tiada henti-hentinya menggerayangi setiap sudut kemaluan Laras. Tubuh mahasiswi berjilbab lebar itu sudah terkunci, dirangsang atas dan bawahnya. Laras semakin terombang-ambing dalam gelombang samudra birahi yang melanda tubuhnya, Laras bahkan tidak malu lagi mengocok-ngocok kontol Robert yang separuhnya berada dalam mulut Laras.

Beberapa saat kemudian Robert mempercepat gerakan pinggulnya dan menekan lebih dalam batang kemaluannya, tangan Laras tak mampu menahan laju masuknya kedalam mulut Laras. Laras menjadi gelagapan, Laras geleng-gelengkan kepala Laras hendak melepaskan benda panjang itu tapi malah berakibat sebaliknya, gelengan kepala Laras membuat kemaluannya seperti dikocok-kocok. Robert bertambah beringas mengeluar-masukan batangnya dan..

“Aaagghh.. nikmatt.. Mbak Laras…aa…aakkuuuhh.. kkeelluaarr” jerit Robert, air maninya menyembur-nyembur keras didalam mulut Laras membuat Laras tersedak, sebagian meluncur ke tenggorokan Laras sebagian lagi tercecer keluar dari mulut Laras, menetes turun membasahi jilbab biru langit laras. Laras sampai terbatuk-batuk dan meludah-ludah membuang sisa yang masih ada dimulut Laras. Gadis alim itu shock dengan apa yang terjadi.

Belum Laras pulih dari syoknya, Markus merebahkan tubuh Laras kembali dilantai beralas karpet, kali ini dada Laras dilahapnya puting yang satu dihisap-hisap satunya lagi dipilin-pilin oleh jari-jarinya. Dari dada kiri Laras tangannya melesat turun ke memeknya, dielus-elusnya kelentit dan bibir kemaluan Laras. Birahi gadis alim itu kembali mennggi. Tubuh Laras langsung mengeliat-geliat merasakan kenakalan jari-jari Markus.

“Ooohh.. mmppff.. ngghh.. sshh” desis Laras tak tertahan.
“mmmhh….Kuss.. aakkhh”
Laras menjadi lebih menggila waktu Markus mulai memainkan lagi lidahnya di kemaluannya, seakan kurang lengkap kenikmatan yang Laras rasakan, kedua tangan Laras meremas-remas payudara Laras sendiri. Gadis alim itu sudah total terbakar api birahi nista.

“Ssshh.. nikmat Kuss.. mmpphh” desahan Laras semakin menjadi-jadi.

Tak lama kemudian Markus merayap naik keatas tubuh Laras, sambil mengelap keringat yang muncul diwajah Laras dengan jilbab yang masih Laras pakai, lalu merapikannya. “ternyata emang kamu lebih cantik dan seksi kalo pake jilbab, mbak laras…jadi gak sabar pengen ngentot kamu.” Kata Markus. Terlihat binar birahi dimatanya. Gadis berjilbab itu pasrah menanti apa yang akan terjadi. Markus membuka lebih lebar kedua kaki Laras, dan kemudian gadis alim itu merasakan ujung kontol Markus menyentuh mulut memek Laras yang sudah basah oleh cairan cinta.
“Aauugghh.. Kuss.. jangaann..saakiitt…pelann..” jerit Laras lirih, saat kepala kontolnya melesak masuk kedalam rongga kemaluan Laras.

Markus menghentikan dorongannya, sesaat ia mendiamkan kepala kemaluannya dalam kehangatan liang memek Laras. Kemudian-masih sebatas ujungnya-secara perlahan ia mulai memundur-majukannya. Sesuatu dulu pernah Laras rasakan kembali menjalar dari gesekan itu keseluruh tubuh Laras. Rasa geli, enak dan entah apalagi berbaur ditubuh Laras membuat pinggul gadis alim itu mengeliat-geliat mengikuti tusukan-tusukan Markus.

“Ooohh.. Kuss.. sshh.. aahh.. Kuss..mmhh..” desah Laras lirih.

Laras benar-benar tenggelam dalam kenikmatan yang luar biasa akibat gesekan-gesekan di mulut memek Laras. Mata Laras terpejam-pejam kadang Laras gigit bibir bawah Laras seraya mendesis.
“Enak.. nggaakk..mbaakk…Laraass..” tanya Markus berbisik.

“He ehh Kuss.. oohh enakk.. Kuss.. sshh”
“Nikmatin mbaakk.. nanti lebih enak lagi” bisiknya lagi.
“Ooohh.. Kuss.. ngghh”
Markus terus mengayunkan pinggulnya turun-naik-tetap sebatas ujung kontolnya-dengan ritme yang semakin cepat. Selagi Laras terayun-ayun dalam buaian birahi, tiba-tiba Markus menekan kontolnya lebih dalam membelah memek Laras.

“Auuhh.. sakitt Kuss” jerit Laras. Markus menghentikan tekanannya.
“nanti juga hilang kok sakitnya” bisik Markus seraya menjilat dan menghisap telinga Laras tetap dari luar jilbabnya.

Rupanya memang Markus dan Robert sengaja tidak melepas jilbab Laras, karena membuat Laras semakin nampak Innocent, sehingga menambah gairah dua pejantan dari indonesia timur itu untuk menggauli sang gadis alim.

Entah bujukannya atau karena geliat liar lidahnya, yang pasti Laras mulai merasakan nikmatnya milik Markus yang keras dan hangat didalam rongga kemaluan Laras.

Markus kemudian menekan lebih dalam lagi, membenamkan seluruh batang kemaluannya dan mengeluar-masukannya. Gesekan kontolnya dirongga memek Laras menimbulkan sensasi yang luar biasa! Setiap tusukan dan tarikannya membuat gadis alim itu menggelepar-gelepar. Jilbabnya sudah kembali awut2an.

“Ssshh.. ohh.. ahh.. enakk Kuss.. empphh” desah Laras tak tertahan.
“Ohh.. Mbak Laras…r.. bener-bener enak banget memek kamu.. oohh..tebell..oouuhh..” puji Markus diantara lenguhannya.

“Agghh.. terus Kuss.. teruss” Laras meracau tak karuan merasakan nikmatnya hujaman-hujaman kontol Markus di kemaluan Laras.

Peluh-peluh birahi mulai membanjir membasahi tubuh. Jeritan, desahan dan lenguhan mewarnai pergumulan mereka. Menit demi menit kontol Markus menebar kenikmatan ditubuh Laras. Magma birahi semakin menggelegak sampai akhirnya tubuh Laras tak lagi mampu menahan letupannya.
“Markusi.. oohh.. tekan Kuss.. agghh.. nikmat sekali Kuss” jeritan dan erangan panjang yang jalang terlepas dari mulut Laras.

