Sabtu, 21 November 2015

Cerita Sex: Melda Sayang | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015 – Cerita Sex: Melda Sayang – Aku kost di daerah Senayan, kamarku bersebelahan dengan kamar seorang gadis manis yang masih kecil, tubuhnya mungil, putih bersih dan senyumnya benar-benar mempesona. Dalam kamar kostku terdapat beberapa lubang angin sebagai ventilasi. Mulanya lubang itu kututup dengan kertas putih…, tapi setelah gadis manis itu kost di sebelah kamarku, maka kertas putih itu aku lepas, sehingga aku dapat bebas dan jelas melihat apa yang terjadi pada kamar di sebelahku itu.



Pada suatu malam aku mendengar suara pintu di sebelah kamar kostku dibuka, lalu aku seperti biasanya naik ke atas meja untuk mengintip. Ternyata gadis itu baru pulang dari sekolahnya…, tapi kok sampai larut malam begini tanyaku dalam hati. Gadis manis itu yang belakangan namanya kuketahui yaitu Melda, menaruh tasnya lalu mencopot sepatunya kemudian mengambil segelas air putih dan meminumnya…, akhirnya dia duduk di kursi sambil mengangkat kakinya menghadap pada lubang angin tempat aku mengintip. Melda sama sekali tidak bisa melihat ke arahku karena lampu kamarku telah kumatikan sehingga malah aku yang dapat leluasa melihat ke dalam kamarnya.

Cerita Sex | Pada posisi kakinya yang diangkat di atas kursi, terlihat jelas celana dalamnya dengan gundukan kecil di tengahnya…, lalu saja tiba-tiba penisku yang berada dalam celanaku otomatis mulai ereksi. Mataku mulai melotot melihat keindahan yang tiada duanya, apalagi ketika Melda lalu bangkit dari kursi dan mulai melepaskan baju dan rok sekolahnya sehingga kini tinggal BH dan celana dalamnya.

Sebentar dia bercermin memperhatikan tubuhnya yang ramping putih bersih dan tangannya mulai meluncur pada payudaranya yang ternyata masih kecil juga. Diusapnya payudaranya dengan lembut. Dipuntirnya pelan puting susunya sambil memejamkan mata, rupanya dia mulai merasakan nikmat, lalu tangan satunya meluncur ke bawah, ke celana dalamnya digosoknya dengan pelan, tangannya mulai masuk ke celananya dan bermain lama.

Aku bergetar lemas melihatnya, sedangkan penisku sudah sangat tegang sekali. Lalu kulihat Melda mulai melepaskan celana dalamnya dan…, Wouuuwww, belum ada bulunya sama sekali, sebuah vagina yang menggunduk seperti gunung kecil yang tak berbulu. Ohh, begitu indah, begitu mempesona. Lalu kulihat Melda naik ke tempat tidur, menelungkup dan menggoyangkan pantatnya ibarat sedang bersetubuh.

Melda menggoyang pantatnya ke kiri, ke kanan…, naik dan turun…, rupanya sedang mencari kenikmatan yang ingin sekali dia rasakan, tapi sampai lama Melda bergoyang rupanya kenikmatan itu belum dicapainya, Lalu dia bangkit dan menuju kursi dan ditempelkannya vaginanya pada ujung kursi sambil digoyang dan ditekan maju mundur. Kasihan Melda…, rupanya dia sedang terangsang berat…., suara nafasnya yang ditahan menggambarkan dia sedang berusaha meraih dan mencari kenikmatan surga, Namun belum juga selesai, Melda kemudian mengambil spidol…, dibasahi dengan ludahnya lalu pelan-pelan spidol itu dimasukan ke lubang vaginanya, begitu spidol itu masuk sekitar satu atau dua centi matanya mulai merem melek dan erangan nafasnya makin memburu,
“Ahh…, ahh”, Lalu dicopotnya spidol itu dari vaginanya, sekarang jari tengahnya mulai juga dicolokkan ke dalam vaginanya…, pertama…, jari itu masuk sebatas kukunya kemudian dia dorong lagi jarinya untuk masuk lebih dalam yaitu setengahnya, dia melenguh, “Oohh…, ohh…, ahh”, tapi heran aku jadinya, jari tengahnya dicabut lagi dari vaginanya, kurang nikmat rupanya…, lalu dia melihat sekeliling mencari sesuatu…, aku yang menyaksikan semua itu betul-betul sudah tidak tahan lagi.

Penisku sudah sangat mengeras dan tegang luar biasa, lalu kubuka celana dalamku dan sekarang penisku bebas bangun lebih gagah, lebih besar lagi ereksinya melihat vagina si Melda yang sedang terangsang itu. Lalu aku mengintip lagi dan sekarang Melda rupanya sedang menempelkan vaginanya yang bahenol itu pada ujung meja belajarnya. Kini gerakannya maju mundur sambil menekannya dengan kuat, lama dia berbuat seperti itu…, dan tiba-tiba dia melenguh,
“Ahh…, ahh…, ahh”, rupanya dia telah mencapai kenikmatan yang dicari-carinya.

Setelah selesai, dia lalu berbaring di tempat tidurnya dengan nafas yang tersengal-sengal. Kini posisinya tepat berada di depan pandanganku. Kulihat vaginanya yang berubah warna menjadi agak kemerah-merahan karena digesek terus dengan ujung kursi dan meja. Terlihat jelas vaginanya yang menggembung kecil ibarat kue apem yang ingin rasanya kutelan, kulumat habis…, dan tanpa terasa tanganku mulai menekan biji penisku dan kukocok penisku yang sedang dalamn posisi “ON”.

Kuambil sedikit krim pembersih muka dan kuoleskan pada kepala penisku, lalu kukocok terus, kukocok naik turun dan, “Akhh”, aku mengeluh pendek ketika air maniku muncrat ke tembok sambil mataku tetap menatap pada vagina Melda yang masih telentang di tempat tidurnya. Nikmat sekali rasanya onani sambil menyaksikan Melda yang masih berbaring telanjang bulat. Kuintip lagi pada lubang angin, dan rupanya dia ketiduran, mungkin capai dan lelah.

Esok harinya aku bangun kesiangan, lalu aku mandi dan buru-buru berangkat ke kantor. Di kantor seperti biasa banyak kerjaan menumpuk dan rasanya sampai jam sembilan malam aku baru selesai. Meja kubereskan, komputer kumatikan dan aku pulang naik taksi dan sekitar jam sepuluh aku sampai ke tempat kostku.

Setelah makan malam tadi di jalanan, aku masih membuka kulkas dan meminum bir dingin yang tinggal dua botol. Aku duduk dan menyalakan TV, ku-stel volumenya cukup pelan. Aku memang orang yang tidak suka berisik, dalam bicarapun aku senang suara yang pelan, kalau ada wanita di kantorku yang bersuara keras, aku langsung menghindar, aku tidak suka. Acara TV rupanya tidak ada yang bagus, lalu kuingat kamar sebelahku, Melda…, yang tadi malam telah kusaksikan segalanya yang membuat aku sangat ingin memilikinya
Aku naik ke tempat biasa dan mulai lagi mengintip ke kamar sebelah. Melda yang cantik itu kulihat tengah tidur di kasurnya, kulihat nafasnya yang teratur naik turun menandakan bahwa dia sedang betul-betul tidur pulas.

Tiba-tiba nafsu jahilku timbul, dan segera kuganti celana panjangku dengan celana pendek dan dalam celana pendek itu aku tidak memakai celana dalam lagi, aku sudah nekat, kamar kostku kutinggalkan dan aku pura-pura duduk di luar kamar sambil merokok sebatang ji sam su. Setelah kulihat situasinya aman dan tidak ada lagi orang, ternyata pintunya tidak di kunci, mungkin dia lupa atau juga memang sudah ngantuk sekali, jadi dia tidak memikirkan lagi tentang kunci pintu.

Dengan berjingkat, aku masuk ke kamarnya dan pintu langsung kukunci pelan dari dalam, kuhampiri tempat tidurnya, lalu aku duduk di tempat tidurnya memandangi wajahnya yang mungil dan,
“Alaamaak”, Melda memakai daster yang tipis, daster yang tembus pandang sehingga celana dalamnya yang sekarang berwarna merah muda sangat jelas terbayang di hadapanku.

“Ohh…, glekk”, aku menelan ludah sendiri dan repotnya, penisku langsung tegang sempurna sehingga keluar dari celana pendekku.

Kulihat wajahnya, matanya, alisnya yang tebal, dan hidungnya yang mancung agak sedikit menekuk tanda bahwa gadis ini mempunyai nafsu besar dalam sex, itu memang rahasia lelaki bagi yang tahu. Ingin rasanya aku langsung menubruk dan mejebloskan penisku ke dalam vaginanya, tapi aku tidak mau ceroboh seperti itu.

Setelah aku yakin bahwa Melda benar-benar sudah pulas, pelan-pelan kubuka tali dasternya, dan terbukalah, lalu aku sampirkan ke samping. Kini kulihat pahanya yang putih kecil dan padat itu. Sungguh suatu pemandangan yang sangat menakjubkan, apalagi celana dalamnya yang mini membuat gundukan kecil ibarat gunung merapi yang masih ditutupi oleh awan membuat penisku mengejat-ngejat dan mengangguk-ngangguk.

Pelan-pelan tanganku kutempelkan pada vaginanya yang masih tertutup itu, aku diam sebentar takut kalau kalau Melda bangun, aku bisa kena malu, tapi rupanya Melda benar-benar tertidur pulas, lalu aku mulai menyibak celana dalamnya dan melihat vaginanya yang mungil, lucu, menggembung, ibarat kue apem yang ujungnya ditempeli sebuah kacang.

“Huaa”, aku merinding dan gemetar, kumainkan jariku pada pinggiran vaginanya, kuputar terus, kugesek pelan, sekali-sekali kumasukkan jariku pada lubang kecil yang betul-betul indah, bulunyapun masih tipis dan lembut. Penisku rasanya makin ereksi berat, aku mendesah lembut.
Ahh, indahnya kau Melda, betapa kuingin memilikimu, aku menyayangimu, cintaku langsung hanya untukmu. Oh, aku terperanjat sebentar ketika Melda bergerak, rupanya dia menggerakkan tangannya sebentar tanpa sadar, karena aku mendengar nafasnya yang teratur berarti dia sedang tidur pulas.
Lalu dengan nekatnya kuturunkan celana dalamnya perlahan tanpa bunyi, pelan, pelan, dan lepaslah celana dalam dari tempatnya, kemudian kulepas dari kakinya sehingga kini melda benar-benar telanjang bulat.

Luar biasa, indah sekali bentuknya, dari kaki sampai wajahnya kutatap tak berkedip. Payudaranya yang masih berupa puting itu sangat indah sekali. Akh, sangat luar biasa, pelan-pelan kutempelkan wajahku pada vaginanya yang merekah bak bunga mawar, kuhirup aroma wanginya yang khas. Oh, aku benar-benar tidak tahan, lalu lidahku kumainkan di sekitar vaginanya.

Aku memang terkenal sebagai si pandai lidah, karena setiap wanita yang sudah pernah kena lidahku atau jilatanku pasti akan ketagihan, aku memang jago memainkan lidah, maka aku praktekan pada vagina si Melda ini. Lereng gunung vaginanya kusapu dengan lidahku, kuayun lidahku pada pinggiran lalu sekali-kali sengaja kusenggol clitorisnya yang indah itu.

Kemudian gua kecil itu kucolok lembut dengan lidahku yang sengaja kuulur panjang, aku usap terus, aku colok terus, kujelajahi gua indahnya sehingga lama-kelamaan gua itu mulai basah, lembab dan berair. Oh, nikmatnya air itu, aroma yang khas membuatku terkejet-kejet, penisku sudah tidak sabar lagi, tapi aku masih takut kalau kalau Melda terbangun bisa runyam nanti, tapi desakan kuat pada penisku sudah sangat besar sekali. Nafasku benar-benar tidak karuan, tapi kulihat Melda masih tetap saja pulas tidurnya.

Akupun lebih bersemangat lagi, sekarang semua kemampuan lidahku kupraktekan saat ini juga, luar biasa memang, vagina yang mungil, vagina yang indah, vagina yang sudah basah. Rasanya seperti sudah siap menanti tibanya senjataku yang sudah berontak untuk menerobos gua indah misterius yang ditumbuhi rumput tipis milik Melda, namun kutahan sebentar, karena lidahku dan jilatanku masih asyik bermain di sana, masih memberikan kenikmatan yang sangat luar biasa bagi Melda.

Sayang Melda tertidur pulas, andaikata Melda dapat merasakan dalam keadaan sadar pasti sangat luar biasa kenikmatan yang sedang dirasakannya itu, tapi walaupun Melda saat ini sedang tertidur pulas secara psycho seks yang berjalan secara alami dan biologis,…nikmat yang amat sangat itu pasti terbawa dalam mimpinya, itu pasti dan pasti, walaupun yang dirasakannya sekarang ini hanya sekitar 25%, Buktinya dengan nafasnya yang mulai tersengal dan tidak teratur serta vaginanya yang sudah basah, itu menandakan faktor psycho tsb sudah bekerja dengan baik. Sehingga nikmat yang luar biasa itu masih dapat dirasakan seperempatnya dari keseluruhannya kalau di saat sadar.

Akhirnya Karena kupikir sudah cukup rasanya lidahku bermain di vaginanya, maka pelan-pelan penisku yang memang sudah minta terus sejak tadi kuoles-oleskan dulu sesaat pada ujung vaginanya, lalu pada clitorisnya yang mulai memerah karena nafsu, rasa basah dan hangat pada vaginanya membuat penisku bergerak sendiri otomatis seperti mencari-cari lubang gua dari titik nikmat yang ada di vaginanya. Dan ketika penisku dirasa sudah cukup bermain di daerah istimewanya, maka dengan hati-hati namun pasti penisku kumasukan perlahan-lahan ke dalam vaginanya…, pelan, pelan dan,
“sleeppp…, sleseppp”, kepala penisku yang gundul sudah tidak kelihatan karena batas di kepala penisku sudah masuk ke dalam vagina Melda yang hangat nikmat itu.

Lalu kuperhatikan sebentar wajahnya, Masih!.., dia, Melda masih pulas saja, hanya sesaat saja kadang nafasnya agak sedikit tersendat,
“Ehhss…, ehh…, sss”, seperti orang ngigau.

Lalu kucabut lagi penisku sedikit dan kumasukkan lagi agak lebih dalam kira-kira hampir setengahnya,
“Akhh…, ahh, betapa nikmatnya, betapa enaknya vaginamu Melda, betapa seretnya lubangmu sayang”. Oh, gerakanku terhenti sebentar, kutatap lagi wajahnya yang betul-betul cantik yang mencerminkan sumber seks yang luar biasa dari wajah mata dan hidungnya yang agak menekuk sedikit,.. ohh Melda, betapa sempurnanya tubuhmu, betapa enaknya vaginamu, betapa nikmatnya lubangmu.

