Minggu, 31 Januari 2016

Cerita Sex: Titin, Gadis Sunda Hot Terbaru 2016 | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Cerita Sex: Titin, Gadis Sunda Hot Terbaru 2016 – Pertengahan bulan April yang lalu, kami mendapatkan seorang pembantu baru bernama Titin, seorang gadis Sunda berumur 15 tahun, berwajah bulat dan manis dan sangat kekanak-kanakan, rambut sebahu dan berkulit putih, bertubuh mungil, sangat seksi dengan kedua buah dada yang ranum untuk gadis seusianya.



Ia bercerita kalau dia terdampar ke Jakarta karena melarikan diri dari rumahnya di kampung saat hendak dikawinkan oleh orang tuanya dengan seorang laki-laki tua yang telah beristeri, sedangkan saat itu ia sudah menjalin hubungan serius dengan pacarnya. Oleh salah satu kenalannya dari kampung, yang empunya yayasan penyalur tenaga kerja ia ditampung sebagai tenaga kerja pembantu.
Di minggu pertama kehadirannya di rumah kami, Titin bekerja dengan rajin, tetapi karena usianya yang masih muda, ia masih sangat bersifat kekanakan dan manja. Titin senang berpakaian baju kaos terusan model daster, sehingga tubuhnya yang mungil dan padat tercetak dengan jelas pada pakaiannya itu.

Aku sangat bernafsu sekali melihat Titin dalam keadaan seperti itu, terutama bila ia mencuci pakaian, dan kaos yang dipakainya tersiram air sehingga basah. Penisku langsung menegang dengan keras, ingin rasanya langsung memeluk dan meremas-remas tubuhnya yang bagus itu.

Sesekali aku dengan halus berusaha menyenggol pinggulnya atau payudaranya bila berpapasan seakan-akan tidak sengaja, Titin biasanya diam dan senyum-senyum saja. Aku terus berusaha mencari akal untuk bagaimana caranya bisa menikmati dan menggeluti tubuh Titin yang ranum itu. Sampai satu hari, aku menemukan persediaan obat-obatan di lemari dan di situ terdapat sejumlah obat tidur.

Aku melirik ke arah jam dinding, sudah tengah malam. Aku melirik lagi ke arah istriku, yang terbaring dengan nyenyak di sisiku. Ia telah tertidur sekitar setengah jam yang lalu, dan aku memang menunggu saat ini untuk meyakinkan bahwa tidurnya benar-benar nyenyak.

Saat aku telah yakin benar bahwa isteriku telah tidur nyenyak, karena aku tahu persis kalau ia sudah tidur, akan sangat susah sekali untuk membangunkannya, apalagi ditambah minum susu kocok yang dibubuhi obat tidur. Aku cepat-cepat bangun dari tempat tidur dan langsung berjalan ke arah kamar mandi. Aku mengambil sehelai handuk kecil serta membasahinya dengan air hangat serta kemudian keluar dari situ dengan tidak lupa mengambil handuk, tidak lupa sayapun membuka semua pakaianku sehingga aku telanjang bulat.

Aku berjalan langsung ke kamar Titin, tempat di mana ia tidur dan saat ini ia tidur dengan pulas sekali, aku tahu demikian karena iapun meminum segelas susu kocok bercampur obat tidur sebagaimana isteriku. Pelan-pelan aku membuka pintu kamarnya dan setelah mataku terbiasa dengan cahaya kamar Titin, aku dapat melihat badannya yang terbaring di dipan. Titin tidur tanpa mengenakan pakaiannya, mungkin karena kamar yang agak panas, ia hanya mengenakan celana dalamnya saja.

Payudaranya yang montok tampak menyembul dengan indahnya, dengan puting yang mencuat kecil kemerah-merahan. Rambutnya tergerai dan dibalik celana dalamnya yang tipis terbayang rambut-rambut vaginanya yang tipis. Aku berdiri memperhatikannya, bibirnya yang manis mengeluarkan napas dalam tidurnya yang nyenyak. Benar-benar gadis 15 tahun yang menggairahkan.

Aku menaruh handuk kecil dan handuk besar di kaki tempat tidur, kemudian aku menyentuh pipinya, Titin tidak bereaksi sedikitpun terhadap sentuhan itu, aku mengulum bibirnya serta meremas dengan pelan kedua buah payudaranya bergantian. Ooh, kulitnya halus sekali, sungguh nikmat meremas payudara Titin ini. Aku mengangkat badannya dan mendekatkan kepada pinggiran tempat tidur, sehingga kakinya tergantung pada pinggir tempat tidur tersebut. Celana dalamnya kulepaskan perlahan.

Titin bergerak untuk berbalik, tetapi aku menahannya pada pinggulnya yang bulat. Kemudian aku membuka kedua belah pahanya yang mulus dan mencium vaginanya yang kecil, ooh.., nikmat sekali. Sesekali kusapukan lidahku pada clitorisnya, kemudian clitorisnya kukulum-kulum dengan bibir dan memainkan lidahku untuk menjilat-jilatnya, pinggul Titin bergelinjang dan kakinya secara refleks menjepit kepalaku.

Pelan-pelan aku mengangkat kedua belah kakinya sehingga kedua kaki Titin terlipat dan kedua lututnya menempel pada payudaranya yang ranum dan kedua telapaknya bertumpu pada pantatnya yang bulat. Dengan perlahan aku mulai menindih Titin dan menahan agar ia jangan bergerak sehingga posisinya berubah. Penisku yang sudah sangat tegang langsung kuarahkan ke vagina kecilnya yang sudah menanti. Benar-benar gerakan yang susah sekali mengingat Titin tetap tertidur dan tidak memberikan gerakan bantuan kepadaku.

Aku menekan ujung penis yang sudah benar-benar keras ke arah kedua belah bibir vagina Titin dan menggosok-gosokan terus berulang-ulang sehingga cairan mulai membasahi vaginanya. Aku mengisap-isap payudaranya yang ranum dan tetap menggosok-gosokan ujung penisku ke vaginanya untuk mempersiapkan vagina Titin menyambut penisku yang besar ini. Aku menekan penisku pelan-pelan sehingga sepertiga dari penisku mulai amblas ke dalam vagina Titin yang sempit. Aku berhenti sebentar untuk merasakan kehangatan, licinnya cairan dan cengkeraman liang vagina Titin pada penisku nikmat sekali. Aku menekan terus ke dalam liang vaginanya.., aduuh.., hangatnya.., nikmat.
Setelah penisku masuk setengahnya ke dalam vagina Titin, baru kusadari bahwa vagina Titin ini sangat sempit sekali. sungguh ketat otot-otot vaginanya mencengkeram penisku, aku menekan lagi dengan keras sampai penisku terbenam seluruhnya ke dalam liang vagina Titin sambil menahan nikmat yang dihasilkan oleh vaginanya yang mulai berdenyut-denyut meremas penisku.

Aku benar-benar tidak dapat menahan kenikmatan yang begitu nikmat akibat denyutan dan remasan vagina Titin ini, aku langsung menarik penisku dengan cepat sehingga tinggal kepala penisku saja di dalam vaginanya kemudian secara cepat dan keras kubenamkan lagi, begitu berulang-ulang secara perlahan-lahan, aku merasakan bahwa otot-otot vagina Titin mengejang dan memberi cengkreaman yang keras kepada penisku yang besar.

Setelah beberapa saat aku diam untuk menikmati kenikmatan vagina ini, aku mulai lagi untuk menarik dan menggenjot masuk penisku, kuulangi lagi gerakan ini berulang-ulang, masuk.., keluar.., tarik.., tekan.., tarik.., tekan dalam-dalam. Aku benar-benar bernafsu sekali kepada Titin, apalagi saat aku menekan dan menarik, kedua payudaranya berayun-ayun bagai mengikuti irama gerakanku.
Aku merasa bahwa aku sudah mau sampai puncak orgasme, biarpun aku mau keadaan ini tetap berlangsung terus, tetapi aku harus cepat-cepat mengakhiri ini kalau tidak mau tertangkap basah, biarpun Titin dan isteriku sudah terkena pengaruh obat tidur. Bahaya ketahuan tetaplah bahaya yang besar bagiku.

Akhirnya, aku merangkul badannya yang mungil melewati kedua belah kakinya yang terlipat, aku pertemukan kedua tanganku di belakang punggung Titin dan memeluknya erat sekali ke badanku, kemudian aku memutar pinggulku sambil tetap menekan ke arah vaginanya sehingga aku bisa menanamkan penisku sedalam-dalamnya di liang vagina Titin sampai penisku terasa menyentuh liang peranakannya.

Aku benar-benar tidak pernah merasakan hal seperti ini, mungkin hal ini terjadi karena perbedaan ukuran tubuh dan penisku yang besar dibanding tubuh Titin yang begitu mungil. Aku menekan terus, kemudian menarik penisku lagi dan menekan lagi dengan keras dan cepat, sehingga terasa tubuhnya bagaikan orang yang menggigil dan cengkeraman vaginanya terasa semakin memuntir batang penisku, benar-benar nikmat dan nikmat sekali, Tanpa terasa aku menggigit payudaranya yang kanan dengan gigiku.

Saat aku menekan batang penisku dalam-dalam ke liang vaginanya, sampailah aku kepuncak kenikmatan bersetubuh, penisku mengeluarkan cairan mani yang menyemprot masuk ke dalam liang vagina Titin dalam-dalam. Aku tetap menekan terus dan tidak melepaskan batang penisku dari dalam vaginanya sampai aku tidak merasakan lagi denyutan-denyutan yang mencengkram. Begitu aku mencabut batang penisku, aku langsung menggosok-gosokan ke bibir vaginanya yang kecil itu sebelum aku mengambil handuk basah untuk mengelapnya.

Aku langsung membersihkan badan Titin dengan handuk lembab untuk menghapus segala tanda-tanda persetubuhan yang terjadi dan memakaikan celana dalamnya lagi serta mengatur tubuhnya dengan rapi di tempat tidur. Tanpa membersihkan diri lagi langsung saja aku menaruh handuk-handuk tersebut ke tempat cucian dan kemudian kembali ke kamarku.

Esok pagi, aku bangun agak terlambat, isteriku sudah pergi ke kantor duluan, saat aku ke belakang menuju kamar mandi, tampak Titin sedang duduk termanggu-manggu melamun di atas sebuah bangku kecil di tempat cucian.

“Ada apa, Tin.., kok pagi-pagi ngelamun siih”, sapaku.

“Aakh.., nggak.., anu Pak..”, jawabnya.

“Anu.., apanya”, kataku lagi.