Tubuh Laras mengejang, Laras secara refleks memeluk Markus erat-erat, magma birahi Laras meledak, mengeluarkan cairan kenikmatan yang membanjiri relung-relung memek Laras.

Tubuh Laras terkulai lemas, tapi itu tidak berlangsung lama. Beberapa menit kemudian Markus mulai lagi memacu gairahnya, hisapan dan remasan didada Laras serta pinggulnya yang berputar kembali membangkitkan birahi gadis alim yang montok itu. Lagi-lagi tubuh Laras dibuat mengelepar-gelepar terayun dalam kenikmatan duniawi. Tubuh Laras dibolak-balik bagai daging panggang, setiap posisi memberikan sensasi yang berbeda.

Entah berapa kali memek Laras berdenyut-denyut mencapai klimaks tapi Markus sepertinya belum ingin berhenti menjarah tubuh Laras. Selagi posisi Laras di atas Markus, Robert yang sedari tadi hanya menonton serta merta menghampiri mereka, dengan berlutut ia memeluk Laras dari belakang. Leher Laras dipagutnya seraya kedua tangannya memainkan buah dada Laras. Apalagi ketika tangannya mulai bermain-main diklitoris Laras membuat Laras menjadi tambah meradang.

Kepala Laras yang masih terbalut jilbab bersandar pada pundak Robert, mulut Laras yang tak henti-hentinya mengeluarkan desahan dan lenguhan langsung dilumat oleh Robert. Pagutan Robert Laras balas, mereka saling melumat, menghisap dan bertukar lidah. Pinggul Laras semakin bergoyang berputar, mundur dan maju dengan liarnya. Laras begitu menginginkan kontol Markus mengaduk-aduk seluruh isi rongga memek Laras yang meminta lebih dan lebih lagi.

“Aaargghh.. Mbak Laras…r.. enak banget.. terus Mbak Laras….. goyang terus” erang Markus.
Erangan Markus membuat gejolak birahi Laras semakin menjadi-jadi, Laras remas buah dada Laras sendiri yang ditinggalkan tangan Robert.. Ohh Laras sungguh menikmati semua ini.

Robert yang merasa kurang puas meminta merubah posisi. Markus duduk dengan kaki dibentangkan ditikar, Laraspun diperintahkan merangkak kearah batang kemaluannya.

“Isep Mbak Laras…” perintah Markus, segera Laras lumat kontolnya dengan rakus.

“Ooohh.. enak Mbak Laras….. isep terus…aah…emang enak banget emutan cewek jilbab…aaahh..”
Bersamaan dengan itu Laras rasakan Robert menggesek-gesek bibir kemaluan Laras dengan kepala kontolnya. Tubuh Laras bergetar hebat, saat batang kemaluan Robert-yang satu setengah kali lebih besar dari milik Markus-dengan perlahan menyeruak menembus bibir kemaluan gadis berjilbab itu dan terbenam didalamnya.

 Tusukan-tusukan kontol Robert serasa membakar tubuh, birahi Laras kembali menggeliat keras. Gadis yang biasanya alim itu kini menjadi sangat binal merasakan sensasi erotis dua batang kontol didalam tubuh Laras. Batang kemaluan Markus Laras lumat dengan sangat bernafsu. Kesadaran Laras hilang sudah. Naluri birahi gadis alim itu yang menuntun melakukan semua itu.

“Rasr.. terus Mbak Laras…r.. gue ngga tahan lagi.. Aaarrgghh” erang Markus.
Laras tahu Markus akan segera menumpahkan cairan kenikmatannya dimulutnya, Laras lebih siap kali ini. Selang berapa saat Laras rasakan semburan-semburan hangat sperma Markus.

“Aaagghh.. nikmat banget Mbak Laras…r.. isep teruss.. telan Mbak Laras…r” jerit Markus, lagi-lagi naluri Laras menuntun agar Laras mengikuti permintaan Markus, Laras hisap kontolya yang menyemburkan cairan hangat dan.. gadis alim itu menelan cairan itu.

Aneh! Entah karena rasanya, atau sensasi sexual karena melihat Markus yang mencapai klimaks, yang pasti Laras sangat menyukai cairan itu. Laras lumat terus itu hingga tetes terakhir dan benda keras itu mengecil.. lemas.

Markus beranjak meninggalkan Laras dan Robert untuk beristirahat sebentar. meski begitu, laras belum bisa istirahat. hujaman-hujaman kemaluan Robert yang begitu bernafsu dalam posisi ‘doggy’ dapat membuat Laras kembali merintih-rintih. Apalagi ditambah dengan elusan-elusan Ibu jarinya dianus Laras. Bukan hanya itu, setelah diludahi Robert bahkan memasukan Ibu jarinya ke lubang anus gadis alim itu. Sodokan-sodokan dimemek Laras dan Ibu jarinya dilubang anus membuat gadis berjilbab lebar itu mengerang-erang.

“Ssshh.. engghh.. yang keras Berthhh….. mmpphh”
“Enak banget Berthhh….. aahh.. oohh”
Mendengar erangan jalang Laras Robert tambah bersemangat menggedor kedua lubangnya, Ibu jarinya Laras rasakan tambah dalam menembus anusnya, membuat Laras tambah lupa daratan. Jilbab biru langtnya sudah semakin basah oleh keringat birahinya.

Sedang asiknya menikmati, Robert mencabut kontol dan Ibu jarinya.

“Roberti.. kenapa dicabutt” protes Laras.

“Masukin lagi Bert.. ” pinta gadis alim montok menghiba.

Sebagai jawaban Laras hanya merasakan ludah Robert berceceran di lubang anusnya, tapi kali ini lebih banyak. Laras masih belum mengerti apa yang akan dilakukannya. Saat Robert mulai menggosok kepala kontolnya dilubang anus baru Laras sadar apa yang akan dilakukannya.

“Roberti.. pleasee.. jangan disitu” Laras menghiba meminta Robert jangan melakukannya.

Robert tidak menggubris, tetap saja digosok-gosokannya, ada rasa geli-geli enak kala ia melakukan hal itu. Dibantu dengan sodokan jarinya dikemaluan Laras hilang sudah protes gadis alim itu. Tiba-tiba Laras rasakan kepala kemaluannya sudah menembus anus Laras. Perlahan namun pasti, sedikit demi sedikit batang kenikmatannya membelah anus Laras dan tenggelam habis didalamnya.
“Aduhh sakitt Berthhh….. akhh..!” keluh Laras pasrah karena rasanya mustahil menghentikan Robert.