Oh, apapun yang terjadi aku akan bertanggung jawab untuk semuanya ini. Aku sangat menyayangimu.

Lalu kembali kutekan agak dalam lagi penisku supaya bisa masuk lebih jauh lagi ke dalam vaginanya,
“Bleeeess…, blesssess”,
“Akhh…, akhh”, sungguh luar biasa, sungguh nikmat sekali vaginanya, belum pernah selama ini ada wanita yang mempunyai vagina seenak dan segurih milik Melda ini.

Ketika kumasukan penisku lebih dalam lagi, kulihat Melda agak tersentak sedikit, mungkin dalam mimpinya dia merasakan kaget dan nikmat juga yang luar biasa dan nikmat yang amat sangat ketika senjataku betul-betul masuk, lagi-lagi dia mengerang, erangan nikmat, erangan sorga yang aku yakin sekali bahwa melda pasti merasakannya walaupun dirasa dalam tidurnya.

Akupun demikian, ketika penisku sudah masuk semua ke dalam vaginanya, kutekan lagi sampai terbenam habis, lalu kuangkat lagi dan kubenamkan lagi sambil kugoyangkan perlahan ke kanan kiri dan ke atas dan bawah, gemetar badanku merasakan nikmat yang sesungguhnya yang diberikan oleh vagina Melda ini, aneh sangat luar biasa, vaginanya sangat menggigit lembut, menghisap pelan serta lembut dan meremas senjataku dengan lembut dan kasih sayang. Benar-benar vagina yang luar biasa. Oh Melda, tak akan kutinggalkan kamu.

Lalu dengan lebih semangat lagi aku mendayung dengan kecepatan yang taktis sambil membuat goyangan dan gerakan yang memang sudah kuciptakan sebagai resep untuk memuaskan melda ini. Akhirnya senjataku kubenamkan habis ke dasar vaginanya yang lembut, habis kutekan penisku dalam-dalam. Aakh, sumur Melda memang bukan main, walaupun lubang vaginanya itu kecil tetapi aneh dapat menampung senjata meriam milikku yang kurasa cukup besar dan panjang, belum lagi dengan urat-urat yang tumbuh di sekitar batang penisku ini, vagina yang luar biasa.

Lama-kelamaan, ketika penisku benar-benar kuhunjamkan habis dalam-dalam pada vaginanya, aku mulai merasakan seperti rasa nikmat yang luar biasa, yang akan muncrat dari lubang perkencinganku.
“Ohh…, ohh”, kupercepat gerakanku naik turun, dan akhirnya muncratlah air maniku di dalam vaginanya yang sempit itu. Aku langsung lemas, dan segera kucabut penisku itu, takut Melda terbangun.

Dan setelah selesai, aku segera merapikan lagi. Celana dalamnya kupakaikan lagi, begitu juga dengan dasternya juga aku kenakan lagi padanya. Sebelum kutinggalkan, aku kecup dulu keningnya sebagai tanda sayang dariku, sayang yang betul-betul timbul dari diriku, dan akhirnya pelan-pelan kamarnya kutinggalkan dan pintunya kututup lagi. Aku masuk lagi ke kamarku, berbaring di tempat tidurku, sambil menerawang, aku menghayati permainan tadi. Oh, sungguh suatu kenikmatan yang tiada taranya. Dan Akupun tertidur dengan pulas.

Keesokan harinya seperti biasa aku bangun pagi, mandi dan siap berangkat ke kantor, namun ketika hendak menutup pintu kamar, tiba-tiba Melda keluar dan tersenyum padaku.

“Mau berangkat Pak?”, tanyanya, aku dengan gugup akhirnya mengiyakan ucapannya, lalu kujawab dengan pertanyaan lagi.

“Kok Melda nggak sekolah?”.

“Nanti Pak, Melda giliran masuk siang”, akupun tersenyum dan Meldapun lalu bergegas ke depan rumah, rupanya mau mencari tukang bubur ayam, perutnya lapar barangkali. Taxi kucegat dan aku langsung berangkat ke kantor. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

Cerita Sex: Antara Cinta dan Sekolah | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015 – Cerita Sex: Antara Cinta dan Sekolah – Saya adalah seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi ternama di jakarta. Pada kesempatan ini, saya ingin membagikan pengalaman saya. Saya berasal dari keluarga yang pas – pasan. Untuk hidup sehari -hari saja susah. Di sekolaHPun saya termasuk murid yang tidak terlalu pintar. Untuk naik kelas aja susah.



Tetapi, aku tetap bersyukur karena walaupun lemah di bidang pelajaran dan ekonomi, tetapi aku masih dikaruniai wajah yang cantik dan body yang sexyi. Dengan ukuran buah dadaku yang 36B dan tinggi 170 cm serta berat 55 kg tak heran banyak pria yang mengejar-ngejarku. Tetapi tak satupun dari mereka yang kuperhatikan, hanya Erick, temanku sejak SD yang bisa menarik hatiku.
Hubunganku dengan Erick pada awalnya hanya sekedar persahabatan saja. Namun lama kelamaan berubah menjadi rasa sayang dan cinta. Kami sudah berpacaran 2 tahun ketika aku masih duduk di bangku kelas 2 SMU. Hubungan kami pun belum terlalu jauh. Baru sampai pada tahap Petting saja. Itupun baru 1 kali kami lakukan. Karena kami takut kalau – kalau sampai keterusan.

Cerita Sex | Erick sangat menghargai wanita dan dia ingin agar keperawananku tetap utuh sampai kita menikah nanti. Mungkin inilah daya tariknya yang tak dimiliki pria lain. Saya juga semakin mencintai Erick. Ini dikuatkan oleh suatu kejadian yang terjadi sewaktu kenaikan kelas saya ke kelas 3. Pada kesempatan ini, saya ingin membagi pengalaman saya tersebut.

Suatu siang selepas pelajaran, saya sudah bersiap – siap pulang bersama Erick yang sudah menungguku di tempat parkir dengan mobil Escudonya. Saya dengan Erick memang tidak sekelas. Dia dimasukkan ke kelas unggulan karena memang otaknya yang bener-bener encer. Namun tiba – tiba, saya dikejutkan oleh suara Pak Yudhi yang memanggilku.

Pak Yudhi adalah guru Matematikaku. Dia termasuk guru yang muda dan tampan yang ada di sekolahku. Dia baru berumur 25 tahun. Hanya berselisih 8 tahun denganku pada saat itu. Selain itu ia juga pintar dalam menarik perhatian murid – muridnya dalam menerangkan pelajaran. Itu sebabnya ia termasuk salah satu guru favorit di sekolah ini. Hubunganku dengan Pak Yudhi pun sudah cukup dekat. Sebab memang dia itu guru yang asik buat dijadikan teman dan juga guru.

“Ada apa, Pak?” sahutku
“San, Apa kamu tahu kalau nilai matematikamu jeblok?” tanyanya
“Iya pak.” jawabku singkat
“Apa kamu gak takut kalo gak naik kelas?” tanyanya dengan mimik heran
“Takut sih, Pak. Tapi mau gimana lagi. Kemampuan saya kan pas – pasan” jawabku dengan cueknya
“Kamu kan bisa belajar yang baik.” Sarannya.

“Saya sih sudah mencoba pak. Tapi tetap saja. Apa bapak bisa membantu agar nilai matematika saya mencukupi agar naik kelas?” Kataku sambil teringat kondisi kedua orangtuaku di rumah yang untuk hidup saja pas – pasan, apalagi mau menanggung biaya sekolahku yang harus bertambah 1 tahun lagi gara-gara gak naik kelas.

“Bisa aja sih, Tapi ada syaratnya.” Katanya sambil memandang nakal padaku
“Apa itu pak? Kalau bisa pasti saya penuhi.” Jawabku dengan antusias
“Kalau kamu mau, kamu datang saja hari minggu nanti ke rumah saya. Ada yang mau saya sampaikan mengenai kenaikan kelasmu.” Katanya serius.

“Kenapa harus ke rumah Bapak? Kenapa tidak di sekolah saja?” Tanyaku heran
“Ya gak apa – apa sih. Cuma kalau di sekolahkan ngomongnya tidak leluasa. Emangnya kamu takut sama Bapak ya? Kamu kan sudah kenal cukup dekat sama bapak.” Katanya sambil tersenyum.
“Bukannya takut, Pak. Tapi bingung aja.” kataku.

“Ya udah. Tapi kamu mau kan?” Tanyanya penuh harap.
“Ya udah deh pak.” Jawabku
Sayapun segera beranjak pergi menuju tempat parkir. Haduh Erick pasti kesel nih nunggu lama. Sayapun langsung menghampiri Erick yang udah nunggu dari tadi di mobil.
“Hai, San.. Kok lama?” Sapa Erick
“Iya niCh, Rick. Tadi dipanggil dulu ama Pak Yudhi.” Jawabku
“Pak Yudhi? Pak Yudhi yang guru Matematika itu?” Tanyanya heran.
“Iya, rick. katanya nilai matematika gue jeblok nih. Gue terancam gak naik kelas.” Keluhku.
“Waduh, San. Kalau lu gak naik kelas, lu jadi adik kelas gua dong.” Goda Erick.
“Ye.. Jangan harap ya! Tapi gua kasihan nih ama keluarga gua kalau gua ampe gak naik kelas.” Kataku tak mau kalah.

“Udah gak usah sedih. Kan masih ada Erick di sini yang siap membantu. Lu kapan ada waktu? Biar gua ke rumah lu buat ngajarin lu.” Katanya dengan bangga
“Bener nih, Rick? Hm.. Kapan yah? Kalo hari Sabtu sore bisa gak?” Tanyaku penuh harap.
“Kok Sabtu? Napa gak Minggu aja? Kan lebih asik.” dengan bingung dia bertanya.
“Ya gak apa apa sih. Cuma kan Minggu tuh waktu buat santai.” Kataku untuk menyembunyikan rencanaku untuk bertemu Pak Yudhi. Aku takut Erick berpikir yang macam – macam.
“Ye nih anak.. Mau naik kelas tapi masih pake acara santai – santaian lagi. Ya udah deh.” Katanya sambil mengacak-ngacak rambutku.

Hari Sabtu sore Erick datang ke rumahku. Dia mengajariku Matematika. Namun, yang kuperhatikan justru cara dia menjelaskan yang lucu. Bukan pelajarannya. Akhirnya sampai pelajaran yang diberikan Erick selesai, tak satupun yang nyangkut di otakku. Aku hanya pura – pura mengerti untuk menyenangkan hatinya.

Selesai belajar, kami pergi makan malam di sebuah restoran ternama di Jakarta. Ditemani cahaya lilin yang romantis kami berbincang – bincang tentang berbagai hal, termasuk rencana kami untuk bertunangan selepas SMU. Setelah makan malam selesai, Erick mengantarku pulang. Kami sempat berciuman di mobil. Erick memang lihai dalam memainkan lidahku. Dia juga romantis sekali orangnya.

Akhirnya, hari Minggupun tiba. Saya berangkat ke rumah Pak Yudhi dengan naik angkot. Ketika saya sampai di alamat yang dimaksud saya agak terkejut karena ternyata rumah Pak Yudhi cukup besar untuk ukuran seorang bujangan. Saya mengetuk pintu.
Tok.. tok.. Tok..

“Iya bentar” Terdengar suara pria yang kukenali sebagai suara Pak Yudhi.
Pintupun terbuka, dan terlihatlah wajah Pak Yudhi yang tersenyum kepadaku.
“Silahkan masuk, San. Maaf agak berantakan. Maklum masih bujangan” katanya sambil tersenyum.
“Gak apa – apa kok, Pak. Saya sih maklum aja.” Kataku.
Sayapun masuk ke dalam rumah itu. Setelah dipersilahkan duduk, Saya pun duduk di sofa yang berwarna biru muda itu.

“Mau minum apa, San?” Tanya Pak Yudhi.

“Ah.. Terserah bapak saja lah. Apa aja juga boleh..” Jawabku.

“Teh saja ya.. Kan masih pagi.” Katanya sambil beranjak ke dapur untuk membuatkan teh untukku.

“Waduh.. saya jadi gak enak nih, Pak. Masa’ Bapak membuatkan teh untuk muridnya.” Kataku dengan rasa tidak enak.

“Ya gak apa – apalah. Kan saya jadi guru kalau di sekolah saja. Kalau di rumah ya saya tetap Yudhi. Jadi jangan sungkan-sungkan ya.” Katanya sambil tersenyum.

Kemudian Pak Yudhipun menyuguhkan teh untuk saya. Setelah menghirup seteguk, Pak Yudhipun memulai pembicaraan.

“Sebenarnya saya hanya ingin mengajak kamu ngobrol, San. Katanya kamu berhubungan dengan Erick yang anak kelas 2a itu ya?” tanyanya.

“Iya pak. Kami sudah pacaran 2 tahun.” jawabku.

“Oh.. udah lama juga dong ya. Kalau bapak boleh tahu, hubungan kamu sudah sejauh apa sama dia?” tanyanya penasaran.

“Ehm..” Saya terdiam sejenak
“Oh ya udah gak apa-apa kok kalo gak boleh tahu. Bapak kan cuma iseng mau nanya.” katanya agak kecewa.

“Hm.. Kalau boleh tahu apa tujuan bapak memanggil saya ke rumah Bapak?”
“Ya kamu kan udah tahu. Ini mengenai kenaikan kelasmu. Kamu kan tahu kalau nilaimu itu pas-pasan. Terus kemarin kamu nanya Bapak apa Bapak bisa bantu. Ya Bapak mau bicarain cara membantumu itu.” katanya sambil tersenyum.

“Oh ya udah.. Bapak punya cara apa untuk membantu saya? Kalau uang sih saya tidak punya pak. Saya kan dari keluarga pas-pasan.”

“Tidak.. saya tidak minta uang. Saya tulus kok membantumu. San, apa kamu tahu kalau selama ini di kelas Bapak selalu memperhatikanmu. Sebenarnya Bapak tertarik sama kamu, San.”
“Hm.. Terus maksud Bapak?”

“Ya.. Walaupun ini tidak etis. Tapi maukah kamu menukar nilai kenaikan kelasmu dengan tubuhmu itu. Bapak tidak memaksa kok. Kalau kamu bersedia, saya berjanji akan menjamin kamu naik kelas. Kalau tidak ya gak apa-apa.”

Saya terkejut dengan pernyataan Pak Yudhi barusan. Memang selama ini beliau selalu memperhatikan saya. Tapi saya menganggap perhatian itu adalah perhatian yang diberikan seorang guru terhadap muridnya.

“Hm.. Bagaimana ya Pak. Tapi kenapa bapak memilih saya bukan yang lain?” tanyaku heran.
“Karena kamu adalah orang yang bapak idam-idamkan sejak dulu. Lagipula Bapak sering terangsang melihatmu di kelas yang kadang-kadang tidak mengenakan bra.” katanya agak sungkan.