“Itu.., tadi malem Titin mimpi.., kok.., aneeh bener”, jawabnya senyum-senyum.

Waktu melewati Titin, aku menengok ke arah belahan payudaranya yang terlihat dari sela-sela daster kaosnya, tampak sekilas di atas payudaranya yang sebelah kanan bekas gigitan yang memerah.., Waahh. – Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Hot Terbaru 2016

Cerita Sex: Suara Malam Yang Aneh Dari Asrama Siswi Hot Terbaru 2016 | Agen Poker Online

 Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Cerita Sex: Suara Malam Yang Aneh Dari Asrama Siswi Hot Terbaru 2016



Namaku Tio, umurku 16 tahun, aku sekolah disekolah berasrama yang baru saja dibangun akhir tahun kemarin. Disekolah, aku cukup populer dan dikenal banyak orang. Panggilan akrabku disini adalah getol, katanya sih gede kontol. Kadang aku melihat kontolku sendiri dan merasa bangga dengan ciptaan tuhan yang sangat luar binasa ini. Baiklah, mari kita mulai ceritanya…
Suatu hari saat pulang sekolah, aku akan pergi pulang kembali ke asrama yang letaknya bersebelahan dengan asrama siswi. Aku susuri satu demi satu jalan setapak menuju asrama. Tanpa sadar, aku bertabrakan dengan seorang wanita yang sering kulihat duduk menjaga pintu asrama siswi setiap malam hari.

“Oh, maaf ya” ucap wanita itu. Aku pun menjawab ” tidak apa-apa.”
Wanita itu berlalu pergi, masuk kedalam asrama siswi yang penuh dengan gairah itu. Setiap hari, aku sangat sering mendengar suara-suara aneh dari dalam asrama siswi itu, suara itu sangat menggairahkan. Entah apa yang terjadi disana, akupun tak terlalu menghiraukannya, walaupun kadang malam terpikir juga.

Saat aku akan pergi kekantin, aku mendapati temanku, Alma. Ia tampak sedang berbincang-bincang dengan Sekar. Akupun menguping pembicaraan mereka.
” Sekar, kamu tau nggak siapa yang di layani Buk Ayu malam tadi?”
” Gak tau, memangnya siapa?”
” Katanya sih, laki-laki bejat selanjutnnya itu ayahnya Mawar”
” Beneran?, kasian dong mawarnya. Padahal dia kan anak baik, masa punya ayah bejat kayak gitu?”
” Iya, ya kasihan.. udah deh kita balik yuk”
” Ayuk”

Setelah mereka pergi, aku merenung sekejap. Di layani? bejat? apa maksudnya?. Aku hanya melupakannya dan melanjutkan perjalanan menuju kantin. Hari ini kantin agak sedikit sepi. Aku membeli dua bungkus sosis sapi yang ditambah mayonnaise berwarna putih. Selepas ngantin aku kembali menuju asrama ku. Lagi-lagi aku bertemu dengan wanita itu, aku melihat name tagnya, rupanya namanya Ayu Rayaina Malis. Rupanya wanita ini yang disebut oleh Alma, Buk Ayu..

Entah kenapa, tiba-tiba ibuk itu menuju kearahku sambil berjalan cepat.

” Hei, nak!” ujarnya.
Aku hanya diam dan terus berjalan tanpa menghiraukan panggilannya tadi. Diapun memanggil lagi
” Nak!”
Akhirnya akupun berhenti. saat aku berhenti , dia langsung menyerbu kearahku dan menutup mulutku dengan sapu tangan dan aku pingsan.

Ketika bangun, aku melihat langit-langit ruangan berwarna putih. Aku merasakan badanku terasa kedinginan dan seperti ada yang sedang mengganjalku di bagian dada. Aku mengedipkan mataku berkali-kali. Setelah sadar, aku menyadari kalau aku sedang bugil. Kontolku terasa tegang dan keras. aku melihat kearah kontolku, rupanya ada buk ayu disana yang sedang mengemut-emutnya.
“ Apa yang terjadi, Buk?” tanya ku.

“ Ah, kamu diam saja!” tegasnya sambil terus melakukannya.

“ uh , ah , berhenti dong Buk! Jangan ganggu saya! Saya masih perjaka! “

“ Saya gak peduli, yang penting happy srp… srp.. srp… “ katanya langsung mengemut kembali.

Aku tidak tahu harus gimana lagi. Aku hanya pasrah menerima perlakuan Buk Ayu yang sangat agresif dan brutal itu. Dia seperti yang dikatakan Alma tadi, sudah berpengalaman. Karena tidak kuat lagi menahan nafsu ini, aku langsung duduk lalu memutar balikkan Buk Ayu sehingga menjadi posisi ADIDAS (Adek di bawah , Abang di atas).

Tanpa pikir panjang, langsung kutusuk kontol besarku yang telah keras dan tegang setelah di emutnya kedalam vagina lembutnya dengan bulu-bulu jarang dan halus disekitar lubang vaginanya. Dia mengerang keras dan mengeluarkan desahan yang sangat menggairahkan, nafsuku meningkat drastis setelah mendengar desahan girang dari mulut mungil Buk Ayu.

Sambil terus memaju-mundurkan kontolku, aku mendekatkan bibirku ke bibir mungilnya yang sudah sedikit basah setelah mengemut kontolku tadi. Lidahku mengelilingi lidahnya dan masuk kedalam, sungguh nikmat sekali. Buk Ayu sangat menerima ciumanku, tanpa menolak tapi malah menyambutnya dengan dorongan lebih keras lagi. Lidah kamipun menyatu dan aku semakin keras menggenjotkan tusukanku ke lubang vaginanya.

Setelah memainkan lidahnya , aku mulai menyusuri lehernya , dan menjilat-jilatnya di bagian dekat kuping, sehingga Buk Ayu makin mendesah keeenakan dan tak tertahankan. Setelah kukira, dia cukup tenang, aku mulai turun menuju dua bukit besar yang putih dan terdapat kismis merah muda yang sedang tegang dan keras.

Perlahan aku pelintir-pelintir kismis merah mudanya, lalu mulai kuemut dengan gerakan halus dan dia pun makin mengerang. Habis memainkannya, tanganku mulai naik dan meremas-remas payudara indahnya yang bulat itu. Rasanya sangat luar biasa sekali, sangat lembut dan kenyal seperti puding buatan tanteku. Terus kuremas-remas payudaranya sambil menusuk-nusuk kontolku kelubang vaginanya.

Lalu Buk Ayu mulai kewalahan menghadapiku. Sekarang dia ingin dia yang bermain. Aku menurutinya dan kamipun bertukar posisi, aku menjadi di bawah dan dia duduk diatas kontolku. Tubuh Buk Ayu mulai bergerak naik utrun mengikuti irama permainan.

“ Ah, ah, ah, ah “ desahnya.

Buk Ayu makin agresif dan aku menyambutnya dengan baik. Sambil dia mengerakkan tubuhnya naik turun, aku meremas-remas payudaranya dengan kencang. Lalu kulihat Buk Ayu mulai capek dengan keringat yang turun melewati belahan antara payudaranya. Akupun menolong gerakannya dengan meletakkan kedua tanganku di pinggulnya. Ku angkat naik turunkan pinggulnya di atas kontolku.

“ Aduh! udah mau keluar” erang Buk Ayu.

“ Sabar ya, Kita keluar sama-sama oke” pintaku.

“ Iya.. “
Semakin ku pacu gerakanku dipinggulnya. Dan aku merasakan cairan keluar dari lubang vaginanya, diikuti dengan keluarnya sperma dari kontolku.

“ crottt.. crottt.. “
“ Uh, ah , ah, ah.. “

Aku memindahkan tubuhnya ke bagian sampingku. Lalu dia menarik selimut dan tertidur lelap karena kecapekan. Setelah membersihkan cairan yang bergumpal di tubuhku, Akupun ikut tidur.
Paginya saat terbangun, jam menunjukkan pukul 6 pagi. Aku langsung memakaikan bajuku dan langsung pergi dari kamar itu. Setelah sampai diluar, aku menyadari kalau aku kejadian semalam terjadi di dalam asrama siswi. Dan sekarang, aku tahu kalau suara aneh dari asrama siswi yang sering kudengar tiap malam itu adalah suara erangan dari Buk Ayu.Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Cerita Sex: Suara Malam Yang Aneh Dari Asrama Siswi Hot Terbaru 2016

Cerita Sex: Bu Broto Hot Terbaru 2016 | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Cerita Sex: Bu Broto Hot Terbaru 2016 – Setelah 3 tahun nganggur akibat PHK akhirnya aku mendapatkan pekerjaan kembali dan aku diterima disebuah perusahaan swasta yang ditempatkan di Yogya yang berjarak sekitar 250 km dari kota asalku.



Untuk sementara karena gaji yang masih minim dan aku tidak mendapatkan fasilitas perumahan dari kantor, aku harus meninggalkan istri dan anaku yang masih berumur 5 tahun dirumah mertuaku dan aku harus kos. Sebulan sekali aku pulang, biasanya hari Jumat malam setiap awal bulan setelah terima gaji. Akupun harus mencari kos yang bayarnya miring.

Setelah mencari-cari akhirnya aku mendapatkan sebuah keluarga yang memiliki rumah khas Yogya yang cukup besar dengan 4 buah kamar dan ditinggali hanya sepasang suami istri. Anak tunggal mereka kuliah di Jakarta. Mereka menyewakan kamarnya dengan harga yang cukup murah. Karena mereka menerima aku hanya untuk menemani mereka yang hanya berdua dengan pertimbangan aku sudah berkeluarga sehingga disini hanya aku yang kos.

Pak Subroto adalah nama pemilik kosku yang akrab dipanggil dengan pak Broto adalah seorang pegawai negri sipil berusia 52 tahun. Sebenarnya dia lebih mirip serang anggota TNI karena bertubuh tinggi (182 cm) kekar dan berkumis tebal. Diusianya sekarang badannya masih kekar. Tampangnya sangar tapi orangnya ramah dan baik bahkan suka bercanda.

Istrinya yang akrab di panggil bu Broto adalah seoarang ibu rumah tangga biasa yang sudah berusia 46 tahun. Orangnya lembut. Wajahnya biasa-biasa saja tapi karena kulitnya yang kuning bersih dia masih kelihatan menarik walau bentuk tubuhnya sudah tidak ramping lagi tapi perutnya tidak terlihat buncit layaknya ibu2 seusia dia mungkin karena tingginya yang 162 cm dan dia rajin minum jamu jawa. Kelihatannya mereka adalah pasangan yang serasi dan merekapun sangat baik terhadapku membuat aku betah kos dirumah mereka sehingga tidak terasa sekarang sudah bulan ke enam aku kos disini.