“Rileks Mbak Laras….. seperti tadi, nanti juga hilang sakitnya” bujuknya seraya mencium punggung dan satu tangannya lagi mengelus-elus klitoris Laras.

Separuh tubuh Laras yang tengkurap diatas gulungan tikar sedikit membantunya, dengan begitu memudahkan Laras untuk mencengram dan mengigit tikar itu untuk mengurangi rasa sakit. Berangsur-angsur rasa sakit itu hilang, Laras bahkan mulai menyukai batang keras Robert yang menyodok-nyodok anus Laras. Perlahan-lahan perasaan nikmat mulai menjalar disekujur tubuh Laras. Gadis alim itu mulai merem melek keenakan, disodomi oleh orang papua diatas tikar ditengah hutan, dibawah sinar bulan dan cahaya api unggun.

“Aaahh.. aauuhh.. oohh Berthhh…” erang-erangan birahi Laras mewarnai setiap sodokan kontol Robert yang besar itu.

Robert dengan buasnya menghentak-hentakan pinggulnya. Semakin keras Robert menghujamkan kontolya semakin gadis alim itu terbuai dalam kenikmatan.

Markus yang sudah pulih dari ‘istirahat’nya tidak ingin hanya menonton, ia kembali bergabung. Membayangkan akan dijarah lagi oleh mereka menaikan tensi gairah Laras. Atas inisiatif Markus mereka b erhenti dan mengatur posisi, jantung Laras berdebar-debar menanti permainan mereka. Markus merebahkan diri terlentang ditikar dengan kepala beralas gulungan tikar, tubuh Laras ditarik menindihinya. Sambil mencengkeram bagian belakang kepala laras yang masih terbalut jilbab, ia melumat mulut Laras, yang segera Laras balas dengan bernafsu. ia membuka lebar kedua paha Laras dan langsung menancapkan kemaluannya kedalam memek Laras.

“mmhhhh….” Gadis alim itu hanya bisa mendesah pasrah ketika memeknya kembali ditembus kontol hitam.

Robert yang berada dibelakang membuka belahan pantat Laras dan meludahi lubang anus Laras. Menyadari apa yang akan mereka lakukan menimbulkan getaran birahi yang tak terkendali ditubuh Laras. Sensasi sexual yang luar bisa hebat Laras rasakan saat kontol mereka yang keras mengaduk-aduk rongga memek dan anus Laras. Hentakan-hentakan milik mereka dikedua lubang Laras memberi kenikmatan yang tak terperikan.

Robert yang sudah lelah berlutut meminta merubah posisi, ia mengambil posisi tiduran, tubuh Laras terlentang diatasnya, kontolnya tetap berada didalam anus Laras. Markus langsung membuka lebar-lebar kaki Laras dan menghujamkan kontolnya dikemaluan Laras yang terpampang menganga. Posisi ini membuat Laras semakin menggila, karena bukan hanya kedua lubang Laras yang digarap mereka tapi juga payudara Laras.

Robert dengan mudahnya memagut leher Laras dan satu tangannya meremas buah dadanya, Markus melengkapinya dengan menghisap puting buah dada Laras satunya. Laras sudah tidak mampu lagi menahan deraan kenikmatan demi kenikmatan yang menghantam sekujur tubuh Laras. Hantaman-hantaman Markus yang semakin buas dibarengi sodokan Robert, sungguh tak terperikan rasanya. Hingga akhirnya Laras rasakan sesuatu didalam memek Laras akan meledak, keliaran Laras menjadi-jadi.

“Aaagghh.. ouuhh.. Kuss.. Berthhh….. tekaann” jerit dan erang Laras tak karuan.
Dan tak berapa lama kemudian tubuh Laras serasa melayang, Laras cengram pinggul Markus kuat-kuat, Laras tarik agar batangnya menghujam keras dikemaluannya, seketika semuanya menjadi gelap pekat. Jeritannya, lenguhan dan erangan mereka menjadi satu.

“Aduuhh.. Kuss.. Berthhh….. nikmat sekalii”
“Aaarrghh.. Mbak Laras…r.. enakk bangeett”
Keduanya menekan dalam-dalam milik mereka, cairan hangat menyembur hampir bersamaan dikedua lubang Laras. Tubuh gadis alim itu bergetar keras didera kenikmatan yang amat sangat dahsyat, tubuh Laras mengejang berbarengan dengan hentakan-hentakan dimemek Laras dan akhirnya mereka.. terkulai lemas.

Sepanjang malam tak henti-hentinya mereka menggilir Laras. Ketika kemudian william dan jannah kembali, mereka melakukan pesta seks. Pesta seks dengan peserta tiga orang hitam dari bagian timur indonesia yang memperkosa dan menggilir dua orang gadis berjilbab yang berkulit putih, yang terus mendesah, mengerang dan menjerit, terhanyut dalam kenikmatan. Desahan dan jeritan kenikmatan mereka mengisi hutan. pesta seks dengan dua orang gadis alim berjilbab besar itu selesai pagi hari, dan ketiga koboy kampus itu mengembalikan kedua gadis alim kampus yang sudah sangat lemas itu kekost mereka masing2.

Suatu hari, nampak Laras sedang duduk ruang tamu rumah kostnya. Sebenarnya, rumah itu bukanlah rumah kost, namun sebuah rumah kontrakan dengan satu ruang depan, ruang tamu dan tiga kamar. Rumah kontrakan itu disewa oleh Laras dan dua orang rekannya, Rika dan Tata. Sama seperti Laras, Rika dan Tata juga mahasiswi yang selalu memakai jilbab lebar dan baju longgar, yang juga aktifis di kampus. namun berbeda dengan Laras, Rika dan Tata adalah mahasiswi baru yang baru menginjak semester 2.

Hari itu, laras sedang sendirian di kontrakan. Tata sedang pulang kampung di Temanggung karena urusan keluarga, sementara Rika belum pulang dari kampus. Suasana rumah yang sepi membuat Laras mengingat kembali peristiwa yang menimpanya beberapa hari yang lalu, yaitu perkosaan yang terjadi padanya. Ia tidak menceritakan peristiwa itu pada teman2nya, satu karena ia takut, satu lagi karena ia malu kalau ketahuan bahwa ia juga menikmati perkosaan itu. Bahkan, saat rumah dalam keadaan sepi seperti sore itu, perasaan birahi dan rindu memeknya disodok kontol-kontol besar kembali datang. Ternyata tanpa Laras sadari, ia telah ketagihan seks. Namun Laras berusaha mengusir perasaan itu dengan menonton tivi diruang tengah.