Kata-kata Pak Yudhi barusan membuat mukaku langsung merah seperti kepiting rebus. Memang selama ini saya kadang-kadang tidak memakai bra ke sekolah. Ini supaya sepulang sekolah, kegiatan saya dengan Erick tidak terhambat. Memang selama ini, kami sering melakukan ciuman-ciuman dan raba meraba sepulang sekolah di mobilnya Erick. Tapi saya tak menyangka hal ini pun diperhatikan Pak Yudhi.

“Hm.. ” aku bingung harus berkata apa.
“Kamu tak perlu takut begitu, San. Bapak memberi kebebasan kok buat kamu. Kalau boleh tahu, apakah kamu masih perawan, San.”

“Hm.. iya, Pak. Saya dan Erick hanya sampai pada tahap Petting saja.”
Kataku sambil terbayang kondisi keluargaku yang memprihatinkan.
“Bagaimana, San? Apakah kamu mau?”
Kembali terbayang kondisi keluargaku jika aku tidak naik kelas. Tapi jika aku menerima tawaran Pak yudhi, berarti aku telah mengkhianati Erick. Aku benar-benar bingung pada saat itu.
“Hm.. Tapi apakah Bapak akan melakukan Penetrasi? Saya masih perawan Pak.. Saya agak takut. Katanya itu sangat sakit. Lagipula saya takut kalau saya menyakiti perasaan Erick.” kataku sedih.
“Kalau kamu takut menyakiti perasaan Erick, apakah kamu pernah berpikir kalau-kalau bisa saja Erick sudah pernah melakukannya dengan wanita lain sehingga dia tidak mau melakukannya denganmu?” hasut Pak yudhi

Kata-kata Pak Yudhi itu ada benarnya juga. Sebab selama ini, ketika saya sudah sangat terangsang ketika petting dan meminta Erick untuk penetrasi, ia menolak. Apakah dia hanya Jaga image di depanku? Kembali godaan-godaan setan berkecamuk di kepalaku.

“Lagipula kalau kamu takut sakit, tenang saja.. Bapak tidak akan memaksa melakukan penetrasi kok. Tapi kalau kamu setuju, Bapak baru akan melakukannya. Kamu berpikir saja dulu, saya ke dapur dulu sebentar ya..”

Pak Yudhipun beranjak ke dapur. Entah apa yang dilakukannya. Akupun kembali sibuk berpikir. Sampai akhirnya kuputuskan untuk menerima tawaran itu dan saya akan menolak sewaktu dia akan melakukan penetrasi. Sebab kalau sekadar petting saja, Erick pasti tidak akan curiga. Tak lama kemudian, Pak Yudhi kembali dengan membawa 2 buah gelas dan sebotol bir.

“Bagaimana, San? Kamu sudah berpikir?” tanyanya penuh harap.

“Ya udah deh, Pak. Saya mau. Tapi ingat jangan sampai Erick tahu ya, Pak. Dan juga bapak harus menjamin kenaikan kelas saya.” kataku mantap.

Pak Yudhipun tersenyum. Senyumnya sangat menawan. Memang ia sangat tampan. Bahkan boleh dikatakan lebih tampan dari Erick.

“Terima kasih, San. Saya berjanji kamu akan naik kelas. Tunggu sebentar yah”
Pak Yudhipun beranjak ke kamar. Saya merasa tegang juga melakukan hal yang biasa kulakukan dengan Erick kini kulakukan dengan Pak Yudhi, guruku. Tak lama kemudian, Pak Yudhi keluar dengan mengenakan kaus tanpa lengan dan celana panjang. Terlihat otot-ototnya yang menawan.
“Kamu tegang ya, San? Kamu tenang aja. Oh ya, kamu jangan memanggilku dengan sebutan Pak lagi, Yudhi saja cukup.” katanya sambil duduk di sampingku
“Iya deh, Pak.. eh.. Yud” Aku masih canggung dengan panggilannya yang baru.

“Mari diminum dulu, San.. Mungkin dengan ini kamu akan merasa lebih baik.” katanya sambil menuangkan bir untukku.

Sayapun meminum Bir yang diberikan Pak Yudhi itu.

Kepalaku terasa agak pusing. Pak Yudhi yang paham akan kondisiku itu memijat-mijat kepalaku. Pijatannya terasa nyaman.

Tanpa sengaja tangan Pak Yudhi menyentuh buah dadaku. Kebetulan pada waktu itu saya tidak memakai bra. Sehingga sentuhannya barusan membuat sensasi tersendiri bagiku yang sedang mabuk. Bibir kamipun bersentuhan. Yudhi mulai menciumiku. Dia melumat bibirku perlahan-lahan dari atas lalu ke bawah, lalu dia mulai menyelipkan lidahnya diantara kedua bibirku. sayapun membalas ciumannya dengan melumat kedua belahan bibirnya. Kemudian lidah kami saling berpagut satu sama lain. Aku menjilati seluruh mulutnya dan kuhisap lidahnya. Pandai juga guruku ini memainkan lidahku. Tak kalah hebatnya dengan Erick.

Sementara kami berciuman, tangan Yudhi menjelajahi seluruh permukaan tubuhku. Seluruh permukaan tubuhku tak ada yang luput dari jamahannya. Akupun semakin bergairah diperlakukan seperti itu. Tanganku membalas perlakuan Yudhi dengan menjelajahi dadanya yang bidang. Tanpa sengaja tanganku menyentuh daerah bawahnya, terasa kalau ada sesuatu yang keras sedang mengganjal di sana.

“San, bukain bajuku dong..” pinta guruku itu.

Akupun menuruti permintaannya dan membuka bajunya itu dengan rasa agak canggung. Yudhi sepertinya memahami perasaanku. Dia kembali melumat bibirku dan tangannya mulai meremas payudaraku yang masih terbalut pakaian lengkap. Aku semakin terbakar gairah.

Bajukupun satu persatu ditanggalkan. Kini aku hanya memakai celana dalam. Demikian juga dengan Yudhi. Penisnya terlihat menonjol dengan hanya dibalut dengan celana dalam berwarna hitam. Aku semakin bernafsu dibuatnya. Yudhi meremas-remas payudaraku dengan arah searah jarum jam. lidahnya menjilati celah antara kedua gunungku. aku serasa terbang ke langit ketujuh dibuatnya. Suatu perasaan yang belum pernah kudapat dari Erick.

Akupun tak mau kalah, kutarik celana dalam hitamnya sampai merosot kebawah. Terlihat penisnya yang berukuran 17cm dengan bulu lebat. Penisnya lebih panjang sedikit dari punyanya Erick. Tetapi punya Erick lebih besar diameternya. Lalu aku mulai mengocok penisnya dengan tanganku. Dengan gerakan yang semakin cepat dan semakin cepat. Tampaknya penisnya sudah berereksi penuh. Akupun semakin bergairah melihatnya.

“San, oralin aku dong..” pintanya
Sebenarnya tanpa dimintapun, saya sudah pasti mau melakukannya. Melihat penisnya yang besar, aku semakin bernafsu saja. Dia dalam posisi duduk dan aku berjongkok di depannya dan mulai memasukkan penisnya ke dalam mulutku. Mulutku sampai terasa penuh oleh penisnya. Penisnya masuk sampai mendekati tenggorokanku. Aku mulai menjilati penisnya di dalam mulutku. Terdengar erangan kenikmatan dari mulutnya. Sementara itu, tangannya tetap meremas payudaraku.

Remasannya menimbulkan rasa sakit. Namun nikmat yang ditimbulkannya, lebih luar biasa. Aku memang paling suka kalau payudaraku diremas dan dijilat.

Setelah kuoral selama lebih kurang 5 menit, penis itu tetap perkasa. Sekarang dia membaringkan aku di sofanya. Diturunkannya celana dalamku. Aku masih agak malu dilihatin dia yang notabene adalah guruku di sekolah. Aku mengambil bantal untuk menutupi daerah wanitaku itu. Namun dengan gesit ia menyingkirkan bantal itu dan menjilati vaginaku dengan posisi berlutut di sisiku. Sensasi yang kurasakan sangat luar biasa. Ia dengan lihai menggelitik daerah sekitar vaginaku.

Lalu dengan lidahnya ia memainkan klitorisku. Sensasinya sungguh luar biasa. Pandai sekali dia memainkan vaginaku. Vaginaku sampai sangat basah dibuatnya. Namun dia malah senang dengan menghisap cairan yang keluar dari vaginaku itu. Bahkan lidahnya semakin liar bermain di vaginaku. Desahanku sudah mirip dengan teriakan. Ia tampaknya masih belum puas mengerjaiku. Dia malah menusukkan lidahnya ke dalam vaginaku. Memang tidak sampai terlalu dalam. Tapi kenikmatan yang kurasa sungguh luar biasa.

Diperlakukan seperti itu, aku tak bisa tinggal diam. Aku angkat pinggulku, agar lidahnya bisa menjilati seluruh bagian vaginaku. Tak berapa lama kemudian akupun orgasme. Aku merasakan seluruh permukaan tubuhku tegang dibuatnya. Akupun berteriak..

“ARGH..” Inilah orgasmeku yang pertama dengan guruku.

Setelah perasaanku tenang menikmati sisa-sisa rasa orgasme tadi. Dia tersenyum padaku sambil berkata.

“Udah keluar ya? Kita ganti suasana yuk.. Main di kamar aja ya..” Ajaknya sambil tersenyum penuh kemenangan.

Antara setengah sadar dan tidak saya mengangguk. Diapun segera menggendong saya ke kamarnya.
dia membaringkan saya di tempat tidurnya. Kemudian dia menyodorkan penisnya diantara kedua belahan dadaku. Akupun meremas penisnya dengan menggunakan vaginaku. Dia pun mendesah menahan nikmat. Dia kembali menjilati liang vaginaku. Vaginakupun kembali basah dibuatnya. Rasanya vaginaku ingin ditusk dan digelitik-gelitik. Dia tampaknya bisa mengerti apa yang kurasakan.

“San, aku masukin ya..?” Mintanya dengan nada memelas.

Aku yang sudah terbawa nafsu mengiyakan permintaannya. Namun, ia masih mau mempermainkan saya. Ia menggesek-gesek penisnya di sekeliling vagina saya. Saya sampai memohon padanya agar memasukkan penisnya ke dalam vagina saya.

“Masukkin.. Cepet.. argh..” Pintaku.

Lalu, Ia mulai memasukkan penisnya perlahan-lahan. Agak sakit kurasa di sekitar vaginaku. Penisnya yang besar memasuki vaginaku yang masih sempit karena masih perawan. Setelah dia mendesak masuk dengan sekuat tenaga, penisnya baru masuk 1/2 bagian. Aku sudah menangis kesakitan. Teapi dia sangat lihai. Dia melumat bibirku dan meremas payudaraku sehingga membuat vaginaku lebih basah lagi. Dan akhirnya, penisnya masuk total ke dalam vaginaku.
“Argh.. Sempit sekali San memekmu..” erangannya membuatku makin bernafsu. rasa sakit tak kupedulikan lagi.

Setelah beberapa saat berada dalam vaginaku, ia mulai menarik 1/2 penisnya kemudian memasukkannya lagi. Ia terus melakukan gerakan ini berulang-ulang. Mula-mula terasa amat sakit buatku. Namun lama-kelamaan rasa sakit itu berubah menjadi rasa nikmat yang luar biasa.

Gerakannya semakin cepat dan gencar. Gerakannya aku imbangi dengan goyangan pinggulku ke kiri dan ke kanan. Akhirnya, tak lama kemudian kamipun mencapai orgasme pada saat yang bersamaan. Spermanya bercampur dengan darah keperawananku keluar dari vaginaku. Setelah beberapa saat, Pak Yudhi memecah keheningan
“Terima Kasih ya San. Kamu sudah mau memberi keperawananmu kepadaku.” katanya sambil tersenyum.

Aku menyesali perbuatanku itu. Aku telah mengkhianati Erick. Tanpa terasa air mataku mengalir keluar. Pak Yudhi mengusap air mataku dengan tissue.

“Tenang saja, San. Jangan menangis lagi. Kamu pasti akan naik kelas.” kata Pak Yudhi menenangkanku.

Akhirnya saya memang naik kelas ke kelas 3. Sebelum saya dan Erick bertunangan, saya menceritakan kejadian ini kepada Erick. Sebab saya merasa bersalah padanya. Namun, Erick memang pria yang baik. Ia tetap mau bertunangan denganku walaupun aku sudah tidak perawan lagi. Hubunganku dengannya tetap berjalan sampai sekarang. Aku sangat menyesal telah mengkhianatinya. Maafkan aku ya, Rick.. Aku berjanji akan tetap setia sama kamu seumur hidupku. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

Cerita Sex: Nurlela PRT Bahenol | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Janda Terbaru 2015 – Cerita Sex: Nurlela PRT Bahenol – Aku tinggal di sebuah perumahan di kawasan Serpong. Awalnya sih berdua dengan PRT yang aku bawa dari rumah orang tuaku, namun belakangan ibuku minta supaya PRT itu kembali ke rumahnya karena PRT yang lama mendadak mudik dan tak pernah kembali lagi. Sebagai anak, aku sih ikhlas aja, walaupun cukup repot mengurus rumah tanpa pembantu.



Cerita Sex Hot | Akhirnya aku memutuskan untuk mencari PRT, dan dari seorang tukang jamu keliling, aku dikenalkan dengan seorang tukang jamu gendong yang ingin pensiun jualan jamu karena capek katanya dan memilih menjadi PRT, asal digaji minimal 750 ribu.

Pada hari Sabtu datanglah calon PRT itu, namanya Nurlela, umurnya sekitar 30 tahun, kabarnya dia janda dengan 1 anak. Wanita itu datang sendiri saja, mengenakan kaos dan celana panjang yang cukup ketat sehingga menonjolkan bagian tubuhnya, terutama bagian dada dan pantatnya. Wajahnya sih biasa saja, tipe orang Jawa yang kalem dan pemalu.

Sekilas aku sih oke saja, yang penting ada orang yang bisa bantu-bantu di rumah. Singkat cerita, Nurlela mulai bekerja di rumahku.

Seminggu berlalu, aku mulai memperhatikan dan tertarik dengan bentuk tubuh Nurlela yang aduhay itu. Apalagi saat dia mengepel lantai, belahan dadanya yang besar begitu menggoda dan lenggokan pantatnya yang bahenol seakan menantangku untuk menjamahnya. Maka dengan sengaja suatu waktu aku menyempatkan diri melihat jemuran underwear Nurlela sekedar untuk tahu bahwa ukuran branya adalah 36C, wuihhh… bikin ngiler aja.

Gairahku pada Nurlela semakin menjadi tatkala pada suatu sore ketika aku pulang kerja dia sedang mandi dan mungkin karena biasanya aku tidak pernah pulang sore, maka dia tidak menutup pintu kamar mandi. Nurlela sama sekali tak menyadari bahwa aku sudah pulang karena mobilku memang aku tinggal di kantor.