Malam itu hari Sabtu sekitar pukul 01.40 aku terbangun karena berasa mau pipis dan akupun melangkah ke kamar mandi yang letaknya agak dibelakang. Hampir semua lampu dirumah ini dipadamkan kecuali diruang makan yang menyala itupun hanya lampu yang 5 watt. Saat aku menoleh bagan depan rumah, mataku tertuju pada sinar lampu yang agak terang yang keluar dari celah pintu kamar bapak dan ibu Broto yang sedikit terbuka. Timbul isengku ingin melihat apa yang terjadi didalam kamar itu. Akupun menunda kekamar mandi dan pelan-pelan mendekati celah pintu yang sedikit terbuka itu. Di dalam kamar ternyata aku melihat pak Broto dan istrinya sama-sama telanjang.

Rupanya mereka akan melakukan hubungan suami istri. Entah aku ketinggalan episode awalnya atau tidak, aku ngga tahu, aku ngga melihat mereka melakukan warming up. Yang aku lihat adalah saat posisi bu Broto sudah telentang memperlihatkan tubuhnya yang masih mulus walau tidak langsing lagi dengan gundukan memek yang tertutup bulu jembut yang lebat sedang suaminya sudah berlutut diantara kedua pahanya dengan memegangi kemaluannya yang berukuran sesuai tubuhnya yang tinggi besar untuk diarahkan ke memek bu Broto.

Aku kagum dengan ukuran kemaluan pak Broto, akupun berdebar menunggu permainan mereka yang aku yakin seru. Aku membayangkan bu Broto bakalan menjerit2 kenikmatan kayakdi film-film bokep saat senjata pak Broto beraksi dan diam-diam burungkupun mulai naik.

Pak Broto mulai menempelkan kemaluannya ke memek istrinya

“Pelan-pelan aja ya pak, biar lama…” terdengar pelan suara bu broto saat saat kemaluan pak Broto menempel di memeknya dan dibalas dengan anggukan suaminya dan pak Brotopun terus menekan masuk kemaluannya dan…….aaaahhhhh……terdengar suara mereka bersamaan.

Sesaat pak Broto menahan kemaluannya didalam memek istrinya. Sesaat kemudian dia mulai pelan2 memaju mundurkan pantatnya yang disambu dengan desisan istrinya….sssh….sshh….mungkin belum lebih 15 x pak Broto secara pelan-pelan mengayunkan pantatnya dan tiba2 dia mempercepat dan semakin cepat gerakannya dan diapun mengerang panjang …..hhhgghh….aku nda kuat deee…aahh…. sambil menekankan pantatnya rapat-rapat kememek istrinya sebentar kemudian tubuh pak Broto ambruk diatas tubuh istrinya.

Aku melihat bu Broto agak kesal dan mencubit pantat pak Broto tapi dia ngga protes apa2, mungkin adat yang membuat seperti ini. Akupun kecewa karena pertunjukannya hanya sebentar dan akupun segera melangkah pelan menuju kamar mandi untuk kencing dan kembali tidur.
Jam 8 pagi aku baru bangun karena hari Sabtu aku libur kerja. Akupun langsung ke wastafel untuk gosok gigi. Pak Broto sudah berangkat kerja di kamar mandi ada bu Broto yang sedang mandi. Ketika aku selesai gosok tiba-tiba dari kamar mandi terdengar suara bu Broto
” Aduuhhh….” Akupun segera mendekati pintu kamar mandi dan dari luar aku bertanya ke bu Broto
” Kenapa bu ? ”
” Oh nda apa-apa de Budi, cuma daster sama pakaian dalam ibu yang jatuh dan kesiram air….” jawab bu Broto dari dalam kamar mandi
” Ooh, saya kira ada apa…..” akupun segera menjauh dari pintu untuk melanjutkan nyeduh kopi.
Sesaat kemudian bu Broto keluar dari kamar mandi hanya dengan melilitkan handuk yang agak kekecilan ditubuhnya dan tangannya memegangi ikatannya takut lepas. Biasanya dia tidak pernah melakukan ini, keluar kamar mandi selalu sudah memakai daster, makanya dia setengah berlari apalagi saat melihat aku sedang nyeduh kopi didapur dia semakin gugup dan sambil menunduk dia tersipu
” maaf..maaf de Budi”.

Saking gugupnya dia tidak melihat ada bangku kecil didepanya dan ….brukk!!…aduh!!….dan bu Brotopun sempoyongan hampir terjatuh dan tentu saja dia melepaskan tangannya dari handuknya untuk menggapai pegangan agar tidak jatuh, tentu saja handuknya terlepas dari tubuhnya. Secara refleks aku yang ada didepan bu Broto menangkap tubuh telanjang bu Broto dan akupun memeluk tubuh sintal bu Broto.

Tinggi kami hampir sama dan wajahnya pas didepan wajahku. Sesaat aku dapat melihat dengan jelas wajah cemas bu Broto yang sudah mulai ada kerutan di sekitar matanya tapi masih menarik dan bu Brotopun mulai sadar kalau dia telanjang dan hendak melepaskan diri, tapi aku malah mengetatkan pelukanku dan aku memberanikan diri mengecup bibirnya
” De Budi ! apa yang kamu lakukan, kamu jangan kurang ajar..” dia marah dan memberontak hendak melepaskan pelukanku tapi aku semakin ketat memeluknya
” Bu, saya tahu yang terjadi semalam antara ibu dengan bapak….” kataku
” Maksudmu ?” bu Broto berhenti berontak dan memandangku penuh selidik
” Ibu semalam kecewa sama bapak, karena bapak selesai duluan tapi ibu entah malu atau tidak berani untuk protes sehingga ibu hanya memendam kekecewaan. Apa setiap kali selalu begitu bu ? ” tanyaku pelan.

Entah dia malu atau memang memendam lama kekecewaan dan sesuai yang aku katakan tiba2 dia menangis dan malah memeluku dan aku hanya membiarkan dia mengis di bahuku, setelah bisa menguasai diri melepaskan pelukannya dan akupun tidak menahannya lagi sehingga dia dapat memungut handuknya yang terlepas dan menutupkannya kembali ke tubuhnya, dia bilang :
” Aku memang nda pernah merasakan kenikmatan sex. Hanya bapak yang selalu merasa puas karena dia selalu selesai duluan, bagaimana kalau istri de Budi ? ” Aku ngga menjawab tapi kembali aku menarik tubuh bu Broto dan mencium bibirnya kini dia ngga melawan tapi juga tidak membalas ciumanku tapi saat mulai mencium dan menjilat bagian bawah telinganya dia agak mendesis dan saat aku kembali mencium bibirnya dia mulai membalas tapi agak kaku.

Sambil berciuman pelan-pelan aku membimbing dia kekamarku dan dia tersadar saat aku rebahkan tubuh sintalnya ke kasurku dan melepaskan ciumanku
” De Budi mau ngapain ? ”
Dengan tidak melepaskan pelukanku aku berbisik didekat telinga bu Broto
” Saya mau membuat ibu merasakan kenikmatan sex ”
” Tapi ibu sudah tua de Budi..” protesnya
” Tapi ibu belum terlambat untuk menikmatinya…” kataku sambil tanganku membuka ikatan handuknya sehingga nampaklah tubuh telanjang bu Broto.

Akupun segera membuka pakaianku. Payudarnya walau agak kendor masih menarik bahkan terasa lembut saat aku merabanya dan pelan-pelan lidahku mulai menjilati payudara bu Broto, mata bu Broto terpejam menikmatinya dan kedua tangannya ditelentangkan memperlihatkan ketiaknya yang mulus. Bergantian aku menjilati payudaranya sambil tanganku mengelus-ngelus gundukan jembutnya.

Kedua paha panjang dan gempalnya mulai dibuka dan jarikupun mulai merayap ke dalam memeknya yang mulai becek dan pahanya semakin lebar dibuka sambil mulutnya mendesis….ssshh….ssshh…hhhhh….mengikuti gerakan jariku.

Ciumanku mulai merayap turun ke perutnya ….aaahhh….. dia menahan geli bercampur nikmat saat lidahku aku mainkan dipusarnya dan kedua tangan memegangi kepalaku dan lidahku terus merayap ke gundukan jembutnya, tiba2 dia bangun dan menahan kepalaku
” Mau diapain ? ” tanyanya.

Aku kembali hanya tersenyum sambil mencium pipinya dan berbisik
” Aku mau buat ibu terbang” dan dengan lembut aku baringkan kembali bu Broto dan kembali aku mainkan lidahku digundukan jembutnya tapi aku tidak langsung menjilati klitnya aku hanya menjilati selangkangannya.

Memeknya semakin becek dan akupun mulai menjilati klitnya…..aaahhh…..tertahan suara bu Broto sambil kedua tangannya memegangi kepalaku pantatnya terus goyang mengikuti gerakan lidahku di klitnya, pantatnya diangkat tinggi-tingi dan kedua tangannya kuat-kuat memegangi kepalaku bahkan kadang menjambak rambutku apalagi saat lidahku dengan cepat berputar diklitnya dan dia menekan kuat-kuat kepalaku ke memeknya, aku tahu dia mau orgasme, makanya aku terus putar dengan cepat lidahku di klitnya, tiba-tiba tubuhnya bergetar dan sesaat kemudian aku rasakan ada cairan hangat membasahi daguku dan tubuh bu Brotopun diam, perlahan aku angkat kepalaku dan aku lihat nafas bu Broto terengah-engah dadanya naik turun dengan cepat tapi mulutnya tersenyum padaku.

” Baru sekali ini aku merasakan enaknya orgasme ” Katanya sambil memelukku
” Ayo sekarang gantian de Budi ”
” Ibu pernah ngisep burung bapak ?” tanyaku
” Ngga pernah karena kalau diisep bapak cepat sekali keluarnya…..”
” Bagaimana kalau coba punya saya, tapi jangan dihina ya, ounya saya ngga sebesar punya bapak….” candaku dan bu Broto hanya tertawa kecil sambil mendorong tubuhku dan diapun mulai menyedot2 burung, masih kaku caranya tapi lama-lama dia mulai memakai lidahnya.