Ditengah2 menonton tivi, tiba2 gadis alim itu mendengar pintu diketuk. Pasti bukan Rika, karena Rika membawa kunci cadangan. Segera Laras memakai jilbabnya dan keruang depan untuk membuka pintu.

“selamat sore Mbak Laras…” william berdiri didepan pintu dengan senyum yang lebar. “mau apa kamu?!” bentak Laras. “cuman mau main mbak… masak nggak boleh. Gak usah galak-galak gitu donk.” Kata William.

Laras sudah hendak membanting pintu, namun langsung ditahan oleh William.
“aku punya fotomu ho mbak, masak mau temen2 dikampus tahu semua…” kata William.
Laras langsung pucat pasi. Tubuhnya gemetar karena marah. Namun ia menyerah. Akhirnya gadis alim berjilbab itu pelan2 membuka pintu, lalu William masuk.

“lagi ngapa mbak?” tanya william setelah duduk disofa diruang depan. Laras tidak menyaut, namun hanya berdiri.

“mau apa kamu kesini?” tanya Laras ketus, meskipun terbersit ingatan tentang memeknya yang disodok2 William dan teman2nya.

“ya cuman main, mbak. Kali aja mbak rindu sama saya. Or sama kontol besar saya.” Kata William, menyeringai sambil meremas2 selangkangannya sendiri.

Laras melotot. Gadis alim berjilbab itu marah, namun memeknya terasa basah tanpa ia bisa menghambatnya.

“Sendirian mbak? Teman2nya pada dimana?” tanya laki-laki dari ambon itu.
“pergi.” Kata Laras pendek.

William tersenyum lebar. “marah ya mbak, saya lama gak kesini? Memeknya rindu disodok2 kontol saya yah? Wah, saya jadi kepingin nih. Mbak tambah cantik aja kayaknya.” Kata William. Laras hanya bis amemandang marah tanpa bisa berkata apa-apa. Terasa memeknya semakin basah. Kata-kata kotor William merangsangnya.

“sebelumnya boleh saya minta minum mbak?” kata William masih sambil menyeringai.

Laras kembali memandang William dengan tatapan marah. Namun mahasiswi aktifis berjilbab itu akhirnya beranjak kedalam, mengambilkan minum bagi tamunya.

Ketika sudah didalam, ia baru sadar kalau william ikut masuk kedalam. Ketika gadis montok berjilbab itu berbalik, ia melihat william ada dibelakangnya. “saya pengen minum susu mbak. Susunya mbak. Enak dikenyot-kenyot.” Kata william lagi.

“Jangan ngelunjak Will… Sana cepet keluar!” hardik Laras dengan telunjuk mengarah ke pintu.
Bukannya menuruti perintah Laras, William malah melangkah mendekati Laras, tatapan mata William tajam seolah menembus baju ungu kaos longgar ungu muda, rok hitam dan jilbab lebar hitam yang dipakai oleh gadis lugu montok yang alim itu.

“William… Saya bilang keluar… Jangan maksa!” bentak Laras lagi.

“Ayolah Mbak Laras, cuma sebentar saja kok… Aku sudah kebelet nih, lagian masa Mbak Laras nggak kepingin sih, disodok2 kontol saya. Dulu itu mbak keenakan.” ucap William sambil terus mendekat.

Wajah Laras merah padam. Memeknya terasa semakin basah. Namun gadis berjilbab itu terus mundur selangkah demi selangkah menghindari William, jantung Laras semakin berdebar-debar. Perasaanya campur aduk, antara tidak mau diperkosa lagi, tapi juga sulit menahan nafsu.

Akhirnya kaki gadis alim itu tersandung oleh tepi kasur busa yang berada didepan tivi diruang tengah, Laras hingga Laras jatuh terduduk di sana. Kesempatan ini tidak disia-siakan William. Lelaki Ambon itu langsung menerkam dan menindih tubuh Laras. Gadis alim berwajah cantik itu menjerit tertahan dan meronta-ronta dalam himpitan William.

 Namun sepertinya reaksi Laras malah membuat William semakin bernafsu, William tertawa-tawa sambil menggerayangi tubuh Laras. Laras menggeleng-gelengkan kepala Laras yang terbungkus jilbab lebar hitam kesana kemari saat William hendak mencium Laras dan menggunakan tangan putihnya untuk menahan laju wajah William.
“Mmhh… Jangan Will… Laras nggak mau!” mohon gadis manis berjilbab itu.

Aneh memang, sebenarnya Laras bisa saja berteriak minta tolong, tapi tidak Laras lakukan. Nafsu birahinya menahan gadis cantik berjilbab berwajah putih bersih itu untuk berteriak, ia hanya bisa merintih dan mengerang. Breettt… rok hitam Laras robek sedikit di bagian bawah dalam pergumulan yang tidak seimbang itu. William telah berhasil memegangi kedua lengan Laras dan direntangkannya ke atas kepala Laras.

Gadis alim itu sudah benar-benar terkunci, hanya bisa menggelengkan kepalanya yang masih terbungkus jilbab hitam, itupun dengan mudah diatasi William. Bibir William yang tebal itu sekarang menempel di bibir Laras. Gadis manis alm berjilbab itu bisa merasakan kumis pendek yang kasar menggesek sekitar bibir Laras juga deru nafas William pada wajah Laras.

Kecapaian dan kalah tenaga membuat rontaan Laras melemah, mau tidak mau mahasiswi aktifis rohis dikampusnya itu harus mengikuti nafsunya. William merangsang Laras dengan mengulum bibir Laras, mata Laras terpejam, mengakui bahwa gadis montok alim itu menikmati cumbuan William. Lidah William terus mendorong-dorong memaksa ingin masuk ke mulut Laras. Mulut Laras pun pelan-pelan mulai terbuka membiarkan lidah William masuk dan bermain di dalamnya.

Lidah Laras secara refleks beradu karena William selalu menyentil-nyentil lidah Laras seakan mengajaknya ikut menari. Suara desahan tertahan, deru nafas dan kecipak ludah terdengar jelas didalam ruangan berukuran 3X3 meter, disebuah kontrakan para gadis berjilbab itu.