Jantungku berdetak kencang menyadari bahwa aku punya peluang melihat tubuh Nurlela bugil, dan memang, tatkala aku melewati pintu kamar mandi, dengan jelas kulihat tubuh bugil Nurlela yang membuat kejantananku berkobar. Bodynya benar-benar bahenol dan padat. Payudaranya yang besar tampak masih sangat kencang dan demikian pula dengan pantatnya yang besar. Ingin rasanya aku melabrak masuk ke kamar mandi dan menerkam tubuh bahenol itu, namun aku cukup bersabar. Aku takut dia teriak dan malah jadi berabe.

Malam harinya, aku memanggilnya untuk mengobrol.
“Mbak Nur, katanya punya anak ya? Umur berapa”, tanyaku.
“Iya Mas, baru umur 3 tahun, tingga di kampung sama neneknya”, jawabnya.
“Wah, masih kecil ya, pasti masih butuh susu”, celotehku nakal sambil melirik buah dadanya yang super itu.

“Iya Mas, makanya saya kerja di sini, semua buat anak saya”, jawab Nurlela lugu tanpa sadar mataku dengan nakal memandangi buah melonnya penuh nafsu.

“Kamu kan saya gaji 750 ribu, mau enggak saya tambahin 250 ribu untuk uang susu anak kamu?”, sebuah pertanyaan yang mengundang tanda tanya.

“Wahh… kalau memang boleh sih, tentu mau Mas”, wajah kemayu Nurlela semeringah.
Dia tak sadar bahwa tawaranku pasti “ada udang di balik kutang”.

“Saya siap, ini uangnya”, kataku sambil menunjukkan uang 100 ribuan sebanyak sepuluh lembar.
“Besok kamu kan gajian, saya bisa kasih 1 juta, hanya ada syaratnya”, aku mulai tak kuasa menahan diri.

“Syarat apa Mas?”, tanya Nurlela yang mulai agak sadar pada maksudku.
“Hmmm… saya kasih uang susu buat anak Mbak, tapi saya minta susu dari Mbak”, aku langsung menembak.

“Ihhh… Mas nakal sih”, Nurlela tampak malu, wajahnya menunduk. Kesempatanku meraba tubuhnya.

“Ihhh… jangan Mas…”, ia tampak sangat jengah dan berusahan menolak tanganku.
Tapi aku sudah sangat paham bahasa tubuh wanita yang benar2x menolak dengan tolakan yang basa-basi. Jelas tolakan Nurlela adalah basai-basi. Mana mungkin dia menolak diriku, seorang pria mapan yang usianya lebih muda darinya, dan menjanjikan tambahan uang baginya. Sementara dia adalah seorang janda yang tentu saja haus belaian dan butuh uang.

“Ini uangnya, simpan sana”, kataku seraya menyerahkan uang satu juta pada Nurlela,”Tapi kembali lagi ke sini ya, saya mau minum susu”.

“Ihh…. Mas…”, Nurlela masih malu, namun uang itu segera disambarnya dan dengan muka masih tersenyum wanita bahenol itu masuk ke kamarnya.

Aku tak perlu menunggu lama, wanita itu kembali lagi dengan wajah masih malu-malu.
“Sini… duduk dekat saya”, ajakku.

Nurlela merapatkan tubuhnya di sampingku. Aku yang sudah birahi langsung meletakkan tanganku di atas buah dadanya.

“Besar sekali susunya Mbak… boleh saya buka ya..”pintaku. Tanpa menunggu jawaban dari Nurlela, tanganku sudah meremas payudaranya yang besar itu.

Nurlela yang sudah lama menjanda itu tentu saja seperti orang haus yang diberi segelas air dingin. Wanita desa itu dengan wajah pasrah bercampur harap menyerahkan tubuh montoknya padaku. Daster batik yang dikenakannya dalam sekejap sudah terpapar di lantai. Tubuh montoknya hanya dibungkus bra dan cd murahan yang sudah tipis dan kendor. Buah dadanya dengan sombong menyembulkan puting susu coklat ditepi bra kendornya itu, sementara warna hitam jembutnya terbayang di calik CD tipisnya yang sudah usang.

Aku merogoh dompetku dan memberikan dua lembar uang ratusan ribu pada Nurlela.
“Mbak Nur, ini saya kasih tambahan, buat beli celana dalam dan beha baru ya… hi3x….”, candaku sambil menyerahkan uang itu pada Nurlela.

“Wah… makasih banyak Mas…”, katanya malu”, iya nih udah pada jelek, buka aja ya…”
Dalam sekejap tangan-tangan Nurlela melepas bra dan cdnya sehingga tubuh montoknya berbugil ria dihadapanku.

Aku segera menyerbunya. Kupeluk, kuraba dan kuremas-remas seluruh lekuk tubuhnya. Tanganku seakan tak bosan-bosan meremas-remas buah dadanya yang sebesar pepaya itu, juga bongkah pantatnya yang besar.
“Ihh…. isep terus Maas…”, jerit Nurlela kegirangan tatkala puting susunya kuhisap dan kukulum-kulum.

“Yang satunya dong… iseppp… yang kenceng…”, pintanya ketagihan.
Sambil menghisap puting yang satu, tanganku yang lain memainkan puting buah dada sebelahnya dan tanganku lainnya asyik meremas-remas pantatnya sampai daerah selangkangan.
“Aduhhhh Masss….enak banget… memek saya udah basahhhh…”,Nurlela terus menjerit dan mendesah.

Sadar bahwa Nurlela bakalan orgasme duluan karena sudah lama dia tidak disentuh laki-laki, aku justru meraba-raba vaginanya dan kudapati kalau liang senggamanya memang sudah becek.
Sambil terus mengulum puting susu, tanganku sibuk memijat klitoris Nurlela sehingga wanita itu makin melejat-lejat dibakar birahi dan akhirnya meledak tatkala jariku menelusup masuk liang vaginanya.

“Aduhhhh… gak tahan Mas…. saya puassss….”, jeritnya”, Ohhhh…. enak bangetttt”.
Tubuh montok itu menggelinjang menikmati rasa orgasme yang sudah lama tidak dirasakannya.
“ohh… maaf ya Mas…”, katanya merasa tidak enak padaku.
“Enggak apa, yang penting masih bisa dipakai kan?” candaku.
“Masih dong Mas… habis Mas belum buka baju sih, mana kontolnya Mas…”, pintanya jorok sambil berupaya menelanjangiku.

Dengan cekatan dia membuka celana panjangku dan sekaligus celana dalamku.
“Woow… gede juga nih kontolnya…”, puji Nurlela.
“Emut dong… jilatin kontol saya”, pintaku dan segera diiyakan oleh Nurlela.
Tanpa canggung lagi, Nurlela memasukkan penisku ke mulutnya dan disedot-sedot penuh nafsu.
“Mbak…. saya mau keluar di memek aja”, pintaku”, ayo dong nungging”.
Nurlela yang kini menjadi budak seksku tentu menuruti semua kataku. Dia menungging dan menghadapkan pantat bahenolnya padaku, membuatku semakin bernafsu menyerang vaginanya dari belakang.

Tak sulit memasuki vagina wanita anak satu yang sudah becek ini, penisku dengan penuh semangat memompa vaginanya, maju mundur, keluar masuk.
“Entot terusss…. ohhh… enak banget…”, jerit Nurlela keenakan.
Setiap erangan dan kata jorok dari mulutnya justru menambah panas birahiku. Sampai saatnya aku mengocok dengan cepat vaginanya.

“Sebentar lagi saya keluar ya….keluarin di dalama aja ya…”, pintaku.
“Iya Mas… silahkan… ayo…. saya juga mau puas lagi nih…”, jerit Nurlela.
Ternyata Nurlela orgasme lebih dahulu dan lejatan dinding vaginanya mendorong penisku juga menyemprotkan sperma hangat ke rahimnya.

“Okkhhhh…. asyiikkk… saya semprot ya…” seruku.
“Iyaa….. semprot Mas… memek saya endut-endutan…”jawab Nurlela.
Sesaat sesudah orgasme nan nikmat itu kami berpelukan dan dengan refleks aku mencium bibirnya.
“Terima kasih ya…”, kataku. Nurlela sangat terkejut bercampur senang dengan ciumanku itu.
“Saya… saya yang terima kasih Mas…” serunya dengan wajah mesum,”Kapanpun Mas mau… saya siap”.

Aku pergi meninggalkan tubuh Nurlela yang telanjang dan masuk ke kamar mandi untuk bersih-bersih dan pergi tidur. Pagi harinya, ketika bangun aku langsung mencari Nurlela yang sedang masak sarapan di dapur dan aku langsung menubruknya.
“Mbak… lagi yuukk…”, seruku penuh nafsu menyadari Nurlela sudah mandi.
“Hi3x… saya tahu Mas pasti pingin lagi, saya gak pake daleman nih…”, serunya.
Aku terkejut dan senang meraba dadanya yang no bra itu dan juga mengangkat dasternya menemukan selangkangan berbulu lebat yang tak dibungkus CD.
Dalam sekejap, adegan seks kami berlangsung seru dan berakhir 1-1 dengan posisi doggy style di pinggir meja dapur.

Sejak saat itu Nurlela bekerja ganda, sebagai PRT dan juga budak seksku. Kapanpun aku mau, dia menyediakan tubuh montoknya. Akupun tanpa perhitungan mengeluarkan uang untuk memelihara aset Nurlela. Setiap bulan aku memberikan uang khusus untuk ke salon, biaya lulur dan spa vagina, sehingga mekipun PRT, tapi kulitnya halus dan vaginanya wangi. Hmmm…. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

Rabu, 18 November 2015

Cerita Sex: Berburu Batu Akik Dengan Janda | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015 – Cerita Sex: Berburu Batu Akik Dengan Janda – Namaku Johan, Umurku 21 tahun, Aku baru saja berpindah dari kota besar ke desa yang amat asing. Entah kenapa didesa ini banyak sekali janda, juga banyak janda muda. Beritanya karena suatu hari saat para pria sedang bergotong royong menggali gua yang katanya berisikan batu emerald, namun nahasnya banyak dari mereka yang tidak selamat. Aku memilih untuk mencari batu akik lainnya disekitar desa itu,



 tentu sambil mencari kesempatan menikmati para janda itu.Aku tinggal di rumah kontrakan yang dekat dengan rumah pak RT, jadi kami sering bertemu, dan tentu saja aku tau janda janda mana yang kelihatan menarik. Saat itu setelah pulang dari mencari batu akik didekat sungai, aku bertemu seorang wanita yang sedang membawa beberapa barang, sambil menggendong seorang bayi.
“Mbak, sini saya bantuin”,

“wah, makasih mas, maaf ya, malah jadi ngerepotin” Lalu aku meraih barang bawaanya.
Saat aku melihat kedepan, ternyata janda ini masih muda! Wajahnya masih cantik, dan bodinya cukup mempesona. Aku yang ada disebelahnya sambil membawa barang bawaan ini terus mencuri pandang kearah dada perempuan itu, tampak payudaranya besar dan montok sekali, bajunya yang klasik itu menambah pesona benda favoritku itu.

“mmm…mbak namanya siapa?”,

“Saya Junita mas, tapi biasa dipanggil nita”,
“oooh, kenalin saya Johan”,

“mas orang baru disini?”,

“iya mbak, cari batu akik, mbak kok sendiri aja?”,

“iya, suami saya udah gak ada”. Beberapa menit kami berjalan sambil berbincang bincang, tiba tiba anaknya itu menangis, Nita lalu mencoba menenangkannya, entah kenapa ia tiba tiba mengeluarkan payudara kanannya, aku sempat
terkejut.

Lalu tampak lah payudara besar dengan puting coklat itu, dan si bayi segera menyusu ke ibunya, aku hanya bisa geleng geleng.

“Mbak, kok menyusui disini?”,
“udah minta nih anakku, udah biasa orang sini mah” memang didesa ini tampak tidak begitu memperhatikan bagaimana orang orang memakai pakaian ataupun menutup aurat, tentu ini juga bagus bagiku.

Beberapa menit kemudian, kami tiba dirumah Nita,
“masuk dulu mas”,

“iya mbak” Lalu aku masuk mengikuti Nita kedalam, ia memang masih menyusui anaknya, namun tentu aku juga mau.

“Mbak nita, udah sampai? Maaf tadi Nika gak bisa ikut” Aku terkejut lagi, kini muncul seorang perempuan lain,

“Iya nika, gapapa, untung ada mas Johan ini yang bantu”,

“wah, makasih mas, kenalin saya Yunika, adiknya mbak yunita”. Aku bersalaman dengan perempuan itu, umurnya mungkin hanya berbeda sedikit dengan kakaknya,
karena ia juga tampak secantik Yunita, tentu dengan buah dada yang besar pula.
“Nika, tolong kamu jagain anakku ya, saya mau kekamar mandi, sekalian mandi”,

“oooh, iya mbak” Lalu Nita meninggalkan ku bersama Nika yang menggendong bayi itu.
“Mbak, berdua aja sama Nita?”,

“iya mas, orang tua kami udah meninggal, suami kami juga kena bencana, kami hidup berdua sekarang”, Bukannya prihatin, Kontolku malah ngaceng tiba tiba.

“oooh, kasihan ya kalian berdua..” Bayi itu menangis lagi mencari ibunya,

namun kali ini Si Nika juga mengeluarkan buah dada kanannya! Lalu bayi itu dibimbing untuk mengenyot puting coklat Nika, dan tampak bayi itu sibuk menyusu lagi.
“Loh, mbak nika juga lagi menyusu?”,

“iya mas, karena udah sering gantian nyusuin anak ini, jadi udah biasa”. Aku semakin bingung, mana hari masih siang, panas, dan didepanku ada minuman segar, susu asli janda janda muda.
“Aduh, saya haus nih mbak”,

“waduh, mbak Nita lagi di kamar mandi, saya juga sibuk…”,
“Kalau gitu…saya…minum susunya mbak Nika aja…”,
“Nah itu masnya pinter, sini mas” Buset lugu banget, lalu kudekati Nika, pelan pelan buah dada kiri Nika sudah dikeluarkan dari sarangnya,

“Mas pegangin sendiri ya, Nika lagi nenangin anak ini” ,
”iya…tenang aja…” Lalu aku pegang buah dada Nika,
wow kenyal luar biasa, aku tahan dikedua tanganku, lalu puting kiri Nika segera ku masukkan kemulut ku, tanpa ragu ku kenyot puting mempesona itu, lalu air susu Nika segera
membasahi mulutku, oooh segar nya…

“Slruuup sluuurp slruuuup…mmm…aaah…seger mbak…slruuup” Tanpa malu kesedot dan kunikmati air susu dari buah dada Sintal itu.

“Mas, auh, pelan aja, haus banget yach?”,
“Slruuup slruuup…mmm…srluuup…” Lidahku berputar putar diputing indah itu, juga terus menyedot keluar susu kedalam mulutku, tanganku juga mengelus elus benda bundar besar kenyal itu.
Tampak Nika jadi terangsang.

“mmmf…mas….sedotanmu…si kecil ini kalah hebat…uuuhf”,
“slruuup…mmm…iya dong, saya memang ahlinya…srluuup…slruup” Air ASI Nika tak habis ku sedot terus.