Akupun ngga mau diam, aku tarik paahanya agar memeknya berada diatas mulut dan akupun bisa menjilati memeknya yang sudah becek jadi semakin becek bahkan sampai mengalir ke hidungku akupun semakin bernafsu menjilati memeknya dan demikian juga bu Brotopun. Ketika dia semakin kencang mengoyangkan pantatnya dimulutku dan akupun semakin bernafsu aku minta dia segera memasukan burungku dengan posisi dia diatas dan karena kami sudah sangat bernafsu hanya 5 menit kemudian kami bersamaan keluar dan bu Broto orgasme dengan sangat hebat dengan posisi dia diatas sampai dia berteriak kuat-kuat.

Acara seperti ini menjadi rutin setiap Sabtu pagi, yakni disaat aku libur dan pak Broto pergi bekerja. – Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Hot Terbaru 2016

Selasa, 26 Januari 2016

Cerita Sex: Jeritan Hot Tante Girang Hot Terbaru 2016 | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Cerita Sex: Jeritan Hot Tante Girang Hot Terbaru 2016 – Suatu hari yang cerah,, pagi pagi sekali sekitar pukul 8 pagi… kenapa ku sebut pagi,, ya biasanya seeh aku bangun tidur sekitar jam 11 Siang. Makannya jam 8 pagi aku sebut masih pagi-pagi sekali… he he he he.. Biasa seeh, setelah menjalani rutinitas keseharianku di malam hari, maklum sebagai freelance profesional alias pengacara pengangguran banyak acara.. Kalo malam aku banyak menghabiskan waktu,, kaya super hero Batman gitu lah he.. he .. he.. he..



“Bangun.. Bangun.. dah siang,, masih molor aja terus..” kata kakakku sambil mengoyak-mengoyak tubuhku dengan tergesa-gesa…

“Apaan sih,, orang lagi enak-enak tidur di gangguin aja” kataku sembari kesal…
“Cepat bangun, aku mau nyuruh kamu,, ke rumah mbak Fera!!! udah jangan kuatir nanti aku kasih uang bensin ama uang rokok deh” Sahut kakaku..

Dalam batin,, wah surprise niih fulus.. fulus.. lumayan lagi bokek.. untuk membasahi dompetku yang kering kerontang ini He he he he…

Segera aku bergegas bangun dari ranjang yang kumel ini…

“Udah sana buruan mandi Rif, ga enak sama mbak fera udah nungguin, karena kakak kemarin udah janji ma dia mau kasih uang setoran untuk bayar baju kakak, jam 8 pagi” Ucap kakaku untuk segera menyuruhku mandi.

“Oke” jawabku spontan, dalam hati berbisik kalau ada duitnya seeh ga pake lama dah langsung aku kerjain.
Byar.. Byur.. Byaaar.. suara air nan segar membasahi tubuh kekar yang penuh dosa ini.. Ha.. Ha.. Ha..

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, aku segera keluar kamar..

“Itu sarapan pagi, dimakan dulu” Kata kakakku sambil menunjuk meja makan, yang udah tersedia semangkok Soto hangat.

Ga Pake Lama dah langsung aku sikat aja tuh soto yang udah menggiurkan, apalagi perut ini udah mulai berorkestra ria, karena lapar..

“Ini uang untuk bayar setoran baju kakak ke mbak Fera!!” Ucap kakakku Sambil memberikan uang 50.000 kepadaku.

“Dan ini untuk beli bensin dan rokok kamu!” sembari memberikan uang 50.000 juga kepadaku..
“Wah tumben-tumbenan kasih duit sebanyak ini sama aku, baru cair ya, dapat jatah bulanan dari si Brotu” kataku sambil menggoda kakakku.

Yah begitulah nasib kakakku mujur banget dia,, paras cantiknya cuma dikasihkan sama Brondong Tua alias suaminya yang notabene umurannya jauh lebih tua daripada kakakku, malahan seperti bapak dengan anaknya.. Kagak seperti suami-istri dah.. Sumpeh ajib benar… Memang cinta sekarang bisa di beli dengan uang.. Hufftt..

Setelah makan pagi dengan semangkok Soto aku segera mengendarai motorku langsung meluncur ke TKP, ke rumah mbak Fera yang imut-imut..

“Kak, aku berangkat dulu ya,” ucapku penuh semangat mengemban misi untuk membayar hutang kepada si Rentenir cantik Hahahaha….

“Ya hati-hati, ga usah ngebut naik motornya” Sahut Kakakku..

Setelah beberapa menit sampe juga aku ke TKP,, di rumah mbak Fera..

Langsung aja aku ketuk pintu rumah mbak Fera… Tok tok tok tok suara pintu berbahan kayu jati di Rumah gedongan itu berbunyi…

Seketika muncul, cewek seksi membukakan pintu..

Terbelalak mata ini sampe tidak berkedip “Oh my god” pemandangan indah di pagi indah ini,, sungguh anugerah yang menyehatkan mata yang masih belekan ini.

Mbak Fera masih menggunakan baju tidur alias lingerie tipis berwarna merah muda yang seksi… membukakan pintu rumahnya untukku..

“Ehhhhh,, Arif,, sini masuk rumah dulu,, wah pasti kamu di suruh kakak kamu ya,, tumben-tumbenan kamu main ke rumah mbak Fera…” Ucap mbak Fera dengan nada centilnya..
Ga pake lama dah langsung aja aku masuk rumah mbak Fera, dan duduk di Sofa empuknya,, sembari si Viktor merusak pikiran ini dan menemani mata ini yang bosan berkedip melihat kemolekan tubuh mbak Fera..

“Bentar Rif,, mbak buatin teh hangat dulu ya” Mbak Fera yang seksi itu menawarkan kehangatan teh di pagi ini..

Tiba-tiba terdengar gonggongan dari makhkluk buncit yang berirama noise…

“Mah… Papa mo berangkat kerja dulu ya..” Suara suami mbak Fera..

Terpapar di depanku sebuah penampakan yang menjemukan,, Mas Pur suami mbak Fera yang bertubuh buncit, serta di poles lapangan golf dijidatnya lewat di depanku yang sedang duduk di sofa empuk..

“Oh Arif tho,, mampir dulu pasti di suruh kakak kamu ya?,”Ucap mas Pur dengan nada ramah kepadaku..

“Ia ini mas,, mau berangkat kerja ya?” Sapaku penuh malu-malu dan sungkan.
“Ia ini Rif, ya udah itu tehnya diminum ya jangan malu-malu” Kata mas Pur yang ditemani mbak Fera diantar keluar rumahnya untuk berangkat kerja..

Brrrmmm Brrmmmm suara mobil Jazz berwarna putih mengkilap menderung… Mas pur sembari mendapat kecupan kecil dari mbak Fera mengantar dia mengawali rutinitasnya hari ini..

“Papa berangkat dulu ma!” Kata mas Pur..

“Iya pa.. hati-hati di jalan ya!! Kata mbak Fera,, yang membuat ku merasa iri..

Dalam batin ini berkecamuk penuh dengan perasangka buruk.. Emang jaman sekarang,, wajah tampan tidak bisa menjadi modal untuk mendapat permaisuri cantik.. Udah jamannya brotu.. brotu meraja lela mendapatkan wanita cantik dengan modal uangnya.. Bahkan pikiranku pesimis “Apakah aku harus menjadi brotu yang tajir dulu untuk mendapat cewek cantik yang bisa memuaskan hati dan menyehatkan Cucak Rowo ku ini…” tanyaku dalam batin..

Mobil mas Pur udah jalan,, mbak Fera pun kemudian menghampiriku..

“Ada apa ini,, kok tumben main kesini” Nada manja mbak Fera menanyaiku..

“Ini mbak aku disuruh kakakku untuk membayar hutang bajunya sama mbak Fera” ucapku penuh malu-malu sambil menyodorkan uang 50 ribuan..

“Ohh itu ya,.. ia mbak terima ya… kenapa buru-buru main dulu dong ke rumah mbak,, lagian sepi neeh,, mbak ga ada temannya..” Kata mbak Fera penuh lemah lembut menggetarkan hati…
“he.. he.. he.. he..,,” tawa kecilku penuh malu-malu tapi mau..

“Kamu sekarang gede-gede kok tambah ganteng aja,, padahal waktu kecil dulu kamu itu item,, tengil,, kribo pula,, sekarang kok berubah 180 derajat…” Mbak Fera penuh manja menggodaku sembari dia berpindah posisi duduknya mendekatiku..

“Gimana dah punya pacar belom kamu sekarang??” tanya mbak Fera sambil mengelus pipiku dengan tangannya yang lembut seperti busa spoon pencuci piring…

“He.. He .. He.. ,, belum kok mbak, susah mencari pacar sekarang” jawabku
“Loohh.. ganteng-ganteng kok ga laku seeh wah kurang nyali pasti kamu,” sahut mbak Fera menggodaku..

“Apa perlu mbak Fera ajarin cari pacar buat kamu,, kalo mbak masih muda,, mbak aja mau kok jadi pacar kamu,, sayang mbak kan udah berumur.. lagi pula dah punya suami..” Dengan suara centilnya mbak Fera menggodaku..

“Ahh mbak bisa aja.. ini walaupun mbak udah cukup umur tapi mbak masih cantik dan seksi malahan mbak Fera masih kaya seumuran anak kuliahan lhooo.. hehehehehe…” Sahutku merayu mbak Fera
“Boong kali ye… mau merayu mbak neeh… mbak aja udah kepala 3 kok umurnya masak dibilang ABG masih kuliah..Pintar juga gitu kok kalau merayu cewek,, masak cari pacar aja ga bisa?” Sahut mbak Fera.

“Iya beneran mbak.. Arif ga bohong.. sumpeh dah…Kalau ada edisi ke duanya cewek kaya mbak Fera gini.. Ga Pake Lama dah Arif pacarin…” Kataku sambil merayu mbak Fera..

“Pintar juga ini adik temanku merayu cewek duh duh duh,, makin gede makin pintar aja kamu ya” sambil menempelkan bodynya yang aduhai dan jari-jari tangannya yang lentik mbak Fera mengusap leherku.

“Ah geli mbak.. mau di geli-geli in X lainnya dong…” spontan aku berucap sungguh bergetar bulu kuduk ini diusap leher ini ama jari-jari lentik mbak Fera…

“Duh kamu nakal deh Rif… emang kamu belum pernah di cumbu cewek ya,, mbak gituin aja udah ga tahan.. hahahahaha” sembari ketawa kecil mbak Fera menggoda iminku…

“Pacaran aja ga pernah mbak,, ngerasain yang namanya dicium cewek apalagi??? bikin penasaran seeh,, tapi apa mau di kata nasib ya nasib mbak..” Dengan nada polos aku utarakan kejujuranku kepada mbak Fera..