Mata Laras yang terpejam terbuka ketika gadis alim itu merasakan tangan kasar William mengelusi paha mulusnya, dan terus mengelus menuju pangkal paha. Jari William menekan-nekan liang vagina Laras dan mengusap-ngusap belahan bibirnya dari luar. Birahi Laras naik dengan cepatnya, terpancar dari nafas gadis manis berjilbab itu yang makin tak teratur dan vagina Laras yang semakin becek.

Tangan William sudah menyingkap rok panjang hitam gadis alim itu, lalu menyusup ke balik celana dalam. Jari-jari William mengusap-usap permukaannya dan menemukan klitoris Laras. Benda seperti kacang itu dipencet-pencet dan digesekkan dengan jari William membuat Laras menggelinjang dan merem-melek menahan geli bercampur nikmat. Tangan gadis berjilbab itu sudah tidak berontak, namun merentang keatas kepala, meremas-remas kasur busa. Terlebih lagi ketika jari-jari lain William menyusup dan menyetuh dinding-dinding dalam liang aktifis dakwah kampus itu.

“Ooohhh… Mbak Laras Laras jadi tambah cantik saja kalau lagi konak gini!” ucap William sambil menatapi wajah Laras yang merona merah dengan matanya yang sayu karena sudah terangsang berat.
Lalu William tarik keluar tangannya dari celana dalam Laras. Jari-jarinya belepotan cairan bening dari vagina Laras.

“Mbak Laras cepet banget basahnya, ya. Lihat nih becek gini,” kata William memperlihatkan jarinya yang basah di depan wajah Laras yang lalu dijilatinya.

Kemudian dengan tangan yang satunya William sibakkan jilbab dan kaos longgar Laras sehingga payudara Laras yang memakai bra terbuka. Segera pula bra itu terlepas, dan teronggok dipinggir ruangan, membuat ppayudara putih sekal gadis manis alim itu terlihat jelas. Mata William melotot mengamat-ngamati dan mengelus payudara Laras yang berukuran 34B, dengan puting kemerahan serta kulitnya yang putih mulus.

“Nnngghhh… Will” desah Laras dengan mendongak ke belakang merasakan mulut William memagut payudara yang menggemaskan milik gadis alim itu.

Mulut William menjilat, mengisap, dan menggigit pelan putingnya. Sesekali Laras bergidik keenakan kalau kumis pendek William menggesek puting Laras yang sensitif. Tangan lain William turut bekerja pada payudara Laras yang sebelah dengan melakukan pijatan atau memainkan putingnya sehingga gadis cantik berjilbab lebar itu merasakan kedua benda sensitif itu semakin mengeras. Yang bisa Laras lakukan hanya mendesah dan merintih. Tangan putih mulusnya tak bisa berhenti meremasi kasur busa.

Puas menyusu dari Laras, mulut William perlahan-lahan turun mencium dan menjilati perut Laras yang rata dan terus berlanjut makin ke bawah sambil tangannya menyibakkan rok hitam gadis alim itu kepangkal paha, lalu menurunkan celana dalamnya. Sambil memeloroti William mengelusi paha putih mulus gadis montok berjilbab itu. CD itu akhirnya lepas melalui kaki kanan Laras yang William angkat, setelah itu William mengulum sejenak jempol kaki Laras dan juga menjilati kaki Laras.

Darah Laras semakin bergolak oleh permainan William yang erotis itu. Selanjutnya William mengangkat kedua kaki Laras ke bahunya, badan gadis berjilbab itu setengah terangkat dengan selangkangan menghadap ke atas. Bajunya sudah awut2an, namun jilbabnya masih tetap saja terpasang.

Laras pasrah saja mengikuti posisi yang William inginkan karena dorongan nafsu Laras ingin menuntaskan birahi Laras ini. Tanpa membuang waktu lagi William melumat kemaluan Laras dengan rakusnya. Lidah William menyapu seluruh pelosok vagina Laras dari bibirnya, klitorisnya, hingga ke dinding di dalamnya, anus mahasiswi alim montok itu pun tidak luput dari jilatan William. Lidah William disentil-sentilkan pada klitoris Laras memberikan sensasi yang luar biasa pada daerah itu. Laras benar-benar tak terkontrol dibuatnya, mata Laras merem-melek dan berkunang-kunang, syaraf-syaraf vagina Laras mengirimkan rangsangan ini ke seluruh tubuh yang membuat Laras serasa menggigil.

“Ah… Aahh… Will… Nngghh… Terus!” erang Laras lebih panjang di puncak kenikmatan, gadis alim itu meremasi payudaraya sendiri sebagai ekspresi rasa nikmat.

William terus menyedot cairan yang keluar dari memek gadis alim berjilbab lebar itu dengan lahapnya. Tubuh Laras jadi bergetar seperti mau meledak. Kedua belah paha Laras semakin erat mengapit kepala William. Setelah puas menyantap hidangan pembuka berupa cairan cinta Laras, barulah William turunkan kaki Laras. Laras sempat beristirahat dengan menunggu William membuka baju, tapi itu tidak lama. Setelah William membuka baju, William langsung beraksi.

William dengan paksa melepaskan rok hitam Laras, lalu membentangkan kedua paha Laras dan mengambil posisi berlutut di antaranya.

Bibir vagina Laras jadi ikut terbuka memancarkan warna merah merekah diantara bulu-bulu hitamnya, siap untuk menyambut yang akan memasukinya. Namun William tidak langsung mencoblosnya, terlebih dulu William gesek-gesekkan penisnya yang besar itu pada bibirnya untuk memancing birahi gadis alim bertubuh putih mulus itu agar naik lagi. Karena sudah tidak sabar ingin segera dicoblos, secara refleks Laras meraih batang itu, keras sekali benda itu waktu Laras genggam, panjang dan berurat lagi.

“Aaakkhh…!” erang Laras lirih sambil mengepalkan tangan erat-erat saat penis William melesak masuk ke dalam memek becek gads berjilbab yang montok itu.

“Aauuuhhh…!” Laras menjerit lebih keras dengan tubuh berkelejotan karena hentakan keras William hingga penis itu tertancap seluruhnya pada vagina Laras.

Dengan gerakan perlahan William menarik penisnya lalu ditekan ke dalam lagi seakan ingin menikmati dulu gesekan-gesekan pada himpitan lorong sempit yang bergerinjal-gerinjal itu. Gadis alim itu ikut menggoyangkan pinggul dan memainkan otot vaginanya mengimbangi sodokan William. Respon mahasiswi aktifis yang biasanya selalu menjaga pergaulannya itu membuat William semakin menggila, penisnya semakin lama menyodok semakin kasar saja. Kedua gunung Laras jadi ikut terguncang-guncang dengan kencang.