Tampak bayi itu sudah tertidur lagi,
“Mas…mmf… bentar… aku mau nidurin anak ini… udah ya nyusunya..”,
“iya deh, kamu jaga dulu dia ya…” Lalu meski tampak terangsang, Yunika membawa bayi itu kekamar, sepertinya ia sedang menjaganya.

Beberapa menit kemudian, ada suara dari kamar mandi,
“Nika…tolong ambilin sabun dong, yang disini udah abis” Tak perlu lama aku berlari mendekati kamar mandi, lalu melihat ada sabun diluar.

“Mbak, Nika nya lagi tidur sama si bayi, ini sabunnya…”,
“ooh, iya mas, bawa sini dong, tolong…” Lalu aku masuk kedalam kamar mandi tak terkunci itu,
kaget setengah mati aku, melihat tubuh montok Nita tanpa pakaian, Lalu aku memberikan sabun itu, tentu tetap bertampang cool.

“ini mbak, kok kayaknya kesulitan mbak?”,
“Ini…air susuku keluar sendiri mas, soalnya udah penuh, bingung deh mandinya..” Rejeki datang lagi, segera ku dekati Nita.

“Aduh, biar Johan bantuin mbak, dari pada mubazir saya minum aja susunya..”,
“iya deh… sini mas kedepan”, Gembira luar biasa aku,
“tapi saya takut basah mbak”,

“buka pakaian mas sekalian, itu ada handuk” Lalu aku secepat kilat membuka semua pakaianku, lalu memakaikan handuk dipingganku untuk menutup penisku yang tegang.

Segera ku menuju kedepan Nita, dan tampaklah payudara nita yang besar itu diputing coklatnya terlihat cairan putih kesukaanku,
“biar aman, Johan sedot dua duanya ya mbak”,
“iya mas, saya mau sabunan…” Segera kedua buah dada itu kuremas, Nita tampak cukup kaget,
“mas, gak pernah nyusu ya? Itu yang diputingku yang disedot mas…”,
“oooh, iya iya…” Lalu kedua buah papaya Nita itu kupegang, kedua puting Nita kutabrakan, lalu kumasukkan kedalam mulutku bersamaan, Nita yang sibuk menyabuni dirinya tampak mulai
terangsang.

Air susu Nita rasanya lebih enak, Kedua putingnya yang ada dimulutku mengucurkan air susu dengan derasnya, karena buah dadanya kugencet dan kuremas denga kuat.

“ooooh…mas….mmmmf….pelan aja….uuuh” Nita mulai asyik menyabuni vaginanya.

Aku terus saja menyedot air susu dari kedua puting coklat Nita, kepala ku maju mundur, menarik narik puting itu, tentu dengan bantuan tanganku yang meremas buah dada montok dan kenyal itu.
“slruuup…slruuup…slruuup…mmm….mantep mbak…slruuup”. Tampak Nita sudah mendesah, dari vaginanya keluar cairan lengket.

“uuuh…udah mas….aku mau berdiri…”,
“Ya saya sedot sambil berdiri mbak… slruuup” Nita mencoba berdiri, ia menyabuni paha dan bokong sexy nya,
aku makin terangsang saja, Karena Penisku sudah tegak dan berdenyut denyut, handuk yang menutupinya jadi jatuh.

“Mas….kontolmu udah berdiri…mmmf”,
“Sluuurp…slruuup…mmmf…aaah…sabunin dong mbak, sekalian aku mandi bareng mbak Nita yach”,
“iya mas, mmmf….gede banget mas….uuuh” Penisku kini dikocok tangan Nita yang sudah dibasahi sabun itu, tentu kocokannya jadi semakin nikmat, dan juga luar biasa nikmat.
Beberapa menit itu Nita terus mengocok penisku, sementara buah dadanya kini bergantian kuremas dan ku sedot air susu keluar dari puting coklatnya.

“Uuuh…mas…aku pegel berdiri…mmmf” Nita yang sudah lemas itu lalu memilih duduk, aku memilih menghentikan aksi minum besarku.

“mbak, saya bantu mandiin ya, mbak siramin aja tubuh kita berdua, saya yang ngelus ngelus ya…”,
“iya mas…. Uuuh” Lalu Nita yang duduk itu membasahi tubuhnya yang sudah basah oleh sabun, aku memilih berada dibelakangnya.

Air membasahi tubuh kami berdua, aku juga mulai mengelus sekujur tubuh montok janda muda itu,
Ku elus tangannya, perutnya, pahanya, dan segera menuju Memeknya. Tangan Kiriku meremas buah dadanya Nita, tangan kananku asyik mengobok obok Vagina Janda cantik itu, Air yang mengalir membuat suasana jadi semakin menakjubkan.

“oooh…mas…mmmmf….uuuuh….enak mas…gak pernah aku mandi seenak ini…ooooh” Kudiam saja, lalu kucium leher dan ketiaknya, tanganku masih terus beraksi juga.
Beberapa menit kemudian, Nita tampak sudah menggelinjang, segera angkat pinggulnya, kini ia merunduk.

“mas, kamu mau ap…aaaah!” Penisku sudah melesat masuk kevagina Nita tanpa perlu disuruh, terasa sangat nikmat, meski sudah tidak sempit.

“ooooh, nikmat mbak…uuuh” Segera penisku bergerak maju mundur dengan cepat, penisku menguasai seisi Memek nikmat Nita, bokongnya jadi bergoyang goyang.

Tanganku lalu meraih bokong itu, lalu kuremas, dan kumasukan jariku kedalam lubang anusnya.
“aaaah…mas….uuuf…..mmmf….sssh…ooooh” Plop plop plop plop, suara desahan Nita diiringi suara tabrakan penisku.

Beberapa menit itu kuterus saja menabrak memek Nita dengan penis besarku, Sungguh nikmat dan luar biasa rasanya.

“Mbak, aku mau muncrat, oooh” Kutarik penisku, lalu kubalikkan tubuh montok Nita, dan kupasang
kontol besarku dimulutnya.

Crooot crooot croooot, Mulut Nita penuh dengan spermaku. Janda itu lalu batuk batuk dan memuntahkan cairan sperma itu.

“ uhuk uhuk…mas..banyak banget pejuhnya…”,
“maklum, udah lama gak keluar, hehe”. Lalu Nita memilih membersihkan dirinya bersamaku.
Setelah itu Nita pergi duluan keluar dari kamar mandi, aku sedang sibuk menenangkan diri, juga
memakai handuk.

Beberapa menit kemudian saat aku kembali keruang depan, tampak tak ada orang, lalu aku menuju kamar dirumah itu. Bukan main kaget, Nita sedang asyik menindih tubuh Adiknya itu, sambil menciumnya.

“mmm…cup…mmmm…dek…uummm..cup…” Lalu Mereka berdua duduk, Nita membuka pakaian Nika, aku hanya melongo didepan pintu, tampak Nika yang sudah bugil itu lebih putih dan mulus dari pada kakaknya.

“mbak… buah dadamu… sini…oooh” Nika meraih kedua buah dada kakaknya itu, lalu diremas dan diangkat keatas, “oooh…sini punyamu dek…uuuh” Gantian Nita meraih Buah dada adiknya.
Sekarang kedua janda muda itu sedang meremas payudara lawan tandingnya. Kembali air susu keluar dari puting mereka, tampak puting puting mempesona itu dipencet dan diremas remas, air susu mengalir keluar membasahi buah dada mereka.

“oooh….susumu mbak…”,

“uuuh…punyamu…mantep juga dek….mmmf” Aku geleng geleng sambil melongo, Penisku sudah berdiri lagi menjatuhkan Handuk itu lagi.

“Ooh, mas Johan, sini mas, mau ikut?” Godaan dari janda janda itu membuatku bersemangat, Tampak Bayi yang ditaruh diranjang kecil disebelah kasur itu sudah tenang, kini biar aku yang melahap kedua perempuan itu.

Nita menarikku, dan merobohkan tubuhku kekasur, tinggal penisku yang besar itu masih berdiri.
“mas…kontolmu yang besar itu.. Kita goyang boleh? hehe…” Nita dan Nika mendekat, lalu menempelkan buah dada mereka kepenisku. Buah dada itu bertabrakan, dan ditengah tengahnya ada penis besarku yang tampak ingin meletus.

Lalu mereka meremas dan menggencet buah dada mereka. Penisku kini sedang dilumat benda benda kenyal yang dibasahi air susu.

“mas….enak gak? Mmmf”,
“ooooh, mantep deh, toket kalian luar biasa kenyal dan montok…oooh” Mereka terus menggoyang dan meremas buah dada kenyal mereka, membuat penisku semakin meronta karena kenikmatan luar biasa.

Nita dan Nika lalu Memegang buah dadanya, dan mendorong kuat kepenisku, tabrakan luar biasa itu membuat Penisku segera ingin meletus. Air susu yang muncrat dari puting puting keras mereka itu membasahi penisku,
“Ooooh, luar biasa…mmmf… nikmat sekali… kalian hebat…” Mendengar pujianku, kedua janda itu mendekatkan mulutnya kepenisku, segera Nita dan Nika menjilati kepala penisku yang basah bercampur air air persetubuhan.

“mmm… aaah…slruup..mmm…Kontolmu yang terbaik mas…”,
“mmm…slruupp…cup…aaah….Sedap deh ..uummm…cup…” Kedua janda itu semakin menggila menganiaya penisku yang terus meminta ampun karena keenakan.

“Aduh, aku udah gak kuat, oooh” Kedua janda itu membuka mulutnya diatas penisku, dan Crooot crooot crooot, Air maniku muncrat kearah mulut mulut nakal mereka.
Kini pejuhku ditelan oleh kedua janda itu.

“oooh… nikmatnya, mmmf” Aku masih kelelahan, tapi Nika sudah nakal lagi, penisku yang masih lemas, dimasukkan kevaginanya, ia yang sekarang berada diatasku itu bergerak naik turun, membuat penisku yang ada didalam vaginanya menjadi tegak kembali.
“haduuh, gila, tiga kali penisku tegak lagi…”,

“ooooh…. Kontolmu mas….super sekali…oooh… Nika suka banget…mmmf”.
Nita tak mau kalah, ia kemudian mengambil posisi diwajahku, vaginanya yang basah itu lalu ditempelkan kewajahku,

“hehe, mas, jilatin yaach”,
“oooh, iya Nita, oooh…ummm…” Kucupang denga cepat bibir vaginanya, lalu lidahku masuk kedalam vagina Nita.

Dua janda itu sekarang sedang asyik bersetubuh denganku, Nika terus melompat lompat menikmati penisku divaginanya, Nita mendesah sambil meremas buah dadanya sendiri karena memeknya yang kujilati.

Beberapa menit kemudian, Nita memegang kedua buah dada Adiknya, segera Air susu Nika itu disedot keluar dari buah dada itu.

“Slruuup…dek…mmm…slruuup…hajar terus kontol itu..mmm”,
“oooh…mmmf…sssh…iya mbak…oooh…”. Orang kota bilang posisi kami ini adalah posisi Threesome, yang tak heran memang sangat menggairahkan dan nikmat luar biasa.

Beberapa menit itu kami terus beraksi menikmati sensasi seks bertiga itu, entah kenapa, nikmatnya sungguh tak ter elakkan.

“mmm….sluuurp…Nika… aku mau…”,
“keluarin didalem mas..uuuhf”,
“Iya mas, Nika udah pengen tuh…slruuup”, segera saja, Cprooot crpooot, Air Maniku menyembur kedalam Vagina Nika, Nita juga menyemburkan Cairan dari memeknya kewajahku, baunya sungguh mempesona.

Kami bertiga yang sudah basah karena cairan cairan nikmat ini, memilih berisitirahat.
“Aduuh, kalian suka banget deh sama seks kayaknya..”,

“Nita udah lama gak nikmatin kontol mas..”,

“Nika juga, masak tiap hari minum susu kita sendiri, sekali kali mau yang dari laki laki, hehe”,
“hahaha, memang kalian luar biasa”. Aku yang ada ditengah kedua Janda itu tersenyum bahagia, dua janda itu memelukku dengan nyaman.

Entah kenapa, penisku masih berdiri lagi.

“Aduuh, mas Johan masih mau lagi?”,
“Gak tau tuh, Nita sama Nika masih mau lagi gak?”,
“Ayo mas, dikamar mandi aja, yuuk” Lalu Kembali kami beraksi dikamar mandi rumah itu, Entah Kenapa Sampai malam pun Nita dan Nika terus menikmati penis besarku, juga cairan Spermaku.
Sungguh pilihan yang tepat untuk tinggal didesa ini, aku bisa menikmati 2 janda sekaligus, tubuh montok dan mulus mereka, juga air susu segar yang kini jadi minuman favoritku.
Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015 – Cerita Sex: Berburu Batu Akik Dengan Janda –

Cerita Sex: Sales Motor Cantik | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015 – Cerita Sex: Sales Motor Cantik – Siang yang cukup terik saat itu mendadang gelap dengan sedikit gemuruh petir di langit. Seperti yang sudah diperkirakan, tidak berapa lama hujan deras pun turun. Aku yang masih berkendara diatas motor menuju rumah pun bergegas mencari tempat berteduh. Hujan pun semakin lebat, untungnya tidak jauh dari sana terdapat dealer motor kecil yang bisa digunakan untuk berteduh.

Segera aku parkirkan motorku di depan dealer dan menunggu hujan reda. Di dealer motor yang ukurannya tidak terlalu besar itu, hanya terdapat 1 orang sales, wanita, masih muda dan cantik. Ia memberikan senyum manis saat aku tidak sengaja melihat-lihat ke dalam dealer. Tidak lama, wanita tersebut keluar dengan membawa bangku kecil dari plastik berwarna merah lalu memberikannya kepadaku.



“Ini mas duduk dulu sambil nunggu hujanya reda. Daripada pegal berdiri terus…” Ujarnya sambil memberikan bangku.

“Eh, gak usah mbak, gapapa kok. Duh, jadi ngerepotin…” Balas ku tak enak hati.
Wanita tersebut hanya tersenyum,

“Gapapa mas, itung-itung saya ada temennya. Dari pagi sendirian soalnya.” Dari percakapan singkat tersebut, aku pun memberanikan diri untuk berkenalan.

Gadis muda cantik yang sendiri dari pagi di dealer motor kecil itu bernama Niken. Hampir satu jam kami ngobrol hingga hujan pun berhenti. Sebelum pulang, aku meminta kartu namanya. Sesampainya di rumah, aku pun melanjutkan obrolan dengan Niken melalui pesan singkat BBM. Meski baru bertemu dan belum lama kenal, tapi aku sudah nyambung untuk ngobrol banyak dengan Niken. Ditambah responnya yang baik untuk setiap pertanyaanku membuatku betah berlama-lama mengobrol dengan Niken.