“Masa seeh hari gini loohh.. ada perjaka ting tong nyangkut di rumahku,,” Mbak Fera berkata sambil centil-centil nakal…

“Iya mbak sumpah demi apa aja deh asal jangan demi di kejar-kejar dedemit,, hehehehehe” Spontan kepolosanku berucap.

“Mau ga mbak ajarin caranya” Dengan manja mbak Fera dan menjetikkan jarinya di lingerie tepat di atas belahan toket payudaranya yang putih montok seperti pepaya belgia.. Menggodaku..
“Ohhhhh… ga kuat dah si Viktor menggerayangi pikiran ini…” Dalam batinku tersayat..
Mbak Fera penuh kehausan langsung to the Point menjulurkan lidahnya tepat dibibirku…
“Enak kan…” Sahut mbak Fera memotong aksinya…

Bibir mbak Fera yang merah merekah langsung mencibir tepat ke bibirku ini… Lidahnya bergentayangan menggeliat membasahi bibirku… Oh serasa surga dunia… Mbak Fera penuh dengan kehausan tangannya meremas-remas payudaranya yang putih itu dihiasi lingerie tipis berwarna merah muda.. Srruuupp Srruuupp… Cepp.. Cepp.. Slurup.. nada hawa nafsu dari dua bibir yang sedang bergejolak terdengar..

Aku pun tak mau kalah aku lumat bibir mbak vera … yang merah merekah nan seksi itu.. lidah ku dan lidah mbak Fera bertempur menggeliat geliat menari di dalam mulut saling bersahutan…Air liurnya pun ikut membasahi kehausan ini…

“Enak kan sayang”.. Mbak Fera berucap sembari dia melanjutkan pertempuran bibir ini…
Lidahnya sungguh menggelikan berputar-putar menari di bibirku,, beraduan dengan lidahku yang tak mau kalah melawan kehausan mbak Fera..

Aku hanya bisa menganggukan kepala sembari menikmati kehangatan tubuh dan bergumal berciuman dengan mbak Fera…

Tangan mbak Fera meraih tanganku menunjukan kepadaku bahwasanya Payudaranya ingin diremas penuh lemah lembut…

Jari – jari ini meremas penuh dengan kelembutan menggerayangi payu dara mbak Fera yang putih seperti pepaya Belgia itu.. ouuhh seksi sekali.. aku remas-remas.. semakin bernafsu aku mainkan jemariku di puting mbak fera yang merah merekah itu.. Sembari lidah dan bibir ini terus bergumal penuh dengan kenafsuan..

Mbak fera pun lebih melonggarkan lingerie yang menutupi keindahan tubuh mbak Fera itu.. dilepas lah BH ukuran 34 itu.. di bukanya lingeri itu lebih longgar muncullah payudara yang seksi itu..
Mbak Fera memegangi kepalaku ini mengarahkan tepat di depan payudara yang seksi, putih dan segar itu..

Ga pake lama langsung aja bibirku menuju ke payudara itu,, aq lumat penuh dengan nafsu payu dara mbak Fera yang montok itu.. Aku julurkan lidah ku tepat di putingnya yang merah merekah penuh kehangatan itu..

Lidahku menari-nari menggeliat menjilati puting mbak Fera…

Ohhh Ouuhhh Ahhh… sambil memegangi dan menggeleng-gelengkan kepala ku mbak Fera menikmati lidahku menjulur membasahi dan menari-nari di putingnya…

Aku gigit kecil-kecil putingnya aku remas payudara satunya,, bibirku melumat dan menghisap puting itu .. cupp cclloopp crooopp cuuppp.. aku nikmati kenyotan bibirku mengenyot puting mbak vera..
Ohhh Ouuuuhhh AAAhhhh mbak Fera menikmati, matanya merem melek menikmati putingnya aq hisap…

Hisap lebih kencang dong rif,, mbak Fera berkata sambil tangannya memegangi tanganku yang meremas payudara satunya…

OOhhh Ouuhhh mbak Fera semakin kencang berdesah, sambil menggoyang-goyangkan payudaranya yang sedang aku hisap itu…

Kami berdua larut dalam permainan sex itu,, dan aku terus menghisap dan mengigit kecil-kecil puting mbak Fera yang merah merekah itu..

Tangan mbak Fera meraih bajuku dan melucutinya membugiliku…

Kehausan mbak Fera sungguh tak terbendung langsung saja dia juga melucuti celana jeansku yang berwarna hitam itu..

Dilepaslah juga lingerie tipis merah muda mbak Fera…
Kemudian mbak Fera melepas celana dalamnya, tangannya memegang kepalaku ini, mengarahkan kepadaku tepat di depan memeknya yang berbulu tipis tipis teratur itu… gundukan bulu kemaluan yang tertata rapi,, terpampang dihadapanku.. Sungguh mengisyaratkan bahwa mbak Fera cinta kebersihan dan kesehatan.. dirawatnya kebun bulu kemaluannya yang tertata rapi.. Tidak seperti sarang walet yang bertumpuk ga karuan..

Mbak Fera memegang kepalaku.. mengarahkan memeknya tepat di bibirku… suatu isyarat kalau memeknya ingin dijilatin dengan lidahku…

Langsung saja bibir ini mengenyot memek yang merah segar itu ditumbuhi bulu kemaluan yang tumbuh rapi..

Aku ciumi memek mbak Fera yang merah seperti daging segar itu… lidahku pun ikut menari-menari di atas mulut kemaluan mbak Fera yang seksi itu…

Ohhhh AAAggghhhhh OOOOuuuwwwhhh mbak Fera berdesah menikmati… tanganku pun ikut meraih vagina mbak Fera,, aku buka lebih lebar mulut kemaluan mbak Fera supaya lidahku bisa bergeliat lebih ke dalam… Mbak Fera semakin asik menikmati permainanku,, desahan mbak Fera pun semakin tak terbendung dan semakin kencang… lebih lebar vagina mbak Fera terbuka lidahku semakin menjulur aku lumat dan lidahku bergeliat menari di vagina mbak Fera… Itil mbak Fera yang centil itu pun membuatku semakin haus .. aku jilatin itil mbak Fera… dan aku gigit kecil.. kecil.. mbak Fera yang berdiri dan aku sedang duduk.. tubuhnya terus bermolek sambil berdesah tak tertahankan…

” Enak Rif.. ouuhhh Uwwwhh Aghhhh mbak Fera berdesah keenakan aku hisap memeknya dengan dashyat sembari lidah ini menyentil-nyentil itil mbak Fera.. yang bergelayutan…

Kemudian, mbak Fera merebahkan tubuhku di atas sofa empuk itu…

Mbak Fera langsung ditepatkannya memeknya di atas wajahku mengisyaratkan kalau memeknya masih ingin di hisap dan di jilatin bibirku ini..

Dengan posisi tidur dan mbak Fera diatas ku tepat memeknya di atas kepalaku aku jilatin memek mbak Fera..

Tanganku pun ikut diraih untuk meremas-remas payudara mbak Fera, yang tidak ingin dianggurin,, ingin ikut dimainin…

Tubuh mbak Fera bergeliat.. memeknya bergoyang-goyang serasa haus ingin dijiliatin, dan dihisap lebih kencang..

Aku gigit kecil memek mbak Fera sambil aku hisap dengan lebih kencang… tak kalah lidah ini menari-nari dalam vagina mbak Vera yang sudah basah…

Mbak Fera semakin mendesah ga karuan aaahh ouuhhh ahhhhh.. aku pun semakin dasyat mencibiri memek mbak Fera itu.. Aku kenyot lebih kencang dengan mulutku,, tanganku pun ga ikut kalah meremas-remas payudara mbak Fera lebih kencang… mbak Fera semakin bergoyang-goyang lebih kencang.. ditekannya lebih kedalam memeknya ke mulutku,, untuk di kenyot lebih kencang.. Ouuhhh Ouuhhhh mbak Fera berdesah keasikan sambil merem melek…

Kemudian mbak Fera berganti posisi… kami berdua memainkan posisi 69…

mbak Fera masih haus memeknya masih ingin di jilatin.. sembari dia mengenyot dan menghisap kontolku yang mengeras dan tegang itu..

Clurrupp Sluruppp Sluurruppp.. nada suara berdesahan bersahutan.. Aq jilatin mekinya mbak Fera aq masukin jariku ke memek mbak Fera aku gesek-gesekin keluar masuk memek mbak Fera yang semakin banjir di basahi air kemaluan mbak Fera…

Mbak Fera pun ga ingin kalah dia hisap kontolu yang super tegang dengan tegangan 220000000 watt…

Sluurruupp Sluurrruuupp Sluurruupp suara kenyotan bibir kami berdua mengenyot alat kelamin…
Ouuhhh Ahhhh semakin basah memek mbak Fera.. desahannya pun semakin meronta… lalu mbak Fera berdiri berpindah posisi.. dia tetap diatas ku.. Dirahkannya kontolku memasuki lubang memek mbak Fera yang udah gatal ingin digenjot itu..

Dengan penuh penghayatan mbak Fera memasukan kontolku memasuki memeknya..oouuhh Uhhhh ahhhh desahan mbak Fera dan desahanku bersahutan…. badan mbak fera bergoyang-goyang diatas badanku.. sambil naik turun secara perlahan mengatur irama memeknya yang disodokkan di kontolku…

Aku pun hanya bisa pasrah menikmati permainan mbak Fera… sambil berdesah.. mbak Fera semakin kencang naik turun menyodokan memeknya yang naik turun dimasukin kontolku..

Ouuhh Ouuhhh Ahhhh mbak Fera berdesah keasyikan.. Dia bergoyang goyang menggerakan memeknya di genjot kontolku.. semakin kedalam dan semakin kencang mbak Fera naik turun.. menyodokan memeknya ke kontolku….

Mbak Fera bergoyang memutar-mutarkan bokongnya.. memasukan lebih dalam kontolku di memeknya…

di tekannya lebih dalam kontolku dengan memeknya sambil menggeliat-geliatkan badannya
Ahhh Ouuwwwhh Ouuugghhh Nada desahan mbak Fera semakin menggila sambil menggoyang-goyangkan badannya… ditekan lebih kencang Memeknya yang dimasuki kontolku itu… Ouugghh Agghhh kami berdua asik menikamti kenikmatan sex.

Berganti posisi,, mbak Fera masih diatas, tapi kami duduk,, aku pangku mbak Fera diatas Sofa hijau yang empuk… Aku naikan tubuh mbak Fera dengan tanganku.. Dan aku naik turunkan tubuh mbak Fera yang molek itu,, kontolku semakin kencang menyodok memek mbak Fera yang semakin basah.. Aku sodok-sodokan kontolku ke memek mbak Fera, aku naik turunkan tubuh mbak Fera lebih cepat… Sambil aku kenyot puting mbak Fera yang merah mungil itu…

Ouhhh Ouuuhhh Ahhhh desah mbak Fera keenakan..