Laras merasakan selama menggenjot memeknya, otot-otot tubuh William mengeras, tubuhnya yang hitam kekar bercucuran keringat, sungguh macho sekali, pria sejati yang memberi Laras kenikmatan sejati. Suara desahan dan rintihan gadis montok berjilbab lebar itu bercampur baur dengan erangan jantan William dan derit ranjang. Butir-butir keringat nampak di sejukur tubuh Laras seperti embun, sampai kaosnya yang tersingkap juga jilbabnya basah oleh keringat.

“Uugghh… Mbak Laras Laras… Sayang… memek kamu emang enaakk… Oohh… Mbak Laras cewek paling cantik yang pernah Aku entotin,memek kamu juga tebel dan keset..” William memgumam tak karuan di tengah aktivitasnya.

Dia menurunkan tubuhnya hingga menindih Laras, Laras sambut dengan pelukan erat, kedua tungkai Laras Laras lingkarkan di pinggang William. William mendekatkan mulutnya bibir tipis yang indah milik Laras dan memagutnya. Sementara di bawah sana penis William makin gencar mengaduk-aduk vagina Laras, diselingi gerakan berputar yang membuat memek gadis alim montok itu terasa diaduk-aduk. Tubuh mereka sudah berlumuran keringat yang saling bercampur, Laras pun semakin erat memeluk William. Laras merintih makin tak karuan menyambut klimaks yang sudah mendekat bagaikan ombak besar yang akan menghantam pesisir pantai.

Namun begitu sudah di ambang klimaks, William menurunkan frekuensi genjotannya. Tanpa melepaskan penisnya, William bangkit mendudukkan dirinya, maka otomatis Laras sekarang diatas pangkuan William. Dengan posisi ini penis William menancap lebih dalam pada vagina Laras, semakin terasa pula otot dan uratnya yang seperti akar beringin itu menggesek dinding kemaluan Laras. Kembali gadis aktifis masjid di kampusnya itu menggoyangkan badannya, kini dengan gerakan naik-turun. Rintihannya semakin keras. William merem-melek keenakan dengan perlakuan Laras.

Mulut William sibuk melumat payudara Laras kiri dan kanan secara bergantian membuat kedua benda itu penuh bekas gigitan dan air liur. Tangan William terus menjelajahi lekuk-lekuk tubuh Laras, mengelusi punggung, pantat, dan paha. Jilbab yang Laras kenakan semakin menaikkan birahi William.

Tak lama kemudian Laras kembali mendekati orgasme, maka gadis berjilbab lebar itu mempercepat goyangannya dan mempererat pelukannya. Hingga akhirnya mencapai suatu titik dimana tubuh Laras mengejang, detak jantung mengencang, dan pandangan agak kabur lalu disusul erangan panjang serta melelehnya cairan hangat dari vagina Laras. Saat itu William gigit puting Laras dengan cukup keras sehingga gelinjang gadis manis yang alim itu makin tak karuan oleh rasa perih bercampur nikmat.
Ketika gelombang itu berangsur-angsur berlalu, goyangan Laras pun makin mereda, tubuh gadis berjilbab lebar itu seperti mati rasa dan roboh ke belakang tapi ditopang dengan lengan William yang kokoh.

Dia membiarkan Laras berbaring mengumpulkan tenaga sebentar. Diambilnya tempat minum di atas meja kecil sebelah ranjang Laras dan disodorkan ke mulut Laras. Beberapa teguk air membuat Laras lebih enakan dan tenaga Laras mulai pulih berangsur-angsur.

Tak lama kemudian Laras kembali mendekati orgasme, maka gadis berjilbab lebar itu mempercepat goyangannya dan mempererat pelukannya. Hingga akhirnya mencapai suatu titik dimana tubuh Laras mengejang, detak jantung mengencang, dan pandangan agak kabur lalu disusul erangan panjang serta melelehnya cairan hangat dari vagina Laras. Saat itu William gigit puting Laras dengan cukup keras sehingga gelinjang gadis manis yang alim itu makin tak karuan oleh rasa perih bercampur nikmat.
Ketika gelombang itu berangsur-angsur berlalu, goyangan Laras pun makin mereda, tubuh gadis berjilbab lebar itu seperti mati rasa dan roboh ke belakang tapi ditopang dengan lengan William yang kokoh.

Dia membiarkan Laras berbaring mengumpulkan tenaga sebentar. Diambilnya tempat minum di atas meja kecil sebelah ranjang Laras dan disodorkan ke mulut Laras. Beberapa teguk air membuat Laras lebih enakan dan tenaga Laras mulai pulih berangsur-angsur.

Tiba-tiba, terdengar suara motor yang masuk kehalaman rmah kontrakan itu. “itu Rika!” Kata Laras yang langsung tergesa-gesa merapikan bajunya dan mengenakan roknya. Segera mereka berdua kembali keruang depan, duduk disofa berpura-pura tidak ada apa2.

“Assalamu alaikum…” Beberapa saat kemudian, Rika masuk. Laras dan William menjawabnya.
“ada tamu ya mbak?” tanya Rika. Laras hanya mengangguk.

“kenalkan, nama saya William.” Kata William sambil mengulurkan tangannya.
Matanya jelalatan memandang Rika yang cantik dan ramping, yang memakai baju longgar putih, jilbab coklat muda dan rok yang berwarna sama dengan jilbabnya. Wajahnya manis dan putih, dengan bibir yang indah dan tipis. Rika tidak menyambut tangan William, namun langsung mengatupkan tangannya, :kenalkan, nama saya Rika.” Kata Rika. William langsung salah tingkah.
“Mbak aku masuk dulu yah.” Kata Rika.

Laras mengangguk. Kemudian Rika masuk. Tak berapa lama terdengar tivi diruang tengah didepan kasur busa yang tadi dipakai Laras dan William untuk bercinta terdengar dihidupkan. Ternyata Rika menonton tivi.

Beberapa saat, William mendekati Laras yang masih kepayahan.

“Sudah segar lagi kan, Mbak Laras? Kita terusin lagi yuk!” sahut William senyum-senyum sambil mulai menggerayangi tubuh Laras kembali.

“jagan will..ntar Rika tahu..” kata Laras.

“ya kita mainnya disini aja… diem-diem…” kata William sambil terus menggerayangi tubuh Laras.
Tangan nakal William membuat Laras kembali mendesah. Kaki gadis berjilbab itu mulai terbuka. Namun William menginginkan gaya yang berbeda.