Kedekatanku dengan Niken yang hanya sebatas BBM-an pun semakin intens. Aku pun memberanikan untuk mengajaknya bertemu sekedar makan malam atau ngobrol-ngobrol lagi seperti pertama aku bertemu dengannya di dealer motor tersebut. Niken pun menyetujui permintaanku dengan syarat harus mau menunggunya pulang kerja yaitu sekitar pukul 7 malam. Aku menyanggupi permintaannya dan berjanji akan menjemputnya di tempat kerjanya begitu ia selesai kerja. Hari yang sudah dijanjikan pun tiba, aku yang baru saja selesai bersiap-siap dikosan sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Niken.

Segera ku naikan motor bebekku dan meluncur menuju tempat Niken bekerja. Begitu sampai disana, kulihat Niken sedang duduk manis ditempat aku numpang berteduh waktu itu, ditemani salah satu temannya yang juga sedang menunggu dijemput. Melihatku yang sudah tiba, Niken langsung beranjak sambil berpamitan dan menghampiriku.

“Hai, kirain gak jadi jalannya hehehe…”
“Jadi dong, tadi lama karena isi bensin dulu heheh, maaf ya jadi menunggu lama…” Ucapku.
“Ah enggak kok, aku juga baru selesai kerjanya.” Ujar Niken sambil naik ke motorku.

Kami berdua pun meluncur ke salah satu Mall yang ada dikota kami untuk mencari tempat makan. Jaraknya tidak terlalu jauh dari kantor Niken tersebut. Sesampainya disana kami langsung menuju restoran yang sudah kami tentukan dan memesan makanan. Obrolan dengan Niken tetap menyenangkan seperti pertama kali kita bertemu. Aku tidak bosan-bosannya mendengarkan cerita Niken tentang teman, atau pekerjaannya. Aku sendiri tidak banyak berbicara karena aku memang tipe orang yang pendiam.

Tidak terasa waktu sudah menunjukan pukul 9 malam. Niken pun mengajakku pulang karena hari sudah malam. Aku mengiyakan dan segera menuju ke tempat parkir. Aku pun mengantarkan Niken pulang ke rumahnya yang sebetulnya tidak terlalu jauh dari letak kosanku. Rumah Niken yang kecil dan asri terlihat sepi, sesampainya di depan pagar rumah, Niken memintaku untuk singgah sebentar sekedar menghilangkan letih karena sudah mau mengantarkannya pulang. Aku menyetujuinya dan masuk ke dalam rumahnya.

“Silakan duduk, Mas. Anggap saja rumah sendiri ya…” Ujar Niken sambil memersilakan aku duduk di sofa yang ada di ruang tamu rumahnya.

“Sebentar aku ganti baju dulu ya, Mas…” Aku memerhatikan Niken dari belakang.
Pantatnya yang cukup besar tercetak dengan jelas dibalik celana kerjanya yang berwarna hitam. Belum lagi kemeja putih lengan pendek cukup ketat yang digunakannya membuat tubuhnya terlihat semakin seksi dan akupun mulai berpikiran kotor untuk bisa menikmati tubuh Niken. Entah setan apa yang merasuki diriku, aku pun mengikuti Niken yang sedang berganti baju di kamar.
Pintu kamarnya tidak tertutup dengan rapat sehingga aku bisa membukanya tanpa bersuara. Kulihat Niken sedang mencari pakaian di lemari dengan posisi memunggungiku. Aku pun mendekatinya dan memeluk Niken dari belakang. Niken pun kaget dan sempat berteriak, namun teriakannya tidak lama karena ia melihat aku lah yang memeluknya dari belakang. Dengan cepat aku remas payudara Niken yang cukup besar dengan posisi memeluk dari belakang, sambil mulutku mengincar leher Niken yang cukup jenjang.

“Uhhhh, Masss! Jangan massssss, jangannnn….” Desah Niken menerima perlakuanku.
Anehnya tidak ada banyak perlawanan dari Niken, hanya rintihan dan desahan yang justru membuat aku semakin bernafsu. Aku semakin berani dengan memasukan tanganku ke dalam pakaian Niken. Ku angkat bra Niken agar remasan ku di payudaranya semakin mudah. Niken merintih semakin jadi, rangsangan dariku sepertinya berpengaruh banyak pada libido Niken yang terlihat dari nafasnya yang semakin berat.

“Uhhh, Masss…..” Aku yang sudah terangsang daritadi pun mengangkat pakaian Niken dan membalikan posisinya agar menghadap ke arahku.

Segera ku lumat bibir tipisnya yang merah sambil menjulurkan lidahku masuk ke dalam mulutku. Dengan penuh nafsu, Niken membalas ciumanku dan mengigit gigit lidahku sesekali. Nafasnya terasa lebih berat diwajahku. Matanya terpejam menikmati ciuman dan remasan tanganku di payudaranya. Masih dengan posisi berdiri, aku pun menarik tangan Niken dan mengarahkannya ke celana ku. Batang kemaluanku sudah cukup keras dan aku ingin Niken yang memuaskannya lebih jauh. Niken pun mengerti apa yang aku mau.

Ia segera membuka celana ku dengan bibirnya yang tak mau lepas dari bibirku. Celana ku terbuka, batang kemaluanku yang sudah mengeras daritadi pun keluar dari tempat persembunyiannya. Niken mengusap-usap perlahan dengan tangannya. Aku merem melek karena keenakan. Kali ini aku gantian membuka celana Niken. Ku masukan terlebih dahulu tanganku ke dalam celananya. Ku rasakan sudah begitu basah lipatan vagina di balik celana dalamnya. Aku memainkan vaginanya sedikit dengan jariku yang membuat Niken tampak kegelian, menggelinjang namun menyukai apa yang aku lakukan.

“Masssss, di kasur dong Masss, jangan disinii…” Pinta Niken lirih.

Aku pun mengangguk sambil menarik Niken ke ranjangnya yang tidak terlalu besar namun cukup untuk pergumulan kami berdua. Aku yang berbaring terlebih dahulu pun memberikan isyarat kepada Niken untuk menghisap batang kemaluanku. Niken hanya tersenyum sambil meraih batang kemaluanku dan mengocoknya pelan. Dengan perlahan, Niken memasukan batang kemaluanku ke dalam mulutnya dan menghisapnya dengan kencang. Hal ini tentu membuatku merasa geli, namun nikmat yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun.

“Hhhhh, enak sayang, terus kayak gitu, hhhhh…” Erangku pelan.

Aku pun menikmati hisapan Niken dibatang kemaluanku sambil meremas payudara Niken. Sekitar 10 menit Niken sibuk menyantap kemaluanku dengan ganasnya. Kali ini giliran ku untuk memuaskan Niken. Aku arahkan ia agar berbaring di kasur. Aku pun memulai dengan menciumi ke dua payudaranya, putingnya yang sudah mengeras kini semakin keras dan merekah. Aku menurunkan ciumanku ke perutnya yang tampak rata. Secara perlahan, ciuman terus menurun sampai akhirnya tiba di vaginanya yang sudah basah, merah dan merekah itu. Aku jilat bibir vaginanya, ku mainkan klitorisnya dengan lidah. Niken pun menggelinjang keenakan.

“Aaaaahhhhhhhhhhhhhhh, massssssss enaaakkkk massss….” begitu desahnya saat aku memasukan ke dua jariku ke dalam vagina Niken dengan lidah dan bibirku yang tidak ingin lepas dari aroma vaginanya yang sungguh membuat birahi semakin meninggi.

Niken meremas dan menarik rambutku dengan gemas karena kenikmatan yang ia rasakan. Sekitar 5 menit aku memberikan pelayanan terbaikku di vagina Niken, ia menekan kepalaku agar semakin dalam di vaginanya dan berteriak keras.

“AAAARGGGGGGHHHH, AKU KELUAR ARGGHH MASSSSS!” Terasa beberapa semprotan cairan kenikmatan dari vagina Niken menyembur keluar dan langsung ku lahap sambil habis.
Terlihat Niken sudah penuh keringat dengan mulut terbuka untuk mencari nafas dan berusaha menikmati momen terbaik yang baru saja ia rasakan. Aku yang masih dilanda birahi tinggi pun segera naik ke atas Niken dan bermaksud untuk menggenjot vagina Niken dengan batang kemaluanku yang semakin keras ini.

“Mas, ada kondom gak?” Tanya Niken lirih. Aku terdiam sambil mengingat-ingat kondom yang biasa aku bawa dan aku simpan di dompet.

Aku pun bangun dari ranjang dan meraih celana ku yang tergeletak di lantai. Ku cari dompetku yang ada di saku belakang. Untungnya dua buah kondom masih tersimpan dengan baik, aku cek tanggal kadaluarsanya yang masih lama itu. Niken membubuhkan senyum manisnya begitu aku memegang kondom. Segera ku buka kondom dengan bungkus warna merah tersebut, ku keluarkan dan ku pasangkan dengan cepat ke penisku. Birahi yang sudah makin tak tertahankan dengan segera membuat penisku sudah berada didepan vagina Niken. Ku gesekkan perlahan penisku yang berbalut kondom tipis tersebut sehingga Niken menggelinjang menahan nikmat.

“Masssss, masukin massss….” Desah Niken yang awalnya ku kira akan menolak persetubuhan ini, namun sebaliknya, ia yang terlihat paling menikmatinya.

Perlahan aku masukan penisku ke dalam vagina Niken. Begitu masuk setengah, aku keluarkan lagi. Kemudian ku masukan lagi pelan-pelan, sengaja aku lakukan seperti itu agar vagina Niken semakin terangsang dan ia bisa orgasme lebih cepat. Ku genjot perlahan vagina Niken. Penisku keluar masuk dengan irama pelan. Niken tidak bersuara, hanya mulutnya yang terbuka dengan mata terpejam. Sungguh pemandangan yang begitu sedap dipandang berlama-lama. Sepuluh menit sudah ku genjot vagina Niken sambil sesekali ku hisap dan ku remas payudaranya yang bergoyang seirama kocokan penisku. Niken mendesah, erangannya menunjukan ia akan segera orgasme sebentar lagi.

“Uhhh, Massssss… Terus masssssss… Aaaahhh, masss, Nikmat masssss…..” Desah Niken sambil melilitkan kakinya di pinggangku agar penis ku tertancap semakin dalam di vaginanya.

Ku percepat genjotanku di vagina Niken, kedutan yang dibuat vagina Niken semakin terasa dan menambah kenikmatan, ditambah kondom yang tipis ini memberikan sensasi yang sungguh luar biasa di penisku ini.

“Aaaaah, masss, aku mau keluar lagi, massss… Ahhhhh…” Aku pun semakin liar menggenjot Niken.
Meski begitu, aku belum merasakan ingin mencapai klimaks. Aku kali ini hanya ingin mengejar Niken untuk orgasme lagi yang ke dua kalinya.

“MASSS… AKU KELUAR AAAHHHH MASSSSSS…” Niken meraih punggungku dan mendekapku begitu kencang seiring dengan orgasmenya yang meledak ledak di dalam vaginanya.
Penisku terasa semakin terjepit oleh vagina Niken yang berkedut keras. Sungguh nikmat tiada tara. Begitu orgasmenya selesai, dekapan Niken pun melemas. Kini aku bisa bangun dan melanjutkan pekerjaan ku untuk menggarap vagina Niken. Apalagi penisku yang masih belum sampai ke puncaknya, membuatku ingin segera menikmati vagina Niken yang sungguh luar biasa. Tanpa memedulikan Niken yang terbaring lemas. Aku kembali mengocok penisku keluar masuk vagina Niken. Niken tampak tak kuasa menahan birahiku yang sudah tinggi. Ia hanya mengerang begitu vaginanya mendapat serangan yang sama dari penis yang haus kenikmatan ini.

“Hhhhh, massss… uhhhhh….” hanya itu yang keluar dari mulut Niken saat penisku kembali tertancap di vaginanya.

Niken yang tadi lemas, terlihat kembali bersemangan dan bernafsu mendapati penisku memenuhi vaginanya. Ku genjot vagina Niken, kali ini dengan cepat dan aku berfokus pada nikmat yang aku rasakan agar aku bisa segera orgasme. Dan benar saja, tidak sampai lima menit aku keluar masukan penis ku dari vagina Niken, aku merasakan ada dorongan yang luar biasa dari dalam penisku.
“Hhhh, aku mau keluar sebentar lagi, sayangggg…” bisikku pada Niken, masih sambil mengenjotnya.

Niken hanya menganggukan kepala. Aku semakin percepat genjotanku sampai…
“Aaaaargggg!!” dan crot crottt keluarlah semua sperma yang sudah tertahan lama di kantung kemihku.

Rupanya, begitu aku orgasme, Niken mengalami orgasme juga untuk yang ketiga kalinya.
“Aaargh, nikmat sekali sayang! Penis kamu nikmat sekaliiiii!” Teriak Niken begitu ia mencapai orgasmenya yang ketiga.

Setelah itu, aku pun berbaring di samping Niken untuk merasakan sisa sisa kenikmatan dari pergumulan barusan. Tubuh kami sudah sama- sama bercucuran keringat. Tidak lama Niken tertidur pulas, mungkin karena kecapekan. Aku pun merapihkan pakaian dan membersihkan diri lalu segera pulang ke kosan meski waktu sudah menunjukan pukul 2 malam.

Meski pengalaman sex kami berdua begitu nikmat, tapi setelah kejadian itu Niken tidak membalas pesan dan telepon ku lagi. Bahkan waktu aku mendatangi kantornya, temannya berkata bahwa Niken sudah pindah dan tidak lagi bekerja di tempat itu. Entah kemana Niken pergi, terkadang aku merindukannya, merindukan berbicara dengannya, juga tidur bersamanya. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

Cerita Sex: Diah Anak Tukang Pijit | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015 – Cerita Sex: Diah Anak Tukang Pijit – Suatu malam yang dingin, aku sendiri, Bang Johnny dan Kak wenda sedang berlibur ke Batu (Malang) bersama dengan Deasy dan Santi, sedang Winny adik Kak Wenda sedang tidur di rumah temannya, hari itu Sabtu malam Minggu, jam menunjukkan pukul 6.45 aku ke depan cari pak Pardi tukang becak yang biasa mangkal di dekat warung rokok.



“Pak, tolong panggilin Bik Suti tukang pijit donk, badan saya pegel-pegel nich” kataku minta tolong.

Cerita Sex | kira-kira jam 7.20 pintu depan diketok orang dan bergegas aku keluar, ternyata yang dateng Pak Pardi dengan cewek muda lumayan cakep putih bersih orangnya, bengong aku jadinya.
“Dik Joss, ini anaknya Bik Suti, terpaksa saya bawa karena ibunya sedang pulang kampung beberapa hari, tapi dia bisa mijit kok, walaupun ngga’ bik suti.” kata pak Pardi cepat sebelum aku tanya dan ngomel karena tidak sesuai dengan perintahku.

“Ya udah langsung masuk aja” kataku mempersilahkan.

“Saya balik dulu kepangkalan Dik” pamit pak Pardi.

Seperginya pak Pardi langsung tanpa banyak bicara aku berjalan ke kamarku dan anak Bik Surti langsung mengekor dari belakang.