“Enak Rif”,,, Lebih kencang Rif Owwhhh Uhhhh Agghhhhhh.. mbak Fera mendesah,, sodok lebih kencang kontolmu ke memek ku Rif… Hisap Memekku lebih kencang Rif… Ouuuhhh Ahhh Enak Rif… Mbak Fera berkata dan mendesah…

Jeritan desahan mbak Fera semakin meronta dan aku semakin keras memainkan kontolku menyodok memek mbak Fera….

Ahhhhhhhhhh Ouuhhhhhh.. aku keluar Rif… Haaaaaaaaa Ouuhhhhhhh mbak Fera sambil menghela napas…. Nikmat banget Rif… Merasakan puasnya permainan sex.

“Ganti posisi dong Rif” Ucap mbak Fera yang masih haus….

Lalu mbak Fera menungging…. karena aku sering menonton film bokep pastinya aku udah tau dong apa yang di inginkan mbak Fera.. Dia ingin posisi Dogy Style…

Mbak Fera nungging di atas Sofa dan aku berdiri.. Aku dibelakang mbak Fera aku masukin lagi kontolku ke memek mbak Fera yang basah basah basah itu… Aku sodok-sodokan perlahan.. mbak Fera mendesah…. aku pun juga mendesah..

Aku atur irama sodokan kontolku ke memek mbak Fera yang merah dan basah itu… maju mundur seperti tukang parkir…

Slurupp Slurrupp Slurruppp Sluruupp … nyoott nyoott nyottt,,, prettt..prettt..pret… suara kontolku menyodok-nyodok memek mbak Fera… Ouuhhhh Aggghhhh Owwwhhh mbak Fera meronta…
Terus aku atur irama … maju mundur kontolku menyodok memek mbak Fera…. Ouuhhh Ahhhhh mbak Fera meraih tanganku untuk meremas Payudaranya.. jari jariku memutar di puting mbak Fera yang imut-imut itu…

“Enak Rif.. terus Riff.. Ouuhhh Agghhhhh Ahhhhhhhh ,, desahan mbak Fera meronta..
“Sodokin lebih dalam Rif”….

Semakin kencang aku sodokan kontolku ke memek mbak Fera.. semakin cepat aku maju mundurkan kontolku menyodok memek mbak Fera… Dan aku lebih tekan kontolku menyodok memek mbak Fera…

Ahhhhh Ahhh Owwhhh terus Rif… mbak Fera meronta keenakan … Ahhhhh Ahhhh
Owwhwhhhh.. Ahhhh Ouuuwwwggghhhhh mbak Fera menjerit meronta.. mau keluar aku Rif lebih kencang Rif sodokanmu ..

Ouuuwwwhhhh Aggghhhhh.. mbak Fera merasa keenakan..
AAAAGGGGHHhhhhhhhh OOwwwwhhhhhh sambil menghela napas.. hmmm hmmmmm hmmmm keluar Rif….

Lalu tak lama kita langsung berganti posisi.. sini rif masukin lagi kontolmu ke memekku ya.. masih gatel neeh Rif.. memekku ingin di genjot lagi..
Mbak Fera tidur dan mengangangkan kakinya diatas Sofa….
Tanpa komando langsung aku hajar lagi.. memek merah.. mbak Fera..
Aku masukin kontolku ke memek mbak Fera… posisi mbak Fera yang mengangkangkan kakinya lebar lebar.. aku lebih leluasa menyodokkan kontolku ke dalam memek mbak Fera..
Aku atur perlahan-lahan maju mundur kontolku menyodok memek mbak Fera yang merah merekah,, dan sudah berair itu…

Maju mundur;…. prrtttt prtttt prtttt slurup slurrruupp slurrruppp prrtt.. prrrttt suara kontolku dan memek mbak Fera meronta… enak Rif.. enak sambil mengangkangkan kaki dan merem melek mbak Fera pasrah aku sodok-sodokan kontolku ke memeknya…

Ohhh Ouuhhh Owwwhhh Aggghhhh Hmmm Hmmmm desah kami berdua bersahutan…
Lebih kencang Rif… Geli banget neeh memekku Rif… Enak Banget…. Sodokkan kamu Rif… Hmmm Hmmmm Ouugghhhh Ougghhh desahan mbak Fera…

Agghhh Aghhhh desahan ku yang merasakan kehangatan dan kegelian memek mbak Fera yang mengenyot Kontolku….

Ouhhh Ouhhh Agghhhh nikmat Rif Terus Rif… Ahhhhgggghhh mbak Fera meronta kegirangan…
Selang berapa waktu aku semakin sodok lebih kencang memek mbak Fera… Kontolku sudah menegang ga karuan.. kontolku sudah tegang banget ga tahan di kenyot memek mbak Fera yang masih rapet itu,,, aaGghhhh Gggghhhh Ouwwwhhhggg hhhhh

Ouwwhhhh… desahan ku…

Semakin kencang aku sodok.. mbak Fera pun semakin mengakangkan kakinya dengan tangannya semakin lebar….

Aaahhhh Ouuwwhhhh Srruuppp Prrttttt Hmmmmm suara desahan dan suara kontolku yang menyodok memek mbak Fera bersahutan…
GA kuat aku mbak.. mau keluar aku mbak… Ouuhhhh
Agghhh Ouuhhhh sama Rif,, mbak juga horny banget mo keluar .. keluarin bareng yuk…
Tak lama kemudian… Kontolku terasa hangat seperti diguyur air hangat.. tanda kalau mbak Fera dah keluar… Langsung aku sahut dengan cipratan air kenikmatan dari kontolku.. sambil aku sodokan kontolku ke memek mbak Fera lebih kencang

OOOwwwwhhhhh Ouuuggghhhh Agghhhhh Agghhhhhh… kami berdua meronta keenakan.. Hmmmm keluar bareng kami dua mengluarkan air kenikmatan

Hmmm Hmmm Hmmmm puas Rif enak banget sahut mbak Fera… merasakan kepuasan setelah keluar

“Iya mbak enak banget.. hmmm hmmmm”” sahut aku menghela napas…
Kami berdua bergumal manja-manjaan sambil mbak Fera mengecup keningku penuh kehangatan.. menandakan kalau dia udah puas

Bobokan dulu yuk.. Capek Rif… Pulang ntar dulu ya,, istirahat bentar sini aja gapapa…
Kemudian kami merebahkan Badan kami berdua yang capek ga karuan…. Setelah bertempur dengan Cinta dan Nafsu… – Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Hot Terbaru 2016

Cerita Sex: Korban Tina Yang Haus Seks Hot Terbaru 2016 | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Cerita Sex: Korban Tina Yang Haus Seks Hot Terbaru 2016 – Aku punya teman SD, Tina namanya. Sebenarnya anaknya cukup manis dengan tubuh mungil, namun centilnya minta ampun. Ia pindah ke sekolahku saat aku duduk di kelas 5. Sejak pertama bertemu aku memang kurang suka kepadanya karena kecentilannya itu.



Sewaktu melanjutkan sekolah di SMP dan SMA kami berpisah. Namun sikapku terhadapnya tidak berubah. Aku tetap saja tidak suka kepadanya. Apalagi ketika SMA, aku merasa pergaulannya tidak baik. Tapi itu dulu, kalau sekarang tentu lain cerita.

Sampai suatu ketika aku melanjutkan kuliah dan saat libur semester aku pulang kampung. Malamnya aku nongkrong dengan teman masa kecilku di sebuah warung gado-gado. Tinapun ada di sana sambil berbisik-bisik genit. Ia tiba-tiba duduk di sebelahku.

“Hai Anto, apa kabar? Kelihatan agak gemuk sekarang deh,” katanya sok akrab.
Aku menjawab sekenanya saja, masih belum ada interestku kepadanya. Namun ia tidak menyerah dan bertubi-tubi bertanya tentang keadaan diriku sekarang ini.

Akhirnya aku yang menyerah dan meladeni pertanyaannya. Ternyata sebenarnya asyik juga anak ini sekarang. Hanya mungkin image yang tertanam sejak kecil membuatku mengambil jarak terhadapnya. Ia perlahan merapatkan duduknya ke arahku tanpa menarik perhatian orang lainnya.
Ketika warung mulai sepi, maka tangannya mulai nakal mengusap pahaku dan memainkan bulu kakiku. Tentu saja penisku langsung berontak, membesar di balik celana pendekku. Ia tersenyum melihat bagian depan celanaku yang sedikit menggembung. Tak lama kemudian ia pulang karena sudah malam..

Akupun pulang dengan penis yang mengembang karena elusan tangan Tina di pahaku tadi. Karena tensi sudah terlanjur naik ke ubun-ubun, maka malam itu kusemprotkan sperma dengan bantuan tanganku.

Malam-malam berikutnya aku jadi rajin ke warung gado-gado untuk nongkrong dan menikmati elusan Tina di pahaku. Suatu ketika Tina pulang dan minta kuantarkan. Aku tentu saja dengan senang hati mengantarnya pulang.

Sampai di rumahnya disuruhnya aku masuk dulu dan duduk di ruang tamu. Ruang tamunya kelihatan sepi, tapi dari arah ruangan dalam kudengar pelan suara TV. Tak tama kemudian Tina keluar lagi dan kami ngobrol sampai lama. Aku sudah mulai mengantuk dan beberapa kali menguap. Tian kemudian membuatkanku segelas kopi. Sambil menunggu kopi agak dingin kami kembali ngobrol. Ia duduk di depanku hanya memakai celana pendek dan kaus oblong.

Tangannya mulai iseng mengusap lututku. Dengan refleks kutangkap tangannya dan kutarik ke arahku. Ia tidak melawan tarikan tanganku dan akibatnya sebentar kemudian ia sudah duduk dipangkuanku dan bibirku langsung melumat bibirnya. Ia terkejut sebentar, namun kemudian membalas lumatanku dengan ganas. Beberapa detik ia masih duduk dipangkuanku dan kami berciuman. Kurasakan ia tidak memakai BH. Aku terangsang dan napasku menjadi berat. Mendadak kami sadar dengan keadaan kami. Ia melepaskan pelukanku dan kembali duduk di tempatnya semula.