Kali ini tubuh Laras dibalikkan dalam posisi menungging telungkup diatas sofa. Kemudian William pelan2 menyibakkan rok hitam Laras, lalu mulai menciumi pantat Laras. Lidah William menelusuri vagina dan anus Laras memberi Laras sensasi geli. Kemudian Laras merasa William meludahi bagian dubur Laras, ya ketika gadis aktifis masjid kampus itu melihat ke belakang William memang sedang membuang ludahnya beberapa kali ke daerah itu, lalu digosok-gosokkan dengan jarinya. William mau main sodomi. Laras sudah lemas dulu membayangkan rasa sakitnya ditusuk kontol sebesar milik William pada daerah situ.

Benar saja yang Laras takutkan, setelah melicinkan daerah itu William bangkit lalu membuka retsleting celana jeansnya, mengeluarkan kontol besarnya, lalu dengan tangan kanan membimbing penisnya dan tangan kiri membuka anus Laras. Gadis alim itu meronta ingin menolak tapi segera dipegangi oleh William. “ssstt..jangan berontak..ntar Rika dengar..” bisik William ditelinga Laras.

“Jangan Will… Jangan disitu, sakit!” bisik Laras memohon, setengah meronta.

“Tenang Mbak Laras, nikmati saja dulu, ntar juga enak kok. Saya gak akan kasar.

Dulu itu mbak juga keenakan khan?” bisik William.nafasnya terasa tersengal2, menahan gejolak birahi.

Gadis ayu berjilbab itu merintih tertahan sambil menggigit sofa menahan rasa perih akibat tusukan benda tumpul pada duburnya, yang lebih sempit dari vaginnya. Air mata Laras meleleh keluar.
“Aduuhh… Sudah Will… Laras nggak tahan,” rintih Laras yang tidak dihiraukannya.
“Uuhh… Sempit banget nih,” William berbisik mengomentari Laras dengan wajah meringis menahan nikmat.

Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya mentok juga penis William. William diamkan sebentar penisnya disana untuk beradaptasi sekalian menikmati jepitannya. Kesempatan ini juga dipakai gadis manis berjilbab itu untuk membiasakan diri dan mengambil nafas.

Laras menjerit kecil saat William mulai menghujamkan penisnya. Secara bertahap sodokan William bertambah kencang dan kasar sehingga tubuh gadis berjilbab itu pun ikut terhentak-hentak. Tangan William meraih kedua payudara Laras dari luar kaos dan jilbabnya dan diremas-remasnya dengan brutal. Keringat dan air mata Laras bercucuran akibat sensasi nikmat di tengah-tengah rasa perih dan ngilu, gadis manis berjilbab itu menangis bukan karena sedih, juga bukan karena benci, tapi karena rasa sakit bercampur nikmat.

Rasa sakit itu Laras rasakan terutama pada dubur dan payudara, Laras mengaduh pelan setiap kali William mengirim hentakan dan remasan keras, namun gadis alim itu juga tidak rela William menyudahinya. Terkadang Laras harus menggigit bibir atau sofa untuk meredam jeritannya agar tidak keluar sampai keruang sebelah, dimana Rika ada disana.

Akhirnya ada sesuatu perasaan nikmat mengaliri tubuh Laras yang Laras ekspresikan dengan desahan panjang, ya Laras mengalami orgasme panjang dengan cara kasar seperti ini, tubuh gadis montok berjilbab itu menegang beberapa saat lamanya hingga akhirnya lemas seperti tak bertulang.

William sendiri menyusul Laras tak lama kemudian, William menggeram dan makin mempercepat genjotannya. Kemudian dengan nafas masih memburu William mencabut penisnya dari Laras dan membalikkan tubuh gadis aktifis kampus berjilbab lebar itu lalu mengarahkan kontolnya kewajah cantk dan putih Laras. Sperma William muncrat, menyemprot dengan derasnya dan berceceran di wajah Laras, menetes sampai membasahi jilbab hitam Laras.

Tubuh Laras tergolek lemas disofa, sementara William duduk terengah-engah dikursi empuk sebelah sofa panjang. Ia barusaja menikmati tubuh seorang gadis alim berjilbab yang biasanya menjaga dirinya. Terlebih lagi, william menikmatinya dikontrakan sang gadis berjilbab itu sendiri, tanpa melepas bajunya, dan ada rekannya sesama gadis berjilbab diruang sebelah.

Sebuah senssi yang membuat gairahnya semakin tinggi dan orgasmenyapun semakin kuat. Pelan2 Laras duduk dan mengambil tissue dimeja, lalu membersihkan wajahnya yang berlumuran sperma, juga jilbabnya. Kemudian dengan pelan ia beranjak masuk kedalam, sepertinya hendak ke kamar mandi. Sementara itu tivi yang ada diruang dalam tidak terdengar lagi suaranya.

Tiba-tiba ditengah kelelahannya, William ingat Rika, rekan Laras sesama gadis berjilbab lebar yang tadi masuk ke dalam. Kembali pikiran bejatnya penasaran,s eperti apa rasa memek sang gadis yang terlihat lugu tadi. Setelah tenaganya sedikit terkumpul, ia kembali masuk ke ruang tengah.

Diruang tengah, ia menjumpai ruangan itu kosong, dan televisi yang tadi menyala telah mati. Segera ia melirik ke dua kamar di debelah ruang tengah. Dikamar yang satu, lewat pintu yangs edikit terbuka ia melihat Larasl, berbaring menelungkup dikasur. Wajahnya terbenam dalam bantal, dengan jilbab, baju longgar dan rok panjang yang masih ia pakai. Nampaknya gadis alim montok itu menangis. William tidak peduli. Langsung ia berpaling ke pintu satunya, yang tertutup. Segera ia berjongkok untuk mengintip dari lubang kunci, dan ketika ia mengintip, terkejutlah ia teramat sangat.

Birahi yang tadi telah lepas, kini kembali datang. Ia melihat Rika, gadis alim berjilbab yang wajahnya terlihat lugu itu tidur terlentang. Baju, jilbab, kaus kaki putih dan roknya masih ia pakai, namun roknya sudah tersingkap keatas, memperlihatkan pahanya yang putih mulus. Keterkejutan William ialah karena Rika, sang gadis cantik berjilbab itu sedang menyusupkan tangannya ke balik celana dalamnya dan meraba-raba memeknya sendiri.

Sesaat kemudian Rika melepaskan celana dalam putih berendanya, membuat William semakin terkesima melihat bentuk memek Rika yang indah, dihiasi bulu-bulu tipis. William merasakan nafsu birahi kembali bangkit, batang kemaluannya kembali mengeras. William terus mengintip. Tangannya turun ke kontolnya yang etrtutup celana jeans, dan mengelus2nya.