“Siapa namamu?” tanyaku memecah keheningan.

“Diah Mas” sahutnya pendek.
Sampai di kamar aku langsung buka kaos, dengan bertelanjang dada seperti biasa kalo dipijit sama Bik Suti, namun biasanya aku buka sarung tinggal CD saja, kali ini aku biarkan sarung tetep nempel pada posisinya karena tengsin aku sama cewek muda ini.

“Massage creamnya ada di meja belajar” kataku sambil langsung tiduran tengkurap.
Tangannya mulai memegang telapak kakiku, terus kebetis, memijat sambil megurut, sama persis dengan apa yang dilakukan ibunya padaku. Bik Surti emang sudah langganan sama keluarga Bang Johnny, jadi aku juga sudah sering mijit sama dia. Tapi walaupun cara mijitnya sama, namun serasa berbeda, tangan ini lebih halus dan hangat rasanya.

“Permisi Mas” katanya membuyarkan lamunanku yang baru mulai berkembang, sambil benyingkap sarungku lebih tinggi, hingga ke pangkal pahaku.

Pijitannya sudah sampai pada paha, sesekali agak tinggi menyentuh pangkal pantatku, agak ke tengah, seerrrrr, rasanya ada ngreng, akupun terus saja memejamkan mata sambil menikmati pijatan danmembayangkan kalau terjadi hal-hal yang diinginkan.

“Aduh,” aku setengah menahan sakit ( pada hal pura-pura ), soalnya biasanya Bik Suti kalo aku kesakitan malah dicari yang sakit dan dipijat lebih lama sehingga enakan, eh, betul juga dia melakukan hal yang sama, tapi karena test tadi aku ucapkan pada saat dia memijit belakang lututku, maka dia sekarang memijit lebih lama di sana.

Wah bisa kalo gitu pikirku, lalu aku merancang yang lebih dari pilot project ini.
“Jangan dipijit gitu, sakit diurut saja pake cream” kataku sambil tak lupa berpura-pura sakit.
Dia ambil cream dan mulai mengurut serius di situ. Lama cukup dia mengurut di situ terus sekarang sudah mulai menjalar lagi, paha, betis, sampe telapak kaki, pas kembali ke paha dan kali ini agak terlalu dalem, aku langsung teriak tertahan, seakan kena bagian sakit lagi,
“Mananya Mas ?” tanyanya.

“Agak daleman dikit” kataku sambil memegang tangannya dan membimbing pada posisi yang aku mau, letaknya persis di pangkal paha tengah pas jadi kalo dipijit-pijit yang kena bijiku, sengaja aku mengarahkan ke depanan, biar makin pas, lama dia di situ.

“Kasih cream donk” pintaku, pada saat dia ambil cream,

Satu tanganku dengan cepat menyingkap CDku supaya meramku keluar dari CD dan bebas, benar juga pada saat tangannya mengoleskan crean sudah langsung ke bijiku, aku agak sedikit supaya bijiku mangkin leluasa dan makin mudah dipijit,

“Ati-ati jangan kena celananya, nanti kena cream semua” kataku pura-pura bingung kalo CDku kena cream padahal mauku supaya dia membuka lebih lebar CDku, dengan tangannya, beberapa jenak kemudian dia bilang
“Maaf Mas, CDnya dibuka aja, soalnya nanti kena cream, saya sudah coba menghindari tapi susah, Masnya pake sarung aja.” kata dia mengagetkanku, kaget karena ngga’ nyangka dia bilang gitu.
Akupun berdiri dan melepas CDku, kembali pada posisi semula aku tengkurap, lalu Diah menyingkap kembali sarungku, hingga ke pantat, aku menahan pada posisi agak nunging supaya makin luas bidang yang bisa dicapai tangan Diah.

Benar juga lama dia mengurut, meemas bjiku, sampe aku sendiri sudah ngga’ karuan rasanya konak banget,
“Agak bawahan dikit,” pintaku, dia rogoh makin dalem sampe pangkal batangku kena pegang, diurutnya dengan agak susah karena dari pangkal batang sampe setengah diurut semua,
“Mas kalo bisa balik badan, soalnya susah kalo gini” pintanya, dengan senang hati aku turuti.
Aku berbalik badan dan meriamku masih tertutup kain sarung, dengan merogoh dia pegang lagi posisi yang sama.

Diurut-urut, sepertinya aku merasa gayanya seperti setengah ngocok, tapi pikiran dia kayaknya lagi mijit, dengan matanya melihat sekeliling kamar, ngelamun kali, aku goyangkan pinggul sedikit supaya tanganya terpeleset ke atas, ternyata berhasil, dia lebih banyak ngurut meriamku, tiga empat menit berlalu dia kaya’nya ngga’ sadar, tapi lama-lama aku merasa dia bukan mijit atau ngurut, melainkan benar-benar ngocok meriamku, walau tidak digenggam, tapi cukup mantap,
Aku sengaja bergerak sambil sedikit menarik ke atas posisi sarungku, sehingga dapat terlihat sekarang tangannya yang sedang ngocok meriamku, merasa tangannya tidak lagi tertutup sarung, dia lihat posisi tangannya dan saat itu seakan baru sadar dia melihat apa yang selama beberapa menit ini dipijitnya, tapi dia tidak berhenti, matanya mulai ngelirik ke aku.

Denan tanpa expresi, dia teruskan mengocok, kali ini tangannya lebih mengenggam, jadi aku pastikan dia memang sengaja, jadi dengan sedikit ragu, aku letakkan pada pundaknya, saat memijit tadi, posisi dia berlutut di samping ranjang jadi kalo aku taruh tangan ke samping langsung jatuh di pundaknya dan langsung aku geser turun ke dadanya dan dia diam saja, aku remas dadanya, jadi aksi remas dan kocok berjalan terus beberapa menit, sampai tiba-tiba kepalanya ditundukkan rpanya tanpa basa basi lagi dia cium Kabagku, terus dilanjutkan dengan mengulumnya.

Dia sadar bahwa dia dan aku telah sama-sama dikuasai nafsu, maka tanpa perlu meminta ijin lebih jauh, aku coba untuk membuka baju atasnya, malah dia mambantunya, sehingga dia telah terbuka dadanya, BH nya pun telah dia lepas dan dadanya yang besar disorongkan kearah mulutku, langsung aja aku hisap putingnya,. wow, hangat,. kelapanya lalu direbahkan pada pundakku, sehingga kami seperti setengah bergumul karena kakinya masih di bawah, kamipun berciuman hangat, lalu aku bangkt dan mengangkat tubuhnya menaiki ranjang.

“Kamu mijitnya lebih enak dari ibu kamu ya” kataku ngaco, setelah tau dia seperti itu.
“Ngga’ tau Mas, terlanjur kebawa.” dia tak melanjutkan kata-katanya.

Aku asyik menciumi sekitar belakang telinga, samping leher, kadang mendenguskan nafas hangat ke telinganya. Dia sudah tampak merancu dengan desah dan erangannya yang makin membuatku di awang, Aku bangit dan memiringkan tubuhnya, kaki kirinya aku letakkan pada pundak kananku, dengan posisi yang agak miring itu aku gesek Kabagku pada gerbang DuFannya (Dunia Fantasi).
Beberapa saat aku gesek dia mulai mengerang pelan, kemudian aku tata kepala meriamku pada gerbang DuFan, yang jelas sekali sudah sangat lembab dan sedikit basar, aku coba tekan, wah, kok sempit, tapi beberapa kali coba, akirnya berhasil juga mencapai setengah badan meriam amblas dalam lorong kegelapan, tampaknya di dalam agak kering, maklum tumitnya kurus kecil, tandanya kalu barangnya cenderung kering, Erangannya walau perlahan masih terus tanpa henti sedari tadi, menambah hangat suasana dan seakan irama lautan teduh, terus aja aku goyang sampe cukup lama sebelum aku akhirnya minta pindah posisi,
Sekarang kedua kakinya aku pangul di kedua sisi pundakku, ayunan makin ganas karena posisi yang lebih leluasa, dan lorong kegelapan makin licin, rupanya dia telah beberapa kali mengeluarkan pelumas, walau bukan orgasme,
“Kamu sekarang nungging” perintahku.

Saat Diah nungging, aku tekan pundaknya ke kasur dan sisa pantatnya aja yang nungging, dengan sedikit rubah gerak, aku masukkan lagi meriam jagurku, kali ini lebih sensasional, aku pegangan pada pinggulnya yang cukup gede, dan ayunan makin bebas terkendali, beberapa kali hampir terlepas, tapi karena besarnya si Kabagku maka agak sulit juga terlepas secara keseluruhannya, lelah dengan gaya *****, aku rebahan dan aku suruh dia menaikiku, dia naik dengan membelakangi aku, pada saat amblasnya batangku kali ini diiringi dengan nafas tertahannya, kali ini mentok abis.

Diah diam sesaat sambil merenungi nikmat yang terasa. Aku mulai ambil inisiatif untuk menggoyang, lalu Diahpun ikut bergoyang,. kali ini putarannya melingkar, enak sekali, yang aku rasakan, lobang yang sempit, hangat, dan cenderung kering, tiap kali dia berputar pinggul aku merasa ada sesuatu nabrak kepala meriamku, pasti mentok dan dia pasti ngga’ akan lama untu mencapai titik orgasme demikian pikirku. Benar saja dugaanku, Diah tampak kejang keras sambil mengucapkan kata-kata yang tidak jelas apa maksudnya, cukup lama juga seperti itu.

“Aaaa.duuuuuuu..uuuuhhh Mas.. lemes kakiku rasanya..aku ngga’ kuat lagi gerak..” demikian katanya.

Aku coba untuk bangun dan menunggingkannya, lalu aku hajar lobangnya dengan lebih keras, sampai panas rasanya meriamku, dan akhirnya aku sudah hampir nga’ bisa lagi menahan,. lalu aku cabut dan bilang pada Diah
“Diah, kamu menghadap ke sini, buka mulut kamu” dan rupanya Diah mengerti yang aku mau, dengan lemas dia berbalik badan dan membuka mulutnya.

Karena ketakutan akan tidak keburu, maka aku segera saja memasukkan meriamku dalam mulutnya yang mungil itu dan aku goyang maju mundur, beberapa kali dan keluarlah, creeetttt… creeeee.tttt… creettt…

Aku jatuh kecapaian, di sampingnya,
“Diah, gimana barusan?” tanyaku memecah keheningan.
“Enak sekali Mas, sampe lemes kaki saya, udah ngga’ tau berapa kali keluar” jawab Diah sambil males-malesan dalam pelukanku.

Dan kamipun tiduran sejenak dalam penat nikmat yang tersisa. Sampai pada saat aku terjaga merasakan paha kananku ada sesuatu yang merayap, aku coba walau males, ‘tuk membuka mataku dan, benar-benar terbelalak jadinya, saat tau apa yang menyentuh pahaku. Dia Winny, adik ipar kakakku, Johnny, aku sangka dia ada di rumah temennya, dan yang lebih mengagetkan adalah, dia lihat aku mendekap cewec dan dalam keadaan bugil berdua.

“Joss, loe gila ya, beraninya ngga’ ada orang masukin cewek, gue bilangin Bang John” katanya dengan mata melotot.

“Hei, Win, denger dulu” kataku sambil mencoba bangkit dari tidurku, saat itu pula Diah bangun karena dengar suara orang lain di kamar itu, dia berusaha meraih kain seadanya untuk emutupi tubuh bugilnya sambil bertanya
“Dia siapa Mas ? ”
“Dia ini Winny, adik ipar kakakku” jawabku pendek.

“Jangan gitu donk, masa loe ngga’ kompak ama gue” jawabku mohon pengertiannya.
“Iya boleh aja gue ngga’ bilang Abang asal gue boleh lihat loe berdua main sekali lagi, gimana?” tanyanya.

Ach ni anak pikirku pasti gampang dech kalo udah gini, paling banter ntar dia pasti ngga’ kuat nahan nafsunya sendiri, demikian pikirku.

“Okey, Diah, yuk kita tunjukkan pada Winny, apa yang kita baru kerjakan tadi, kita ulang lagi yuk” ajakku.

“Mas malu saya nggak bisa” aku rada bangun untuk mencium Diah.
“Udah kamu merem aja dan anggap hanya kita berdua dalam kamar ini” kataku menenangkan.
Dan akupun mulai merangsang Diah dengan ciuman lembut, sambil tanganku berusaha meraba bagian-bagian sensitifnya, beberapa saat berlalu Diah mulai terbawa, dan mendesar halus, aku rasakan tangan Winny mencoba meraih batangku dan meremas-remasnya, sesekali mengocoknya hingga siap tempur.

Setelah segalanya siap, akupun mulai ambil ancang-ancang untuk memasuki Diah untuk sesi kedua, pada saat batangku amblas, Diah dan Winnypun seakan menahan nafas, rupanya Winny telah terlarut dalam pemandangan depan matanya. Permainanku dengan Diah berlangsung beberapa gaya, dan tanpa terasa waktu telah menunjukkan pukul 9.47, saat itu Winny telah telanjang di samping tubuh Diah yang sedang aku tindih, lalu tangan kiriku pun mulai bergerilya ke dada Winny, wah enak sekali, aku pilin putingnya dan diapun mengerang.

Sambil terus menggenjot Diah, aku cium juga bibir Winny dan pendek kata, pinggangku ke bawah menghabisi Diah sedang pinggangku ke atas menyerang Winny,. keduanyapun mengerang seru malam itu, makin keras erangan mereka berdua bersahutan makin nafsu aku dibuatnya, terakhir sudah tidak kuat lagi menahan gejolak, aku genjot makin keras si Diah dan diapun mengerang panjang sambil kejang mendekapku.

Saat itu kami orgasme bersamaan, sedang Winny masih belum mencapai walau hampir, erangan kami berdua membakar nafsunya, segera saja Winny memerintahku untuk menghisap mem3knya sampai keluar, demikian perintahnya. Akupun langsung memutar badanku untuk mencapai lobang Winny yang sudah sangat basah tadi,. tapi meriamku tetap tertanam dalam Diah. Kumainkan lidahku pada gua vertikalnya dan sesekali pada tombol di atas lobang tersebut sampe Winny mengejang kejang dan,. lemas puas.

Lima sepuluh menit kami masih rebahan tumpang tindih sampe aku bangkit dan mencuci peralatanku, lalu kukenakan pakaianku dan kusulut sebatang rokok sambil ngeloyor kejalanan, mencari pak Pardi.

“Pak, anaknya Bik Suti ngga’ usah ditunggu pulangnya, dan tolong bilangin orang rumahnya kalo dia nngga’ pulang karena disuruh nemenin Winny” alasanku sengaja aku tidak sebut nama Diah supaya terkesan masih asing buatku.