Suasana menjadi kaku. Kami berdua sama-sama merasa kikuk dengan apa yang telah kami perbuat baru saja. Begitu kopi habis, maka aku segera berpamitan pulang. Ia mengantarku sampai ke sudut rumahnya. Di sana kupeluk dan kucium lagi bibirnya. Sekitar 5 menit kami masih berpelukan di sana. Untung lampu di sudut rumahnya putus sehingga kami leluasa bercumbu di sana.

Akupun pulang dengan tersenyum. Kembali sampai di rumah dengan bantuan tangan kukeluarkan lagi sperma sedari tadi yang sudah sampai di ujung penisku. Kubayangkan Tina di bawahku sedang memekik-mekik menerima penisku. Tiga malam berikutnya kami selalu bercumbu di sudut rumahnya. Ia mulai berani mengusap bulu dadaku dan menciumi putingku. Akibatnya tiap malam sepulang dari rumahnya spermaku kumuntahkan.

Malam terakhir kami bercumbu lagi. Ia merebahkan badannya melintang telentang di atas kedua pahaku. Kubuka kancing kemejanya dan seperti biasa ia tidak memakai BH. Kuisap putingnya yang kecil berwarna kemerahan itu. Tanganku menggesek bagian depan celana dalamnya. Kepalanya sudah mendongak pasrah, giginya menggigit bibir dan mengeluarkan desahan lirih yang sangat menggoda.

Kubisikkan,

“Kamu mau ini kita lanjutkan?”

“Kalau kamu mau kita lakukan di belakang rumah saja. Sepi dan gelap di sana,” katanya.
Tiba-tiba saja aku bisa menguasai diri dan berkata,

”Tidak Tin. Cukup sudah sampai di sini. Aku tidak mau menanggung resikonya”.
Akhirnya aku pulang.

Setelah kejadian itu maka setiap libur semester aku pulang kampung dan tak lupa lupa bercumbu dengannya. Meskipun aku sebenarnya sudah berpengalaman (setelah diajari Ibu Heni, alias Hanny), namun dengan Tina paling jauh hanya sebatas petting. Sebenarnya kalau aku mengendaki lebih jauh Tina mau saja, karena iapun sudah sering melakukannya dengan orang lain. Ia pernah mengajaknya bersetubuh. Kukatakan kalau akupun mau dengan syarat pakai kondom. Ia menolaknya.

Sampai suatu ketika kudengar kabar kalau ia menikah dengan seorang PNS. Selentingan yang beredar suaminya itu hanyalah korban dari permainannya. Sebenarnya banyak yang sudah mencicipi tubuhnya tetapi si PNS tersebut yang masuk terjebak dalam perangkapnya.

Waktupun berlalu dan aku sudah lulus dan bekerja di Jakarta. Ketika ada libur tiga hari berturut-turut aku pulang. Aku berjalan-jalan dan tak terasa lewat di samping rumahnya. Kulihat ia ada di teras dan melihatku serta menyuruhku mampir ke rumahnya. Kami duduk di teras sambil bercerita.
“Mana suamimu?” tanyaku.
“Nggak ada. Dia jarang pulang ke sini. Ia lebih banyak di kantor dan pulang ke rumah istri tuanya,” katanya.

Ternyata suaminya terkena kasus indisipliner dan sekarang disuruh untuk menjadi sopir atasannya. Aku baru tahu kalau Tina menjadi istri muda. Ia mengingatkanku tentang apa yang dulu kami lakukan. Akupun mulai terangsang ketika dengan genit ia menceritakan kembali peristiwa beberapa tahun yang lalu.

“Kamu benar-benar mau? Kalau mau sejam lagi kita ketemu di terminal dan check in ke luar kota!” kataku. Kulihat matahari masih berada di atas kepalaku, berarti sekitar tengah hari.

Akhirnya kamipun bertemu di terminal dan meluncur ke luar kota untuk mencari tempat menyalurkan hasrat kami. Di dalam bis sepanjang jalan ia terus mengusap pahaku dan sekali-sekali mencengkeram lulutku dengan kukunya. Aku menjadi terangsang sekali dengan ulahnya. Kubalas dengan menekan sikuku ke dadanya dan kuputar-putarkan. Kami saling merangsang dengan cara kami.

“Aku mau nanti kita main dengan posisi nungging dan 69,” kataku menggodanya. Ia mencubitku lalu berkata,”Kita lihat saja nanti”.

“Kamu masih ikut KB?” kataku lagi.

“Nggak, untuk apa. Dia belum tentu sebulan datang tidur di rumah”.

2 jam kemudian kami sampai di kota tujuan kami. Turun dari bis aku langsung masuk ke apotik di depan terminal bis.

“Ngapain ke apotik?” tanyanya.

“Hussh. Untuk pengamanan, kamu kan tidak ikut KB,” kataku.

Sambil berjalan mencari hotel terdekat, para tukang becak di depan terminal berlomba-lomba menawarkan diri.

“Mari Pak, saya antar ke tempat yang bersih dan murah”.

Mereka ini langsung tahu saja. Aku jadi berpikir apakah kami ini kelihatan sekali sebagai pasangan selingkuh yang sedang mencari tempat berkencan.

Akhirnya kami mendapatkan sebuah hotel tidak jauh dari terminal. Kamarnya cukup bersih dengan satu ranjang king size. AC kamar kunyalakan dan udara dingin mulai menyebar di dalam kamar ini. Karena perjalanan tadi cukup jauh maka tubuh kami rasanya lengket dengan debu bercampur keringat.

Kuajak Tina untuk mandi bersama. Ia menolak dan menyuruhku mandi duluan. Aku melepas semua pakaianku di depannya dan masuk ke kamar mandi. Aku belum selesai mandi Tina menyusulku ke kamar mandi dengan berbalut handuk sebatas dada. Segera kutarik handuk yang melilit tubuhnya dan segera bibirku menyerang bibirnya dengan gencar. Ia membalas dengan ganas.

“Hmmhh. Masih pintar juga kamu bersilat lidah,” godaku.

“Heehh. Kan kamu juga dulu yang ngajarin”.

“Susumu masih kencang seperti dulu. Tapi sekarang agak lebih besar,” kataku setelah meremas payudaranya dan mengecup putingnya.

Sambil mandi kami masih terus berciuman. Ketika aku akan berbuat lebih jauh lagi ia mendorongku.
“Nanti saja di ranjang. Kalau sudah selesai, sana ke kamar duluan,” katanya.

Aku mengeringkan tubuhku dan langsung berbaring di atas ranjang. Udara kamar terasa dingin. Aku menarik selimut dan menutupi badanku sampai ke dada. Tak lama kemudian Tina pun menyusulku masuk ke bawah selimut.

Ia berbaring menyamping di sebelahku dan tangannya mengusap bulu dada dan menggelitik putingku. Penisku yang sudah lama menantikan saat ini segera saja langsung berdiri. Kubuka selimut yang menutup tubuh kami, dan kutindih tubuh mungilnya. Tina membuka lebar kedua kakinya sehingga penisku bisa menggesek rambut kemaluan di selangkangannya.

Mulutnya setengah terbuka menantikan serangan bibirku. Belum lagi bibirku menempel di bibirnya, kepalanya sudah naik menyambut serangan bibirku. Kami saling menikmati rujak bibir ini beberapa saat. Sementara itu penisku sudah tak sabar ingin segera melakukan penyerangan. Sejak di perjalanan tadi Tina tak hentinya merangsangku di bagian paha dan lutut.

“Tidak disangka. Dari dulu sudah mengarah namun baru kali ini kita bisa kenthu, bercinta,” desahnya.

Kenthu adalah bahasa slank di daerah Jawa untuk bersetubuh.

“Tin, doggy dan 69-nya nanti saja ya. Kita nikmati dulu babak pertama dengan cepat!” bisikku.
“Ihh.. sudah nggak sabar lagi ya,” katanya sambil mencium telinga, leherku dan kemudian singgah di putingku.

“Habisnya, sejak di bis tadi kamu sudah membuatku kepanasan”.

Kuraih kotak kondom yang sudah kusiapkan, kubuka dan dengan cepat kupasang pada penisku yang sudah tegak menantang. Kutindih lagi tubuhnya dan kubuka kakinya lebar-lebar. Kuarahkan penisku untuk menembus vaginanya. Rasanya sulit sekali untuk menembus liang vaginanya. Penisku sepertinya kehilangan arah untuk menemukan jalan masuk liang kenikmatannya. Padahal dengan memakai kondom, kuharap permukaan kondom yang licin akan mempermudah pekerjaanku. Ia semakin melebarkan kakinya dan tangannya membantu penisku menemukan lubang vaginanya.
“Dorong To.. Yaahkk.. Tekan.. Tekan kuat”.

Kudorong degan kuat dan peniskupun meluncur dengan mulus di lorong vaginanya. Meskipun memakai kondom, namun desakan dan gesekan dinding vagianya masih dapat kurasakan.
“Tin.. Ouhh nikmat Tin..” aku mendesis.

“Kamu tidak mau dikasih enak dari dulu,” ia menjawab dengan napas memburu. Mukanya kelihatan memerah dadu.

Aku merasa bahwa ronde ini akan berlangsung dengan cepat, maka kubisikkan lagi untuk memastikan supaya ia juga bermain dengan cepat.

“Kita main cepat Tin. Rasanya aku sudah tak tahan lagi”. Tina menganggukan kepalanya. “Aku akan mengimbangimu.

Akupun rasanya ingin segera menikmati ledakan kenikmatan itu”.

Aku segera menggenjotnya dengan tempo sedang dan semakin lama semakin cepat. Ia mengimbanginya dengan menggerakkan pinggulnya.

Sementara itu mulut kami saling berpagut dan melumat sampai menibulkan bunyi kecipak yang cukup keras. Kadang juga kusedot putingnya dengan keras dan ia menggelitik lubang telingaku dengan lidahnya. Ketika ia menjilati putingku, kubalas sama dengan perlakuannya tadi padaku. Kugelitikin lubang telinganya dan kuhembuskan napasku yang memburu di sana.

Gairah kami semakin memuncak dan gerakan kami semakin cepat dan liar. Aku tak mau menahan lebih lama lagi. Ketika kulihat mulut Tina terbuka seperti mulut ikan yang kekurangan air akupun tahu sebentar lagi ia juga akan sampai ke puncak.

“Hah.. Hh.. Hh.. Huuhh.. Ouhh Tina nikmat sekali milikmu,” kataku terengah-engah.
“To.. Ayo lebih cepat lagi To..”

Genjotan demi genjotan, desah napas yang semakin memburu bercampur dengan keringat yang menitik akhirnya membawaku untuk segera mencapai puncak kenikmatan. Erangan kami saling bersahutan memenuhi seluruh sudut kamar.