Detik-detik selanjutnya, gadis berjilbab itu kembali melanjutkan aktivitasnya. Tangannya meraba-raba bibir memeknya yang merah merekah, sambil mulutnya tak berhenti mendesah.

Pemandangan selanjutnya semakin membuat perasaan William tak karuan. Dimana, Rika mencucuk-cucuk memeknya sendiri dengan irama yang semakin lama semakin cepat. Namun melihat sang gadis ayu berjilbab itu masturbasi tanpa melepas jilbab dan bajunya tetap membuat William semakin birahi.

“Akkhh.. oohh.. oughhtt.. ouhh.. akhh..” desahan dan rintihan yang keluar dari mulut Rika semakin keras, sampai suatu saat William melihat tubuh gadis alim itu terhentak-hentak, pantatnya terangkat dan tubuhnya mengejang beberapa saat untuk kemudian terkulai lemas dan tertidur.

Rupanya Rika sudah mencapai orgasme, pikir William dalam hati.

William yang sedari tadi mengintip tak dapat lagi membendung nafsu birahinya yang kembali datang.s egera ia ingat pada Laras.

Dengan segera William masuk kek amar Laras, dan menindih Laras. Laras yang terkejut tidak mampu berbuat apa-apa.

“wil… udahhh…ampuuunnn… jangaaann… aku capeeeek…” rintih Laras sambil terisak-isak, namun William tidak peduli.

Segera william bangkit dan menarik pantat gadis montok berjilbab itu kebelakang sehingga posisi Laras sekarang agak menungging. Laras yang sudah lemas tidak mampu berontak, kecuali hanya terisak dan merintih memohon ampun yang tidak digubris oleh William. Gadis berjilbab itu menjerit tertahan ketika william menyingkap rok panjangnya keatas dan memelorotkan celana dalamnya. Beberapa saat kemudian terasa sebuah benda hangat yang besar kembali menyeruak masuk lubang memeknya. Dengan amat bernafsu setelah melihat Rika, agdis berjilbab rekan Laras masturbasi, William melampiaskan birahinya dengan kembali memperkosa memek Laras. disodoknya memek Laras dari belakang.

“Ohh.. Mbak Laras.. Ooh.. Oohh.. Oohh.. Mbak Laraaashhngg”, William meracau histeris sambil memacu kontolnya menembusi memek gadis alim itu dengan cepat dan bertenaga.
Berkecipak-kecipak suara memek Laras dihajar kontol William yang masih kokoh dan tegang itu. Tangan kekarnya kadang menepuk pantat bahenol dan padat Laras sampai merah kulitnya, gadis alim itu meringis-ringis antara perih dan nikmat yang mulai kembali menjalar dari memeknya keseluruh tubuhnya.

“Aauughh.. Aaugghh.. Eehhmggh..”, Laras mulai bergairah kembali.

Gadis alim itu mulai kembali tenggelam dalam birahi, diperkosa untuk kesekian kalinya dikamar kontrakannya olehs eorang asal indonesia timur. Kepalanya yang masih memakai jilbab ia benamkan kebantal, meredam desahan dan erangan nikmatnya.

Memek Laras berdenyut-denyut menyekap kontol William sehingga dari mulut William mencerocos erang-erangan kenikmatan.

“Emmppoott.. Mbak Laraaashhngghh.. Ennaakk.. Bbanngeet.. Adduuhh.. Heehghh..”, semakin liar sodokan William, sampai pantat Laras merah-merah karena hantaman-hantaman paha William.
Kontol diayun untuk menyodok sedalam-dalamnya. Keduanya tercerai dari kesadaran kembali. Erangan dan ceracau terlontar di luar kendali akal. Kemudian dengan kasar Laras ditelentangkan dan diangkat satu kakinya yang kanan dan dipegangi. Lurus ke atas. William mendekatkan kontolnya kembali, dengan tubuh tegak sejajar kaki kanan Laras, William memajukan dan menghujamkan kontolnya lalu mulai mengayuh kembali. Laras sang gadis berjilbab itu memejamkan matanya rapat0rapat. Bibirnya ia gigit, seolah menahan erangan nikmat yang akan keluar. Tidak berhasil, karena masih etrdengar dengusan nafas birahi dan desahannya yang erotis.

Keduanya berpacu kembali, berliter-liter keringat telah membanjir keluar dari tubuh keduanya sampai baju yang masih mereka pakai basah kuyup. Tangan william merambat keatas, meremas kasar tetek Laras sambil terus menggenjot memek gadis alim montok itu dengan ganas. Hunjaman-hunjaman kontolnya kuat dan menyentak, membuat Laras merasakan kenikmatan yang sangat dalam perkosaannya. Matanya hanya membeliak-beliak dengan erangan-erangan yang sudah semakin menghilang.

“Oohggh.. Aaghh.. Eegh.. Eeghh.. Eeghh.. Maauuhh.. Nyampaihh.. Mbak Laraaashhnngghh.”
Laras tidak sempat menanggapi lagi karena dia sudah mencapai orgasmenya. kenikmatan kali ini yang dia rasakan sudah tak terukur. keduanya memekik tertahan, takut ketahuan oleh Nuruk yang tertidur dikamar sebelah.

“Aahh!!”.

Keduanya melengkungkan tubuh masing-masing ingin saling memasuki, William mencoba menembuskan kontolnya sampai ke tempat terdalam milik Laras, gadis alim itu terlihat seolah ingin mencakup seluruh milih William. Keduanya melipat dan saling mengatupkan dirinya dengan kuat-kuat ingin berpadu tak teruraikan.

Setelah beberapa saat menumpahkan spermanya ke memek Laras, William berbaring terlentang disamping Laras, kehabisan tenaga. Isak tangis Laras sudah tak terdengar. Gaids alim itu sepertinya sudah tak punya tenaga lagi juga. Beberapa saat istirahat, William kembali merapikan bajunya, dan beranjak pergi. Tidak lupa ia mengambil gambar Laras yang sedang tertidur dengan bagian bawah terbuka lebar. William tahu itu berguna suatu saat nanti.

Namun ia sekarang sudah puny target baru. Sang gadis alim yang berwajah lugu dan cantik, namun ternyata maniak masturbasi, Rika. Segera ia melenggang keluar kjontrakan gadis-gadis berjilbab itu dengan langkah ringan karena mendapat mangsa baru. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015