Setelah itu aku balik lagi ke rumah dan cuci kaki lalu join bobok bertiga, ntar malem coba aku gerayangi Winny ach, kali-kali aja dapet nyobain rasanya, pasti asyik dan berarti pula dalam rumah ini ada beberapa stok lobang yang bisa dipake bergantian, khan asyik kalo butuh ngga’ nunggu lama-lama. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015

Senin, 16 November 2015

Cerita Sex: Cintaku Untuk Bu Lina | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015 – Cerita Sex: Cintaku Untuk Bu Lina – Bagiku masa SMU adalah masa-masa yang tidak dapat kulupakan. Terutama yang berhubungan dengan cinta. Selama 3 tahun di SMU aku sudah 3 kali berpacaran. Yang pertama, saat kelas 1, pacarku salah satu cewek populer di sekolahku, dan hubungan kami cuma bertahan selama 2 bulan.



Di kelas 2, aku kembali menjalin hubungan dengan seorang cewek manis, dan hubungan tersebut berjalan cukup lama, hampir 1 tahun. Dan yang ke-3, kira-kira beberapa minggu setelah aku putus dengan pacar keduaku. Awal hubungan kami bisa dibilang sangat aneh dan tak terkira, meskipun sebelumnya kami sudah saling kenal karena sering bertemu.

Waktu itu siang menjelang sore, aku di rumah sendiri, duduk di sofa sambil nonton tv. Tapi lama kelamaan aku merasa bosan. Aku memutuskan untuk keluar sebentar mencari rokok, mumpung ortuku sedang tidak dirumah, dan aku bisa bebas merokok. Dan aku pun keluar dengan sepeda motorku. Dasar sial warung rokok dekat rumahku tutup semua, dan langit mulai tertutup mendung.

Cerita Sex | Aku ragu sejenak, bingung apakah terus mencari warung yang buka atau pulang saja, tapi setahuku di dekat jalan raya sana ada warung yang buka. Aku memutuskan tetep mencari rokok ke warung di depan sana. Dan memang akhirnya aku bisa mendapatkan rokok di warung itu. Gerimis mulai turun. Ketika aku sedang tergesa-gesa menyalakan mesin motorku, kulihat seseorang yang kukenal.

“Hai, Bu Lina!” aku memanggil wanita itu.

Ia menoleh dan tersenyum sambil menghampiriku.

“Hai Jo! Lagi apa kamu? Beli rokok ya?” tanya wanita itu.
“He.. He.. Ibu tahu aja!”

“Sudah Ibu bilang, jangan kebanyakan merokok!” kata Bu Lina,”Nggak baik untuk kesehatan.”
Aku cuman cengar-cengir. Bu Lina adalah guru privat adikku yang masih kelas 6 SD. Seminggu 2 kali Bu Lina ke rumahku untuk memberi les untuk adikku. Dan Bu Lina sudah jadi guru les adikku sejak 3 bulan yang lalu.

“Ibu mau ke rumah kan? Bareng yuk, keburu hujan.”

Sejak pertama kali bertemu Bu Lina, diam-diam aku mengaguminya. Ia cantik dan anggun, juga baik hati, cerdas dan ramah. Aku paling suka melihat Bu Lina saat ia menerangkan pelajaran untuk adikku. Lama-lama rasa kagum itu berubah menjadi cinta, tetapi tetap saja aku tak pernah berani mengatakannya. Ya, jangan kaget, pacar ketigaku-ya-Bu Lina itu. Aku tak peduli beda usia yang cukup jauh (waktu itu Bu Lina berusia 28 tahun, dan aku 18 tahun), aku tetap mencintainya. Hujan semakin deras, dan ketika kami tiba di rumahku, kami benar-benar basah.

“Masuk, Bu. Biar kuambilkan handuk”

Dan aku baru tersadar, kalau Bu Lina tampak lebih cantik saat rambutnya basah. Di balik pakaiannya yang basah sekilas tampak lekuk liku tubuh seksinya, membuatku membayangkan hal yang bukan-bukan. Kami duduk di sofa ruang tengah, mengobrol sambil minum teh hangat.
“Bukannya jadwal lesnya masih 1 jam lagi Bu?” tanyaku.

“Iya sih. Ibu habis dari rumah teman Ibu dekat sini, daripada mondar-mandir, sekalian saja ke sini. Lagipula tadi sudah gerimis.”

Kami mengobrol cukup lama.

“Sini Bu, cangkirnya biar diisi lagi.” Aku menawarkan.

“Eh, terima kasih!” Aku menerima cangkir yang diulurkan Bu Lina dan beranjak ke dapur.

Saat aku membuatkan teh hangat, pikiran-pikiran kotor yang tadi sempat tertahan kembali muncul.

Aku membayangkan seandainya Bu Lina tak mengenakan apa-apa di tubuhnya yang seksi itu. Dan semakin kubayangkan gairahku semakin menjadi-jadi.

“Ini, Bu!” Aku menaruh cangkir teh di atas meja.
Bu Lina tersenyum,

“Terima kasih!”

Aku masih berdiri di samping Bu Lina. Dan kulihat ia sedikit bingung,
“Ada apa, Jo?”

Aku tak tahu kenapa aku bisa begitu nekat waktu itu. Dalam sekejab aku sudah memeluk Bu Lina. Bu Lina sangat terkejut dan berusaha melepaskan pelukanku. Tapi tenagaku lebih kuat. Kudorong tubuh Bu Lina hingga rebah di atas sofa.

“Jo, apa-apaan kamu?” Bu Lina berontak atas perlakuanku. Namun perlukanku semakin erat.
Aku berbisik pelan, “Aku mencintaimu, Bu!” dan kulihat Bu Lina semakin terkejut. Ia diam terpaku untuk sesaat. Aku memanfaatkan waktu sesaat itu untuk merenggut lepas kancing-kancing kemejanya.

“Aku menginginkanmu, Bu!”

Kulihat payudara Bu LIna yang bulat berisi di balik bra putihnya. Bu Lina hanya memandangku seakan tak percaya apa yang baru saja terjadi. Ia sudah tak lagi meronta, sepertinya sudah pasrah akan apa yang akan terjadi.

Pelan-pelan kuturunkan roknya, lalu kulepaskan bra putih itu. Di depanku kini tampak jelas payudara Bu Lina yang sungguh indah, pinggang ramping, pinggul seksi, dan kaki-kaki jenjangnya. Tubuh Bu Lina kini hanya tertutupi oleh celana dalam putih. Tanpa menunggu aku mulai mencumbui tubuh seksi Bu Lina. Mula-mula dari payudaranya. Kumainkan lidahku, kuciumi dengan penuh nafsu, sesekali lidahku memainkan putingnya yang menantang. Kurasakan tubuh Bu Lina tergetar pelan, dan ia mulai mendesah pelan.

Kulanjutkan cumbuanku turun ke arah perut, dan semaki ke bawah. Kulepaskan penutup terakhir tubuhnya. Saat itu kudengar suara Bu Lina memohon pelan.

“Ja.. Jangan, Jo!”

Tapi aku tak peduli, aku mulai mencumbu sela-sela paha itu. Harumnya liang kewanitaan Bu Lina membuatku semakin bergairah. Kepalaku kusisipkan di antara kedua paha Bu Lina, dan mulai mencumbu liang kewanitaan yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Kumainkan lidahku di sana, kadang bibirku memainkan klitorisnya hingga tubuh Bu Lina bergetar, dan desahan-desahan pelan terdengar dari bibir Bu Lina saat jariku menyusup ke dalam vaginanya.

“Mmmh, ya!Oh.. Ya, enak.. Oh.. Oh!”

Lidah nakalku terus menari-nari di sana, menyalurkan kenikmatan yang mulai membius kesadaran Bu Lina. Sekarang Bu Lina mulai hanyut dalam permainan cumbuanku, desahan dan erangannya mengimbangi tarian lidahku pada klitorisnya. Kedua pahanya menjepit kepalaku.
“Yaa.. Ya!Oh.. Oh, ya sayang… Teruskan.. Oh.. Oh!”

Tak lama kemudian kurasakan getaran hebat tubuh Bu Lina. Erangannya pun terdengar semakin keras,

“AH.. Ya, ya… Oh sayang… Aku.. Aku keluar… Oh ya… Ooohhh!” Bu Lina menggelinjang hibat dan liang kewanitaannya mulai dibanjiri cairan vaginanya, membuat vagina Bu Lina semakin becek. Aku menyapukan lidahku, menjilati cairan itu.

Aku melihat wajah cantik Bu Lina, kini bersemu merah, matanya terpejam, nafasnya terengah-engah, bibirnya mengeluarkan desahan-desahan pelan. Keringat membasahi tubuhnya. Bu Lina membuka matanya, lalu memandangaku. Masih belum hilang rasa ingin tahu dalam pandangan itu, seakan bertanya ‘Mengapa kamu melakukan ini pada ibu?’ tetapi bibirnya tetap terkatup.

Kusambut bibir Bu Lina dengan bibirku. Selama beberapa saat kami berpagutan. Dan kurasakan Bu Lina mulai membalas ciumanku.

Aku mulai melepaskan semua pakaianku. Kini kami berdua sudah tak mengenakan apa-apa lagi. Senjataku sudah tegang sejak tadi, seperti sebuah rudal yang siap ditembakkan. Ukurannya memang tidak seperti milik bintang film porno yang sering kulihat, tapi cukup besar juga. Bu Lina memandangku dengan tatapan ragu bercampur takut.

“Maaf, Bu!” kataku pelan.

Kutuntun penisku ke lubang vagina Bu Lina. Kurasakan Bu Lina sedikit menolak saat kepala penisku menyentuh klitorisnya.

“Ja… Jangan, Jo! Ja… Jangan dimasukkan, nan… Nanti…”
“Ibu nggak usah khawatir, Jo tanggung jawab,” kataku, “Jo mencintai Ibu!”
“Ta.. Tapi Jo…”
Belum selesai Bu Lina bicara, aku sudah menusukkan senjataku hingga masuk setengahnya.
“Ah… Jo!” Bu Lina mulai meronta.

“Tenang Bu!” kupegangi kedua tangannya.

Kurasakan lubang vagina Bu Lina yang masih sempit itu menjepit penisku dan meremas-remasnya. Aku bertanya-tanya, apa Bu Lina masih perawan. Kudorong penisku hingga menyusup lebih jauh. Bu Lina merintih,

“Sa… Sakit Jo..”
“Iya.. Iya Bu! Jo pelan-pelan masukinnya.”
Mungkin Bu Lina nemang masih perawan, pikirku. Kulihat titik-titik air mata mulai basahi matanya, dan ada sebagian yang jatuh ke pipinya.

“Jo.. Hentikan! Ja… Jangan diteruskan!” desah Bu Lina.
Kepalang tanggung, pikirku. Dan kulesakkan penisku hingga masuk seluruhnya, sampai-sampai Bu Lina menjerit.

“Ah.. Jo, sakit Jo!”
“Tak apa-apa, Bu. Cuman sebentar sakitnya.”

Kudiamkan penisku di dalam vagina Bu Lina selama beberapa saat, kurasakan pijatan lembut dinding vagina pada penisku. Terasa nikmat sekali. Lalu aku mulai menggerakkan pinggulku maju mundur, mengocokkan penisku di dalam vagina Bu Lina. Bu Lina mengerang, pada awalnya tedengar rintihan kesakitan, namun lambat laun berganti desahan kenikmatan.

“Ya.. Ya, Oh ya sayang!”
Peluh membanjiri tubuh Bu Lina, matanya terpejam seakan-akan menjemput kenikmatan yang datang bertubi-tubi. Desahannya mengiringi gerakan pinggulku.

“Oh, ya.. Oh… Ouh. Terus sayang! Enak, ja.. Jangan berhenti, oh..”
Aku terus memompa penisku keluar masuk, menggesek dindinjg vagina yang basah itu. Kulihat tangan Bu Lina meremas-remas payudaranya sendiri. Kenikmatan sudah menjalari seluruh tibuhnya. Desahan dan erangan terus menggema di ruangan itu, berbaur dengan deru suara hujan di luar.
Tak lama kemudian kulihat Bu Lina menggelinjang hebat, dan dari bibirnya terdengar erangan panjang menendakan ia telah mencapai klimaks. Kurasakan cairan hangat basahi penisku di dalam vaginanya.

“Oh, oh.. Ya.. Ooohh, sayang! Aku keluar, oh… Oh…!”

Dan tanpa sadar tangannya meraihkui dan memelukku erat sambil terus mengerang merasakan kenikmatan puncak yang menguasai tubuhnya.
“Oh… Oh, ya ough!”
Nafasnya tersengal-sengal.

“Ya, nikmat sekali, oh..!”

Akupun merasa sudah hampir mencapai klimaks, maka kupercepat gerakan pinggulku. Dan sepertinya gerakanku memacu kembali gairah Bu Luna. Kurasakan pinggul seksi Bu Lina mengimbangi gerakan pinggulku.

“Oh.. Ya… Oh, lagi sayang.. Oh!” desah Bu Lina,”Lebih cepat lagi… Oh.. Oh!!”

Dan tak lama kemudian kurasakan penisku berdenyut-denyut.

“A.. Aku hampir keluar Bu!” kataku,”Keluarin di mana?”

“Oh.. Keluarin saja… Di dalam… Nggak apa-apa..”

Dan seketika itu juga aku mencapai puncak, penisku memuntahkan banyak cairan mani ke dalam vagina bu Lina, memenuhi rongga kewanitaannya.

“Ough.. Bu! Aku keluar, Bu! Oh nikmat sekali, oh..!”

Bu Lina menggelinjang lagi, ia mencapai klimaks lagi sesaat setelah aku orgasme.
“Ya.. Oh, ya sayang.. Aku juga keluar… Oh.. Oh..”

Tubuh kami bersimbah pelu, aku merasakan sangat lelah. Tubuhku kurebahkan di sofa di samping tubuh Bu Lina. Nafas kami tersengal-sengal. Kulihat wajah Bu Lina yang bersemu merah tampak cantik, ia tersenyum.

“Kau… Kau nakal Jo!” katanya pelan,”Tapi aku senang.”

“I… Ibu tidak marah?”

Bu Lina mencium bibirku.

“Aku memang marah pada mulanya, tapi-sudahlah-semuanya sudah terjadi,” katanya,
“Kau hebat!”

Hujan masih turun dengan derasnya. Adikku menelpon, katanya ia belum bisa pulang karena hujan belum reda. Dan aku menghabiskan sore itu berdua bersama Bu Lina. Kami masih sempat bermain cinta sekali lagi sebelum kedua orangtua dan adikku pulang.

Sejak saat itu aku merasa hubunganku dengan Bu Lina semakin dekat, selayaknya sepasang kekasih. Bu Lina menjadi lebih ramah padaku. Kadang kalau ada waktu senggang, aku main ke rumah Bu Lina, atau jika rumahku sepi, aku mengundang Bu Lina ke rumahku, dan kami bisa menghabiskan sore dengan bermain cinta. Hubungan kami bertahan selama 6 bulan, dan berakhir saat aku lulus SMU dan harus melanjutkan ke perguruan tinggi di kota lain. – Cersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Ngentot, Cerita Mesum Terbaru 2015