“Tina.. Tin.. Ahhk sekarang..”
“Ouhhkk To.. Lakukan.. Ayo tekan sekuatnya”
Kepalanya mendongak dan tangannya meremas rambutku. Kupeluk pinggangnya dan kuangkat ketika aku dengan cepat menghentakkan serangan terakhirku.

“Akhh.. Yeahh.. Arrghkk.. Ouhh”.Ia melenguh panjang ketika lahar kepuasanku menyemprot keluar.
Dinding vaginanya berdenyut menyedot penisku. Matanya terpejam dan remasan tangannya pada rambutku semakin kuat.

Aku terkapar lemas di atas tubuhnya dengan tubuh basah oleh keringat dan napas yang seakan-akan mau putus. Ketika penisku akan kutarik ia menahan pinggangku dan memberikan sebuah denyutan kuat di vaginanya. Aku kembali tersentak dan mengejang merasakan remasan dinding vaginanya.
Setelah membersihkan diri kami berbaring dan rasanya badanku lelah sekali setelah menyelesaikan ronde ini. Kukatakan padanya,

“Sorry Tin, rasanya aku capek sekali. Aku mau tidur dulu sebentar untuk memulihkan tenagaku. Bukankan nanti masih ada babak berikutnya?”

Ia mencubit pinggangku dan aku mulai memejamkan mata. Kurasakan tangan Tina memeluk dan mengusap pinggangku.

Kurang lebih sejam kami tertidur. Aku bangun dan merasakan badanku mulai segar kembali. Kulihat Tina masih memejamkan mata dengan tarikan napas teratur. Kuberikan usapan dengan ujung jariku mulai dari tengkuk hingga belahan pantatnya. Tina tersadar dan menggeliat.

“Uppss.. Mulai nakal ya. Sekali dikasih maunya nambah terus. Kenapa sih dari dulu nggak mau?”
“Aku nggak siap mental waktu itu?” kataku.”Dulupun kalau kita bercinta dengan memakai sarung karet pengaman tentu saja aku mau. Buktinya suamimu sekarang terjebak dalam permainanmu,” kataku lagi dalam hati.
Ujung jariku masih melakukan gerakan memutar di punggungnya. Ia membalas dengan melakukan sentuhan ringan di pinggangku dan turun ke buah zakarku. Penisku perlahan mulai mengeras seiring dengan naiknya gairahku.

Aku bergerak sehingga posisi dadanya sekarang di depan mulutku. Putingnya yang kecil berwarna coklat kemerahan digesekkannya di ujung hidungku dan segera kutangkap dengan bibirku. Mulutku bergerak ke bawah perutnya, ia membuka pahanya agar memudahkan aksiku. Aku menggesekkan hidungku ke bibir vaginanya.

“Lakukan To.. Teruskan. Ahkk!!” Ia menghentakkan kepalanya dengan keras ke atas bantal meluapkan kekecewaannya.

“Belum Tin.. Nanti pasti kulakukan”.

Aku belum ingin melakukannya sekarang, hanya sekedar memberikan fantasi dan membuatnya penasaran. Kepalaku kembali bergerak ke atas dan menciumi sekujur dadanya. Tangannya berada di atas kepala sambil meremas ujung bantal.

Kami berguling sedikit dan sebentar kemudian ia sudah berada di atasku. Bibirnya dengan lincah menyusuri wajah, bibir, leher dan dadakuku. Tina mendorong lidahnya jauh ke dalam mulutku, kemudian menggelitik dan memilin lidahku. Kubiarkan Tina yang mengambil kendali penyerangan. Sesekali lidahku membalas mendorong lidahnya. Kujepit putingnya dengan jariku sampai kelihatan menonjol kemudian kukulum dan kujilati dengan lembut.

“Auhh, Ayolah Anto.. Teruskan.. Lagi,” ia merintih pelan.

Kemaluanku mulai menegang dan mengeras. Kukulum payudaranya semuanya masuk ke dalam mulutku, kuhisap dengan kuat, dan putingnya kumainkan dengan lidahku. Napas kami memburu dengan cepat dan badan kami mulai hangat oleh darah yang mengalir deras.

“Ayo puaskan aku sayang.. Ahh.. Auuh!” Tina mendesis ketika ciumanku berpindah turun ke leher dan daun telinganya.

Tangan kiriku mulai menjalar di pangkal pahanya, kumasukkan jari tengahku ke belahan di celah selangkangannya dan kugesek-gesekkan ke bagian atas depan vaginanya.
“Ahh.. Kamu pandai sekali”.

Sementara itu tangan kananku meremas buah dadanya dengan lembut. Tangannya membalas dengan memegang, meremas dan mengocok penisku. Dengan liar kuciumi seluruh bagian tubuhnya yang dapat kujangkau dengan bibirku. Beberapa saat kemudian penisku mengeras maksimal. Kepalanya memerah dan berdenyut-denyut.

Jari tengah kiriku kugerakkan lebih cepat dan tubuhnya kemudian berputar-putar menahan rasa nikmat. Pinggulnya naik dan bergoyang-goyang. Kupelintir puting payudara kirinya dan dan mulutku menjilati puting kanannya. Sementara itu jari kiriku tetap mengocok lubang vaginanya. Semakin cepat kocokanku, semakin cepat dan liar gerakan pinggulnya.

Kepalaku bergerak turun perlahan sampai di selangkangannya dan segera mengambil alih pekerjaan jariku. Kubuka bibir vaginanya dengan jariku dan dinding vaginanya yang mulai basah oleh lendir agak kental dan lengket segera kujilati. Bibir vaginanya kugaruk dengan kumisku. Ia menggelinjang tidak karuan.

“To.. Anto.. Aku juga mau merasakan penismu,”
Aku bergerak memutar sehingga penisku berada di depan mulutnya. Ia kemudian mengecup kepala penisku. Lidahnya membelah masuk ke lubang kencingku. Aku merasakan sensasi kenikmatan yang tidak terkira dan secara refleks aku mengencangkan otot kemaluanku. Buah zakar yang menggantung di bawahnya kemudian diisapnya dan dijilatinya sampai titik Kundaliniku. Aku hanya menahan napasku setiap ia menjilati titik sensitif ini. Kami seakan berlomba untuk memberikan rangsangan pada alat kelamin.

Kami bergantian menikmatinya. Ketika ia mengulum, mengisap dan menjilat penisku aku menghentikan aksi lidahku dan menikmatinya demikian juga sebaliknya ketika klitorisnya kujilat dan kutekan dengan lidahku ia berdesis keras menahan rasa nikmat. Tangannya kadang menekan kepalaku dengan keras ke selangkangannya.

“Putar To. Berguling, aku ingin di atas,” pintanya dengan manja.

Aku berguling dan kembali kami melanjutkan aktivitas kami. Kini mulutnya dengan leluasa beraksi di penis dan area sekitar pangkal pahaku. Penisku sudah mulai terasa ngilu menahan sedotan mulutnya yang sangat kuat.

“Tina, ayo kita masuk dalam permainan berikutnya..”
Kembali kuambil kondom dan Tina membantu tanganku memasang dengan baik pada penisku yang sudah berdiri keras. Dengan gerakan perlahan Tina berjongkok di atas selangkanganku dan mulai menurunkan pantatnya. Sebentar kemudian dengan mudah aku sudah menembus guanya yang hangat dan lembab. Kembali kurasakan sempitnya alur vaginanya.

Pinggulnya bergerak naik turun dan aku mengimbanginya dengan memutar pinggul dan menaik turunkan pantat. Kakinya menjepit pahaku dan kadang dikangkangkan lebar-lebar. Kuciumi bahu dan dadanya. Beberapa kali kugigit sampai meninggalkan bekas kemerahan. Tangannya menekan dadaku sekaligus menahan berat badannya. Gerakan pinggulnya berubah menjadi berputar cepat dan semakin cepat lagi. Tak lama kemudian ia merebahkan tubuhnya merapat di atasku dan mulai menghujaniku dengan ciuman dan gigitan. Kini dadaku yang berbekas kemerahan di beberapa tempat.

Aku mengambil posisi duduk dan kubalikkan tubuhnya ke arah berlawanan dengan arah kepalaku tadi. Kini aku berada di atasnya. Jepitan dan sempitnya vagina membuatku kadang melambatkan tempo dan berdiam untuk lebih rileks. Namun ketika aku diam jepitan dinding vaginanya ditingkatkan sehingga aku tetap saja didera oleh rasa nikmat luar biasa.
Kucabut penisku dan kubalikkan tubuhnya.

“Sekarang doggy Tin,” bisikku.

Ia mengerti maksudku. Segera ia menaikkan pantatnya yang bulat dan masih kencang. Kuposisikan diriku di belakang pantatnya dengan berdiri pada lututku. Diraihnya penisku dan segera diarahkan untuk masuk ke dalam vaginanya kembali. Kuterjang vaginanya dengan gerakan lembut. Tanganku memegang pantatnya dan membantu menggerakkan pantatnya maju mundur.

Ia mulai menggelinjang dan mengejang tertahan, kedua tangannya mencengkeram dan meremas sprei. Kepalanya ditekankan ke atas bantal.

“Ouhh.. Sudah To.. Aku tak kuat..” ia merintih ketika pantatku kugerakkan kebelakang sampai penisku hampir terlepas dan kumajukan dengan cepat. Kuulangi beberapa kali lagi dan iapun menekankan kepalanya miring di atas bantal.

“To.. Kita kembali posisi.. Kita.. Aku..” ia menjerit dengan kata-kata yang tidak jelas. Ia menginginkanku kembali dalam posisi konvensional.

Kembali kucabut penisku dan segera kurebahkan kembali dalam posisi konvensional. Aku merasa ia ingin segera mengakhiri babak kedua ini. Vaginanya kugenjot semakin cepat dan kuangkat kaki kirinya dan melipatnya sampai lututnya menempel di perutnya. Aku setengah berdiri di atas lututku. Dengan satu kaki terangkat dan satu lagi dikangkangkannya lebar-lebar ia semakin meracau tidak jelas,

“Ouahh.. Hhuuhh!”.

Dinding vaginanya mulai berdenyut dan akupun sudah mencapai titik ideal untuk mencapai garis finish. Kakinya yang tadi kulipat kukembalikan lagi dan segera kedua pahanya menjepit pinggangku.
“Sekarang Tina.. Uuughh,” aku menggeram keras.

Pinggulnya naik menjemput kejantananku. Kutekankan kejantananku dalam-dalam di vaginanya.
“Ouhh Anto.. Aaiihh!” iapun memekik kecil.

Jepitan kakinya semakin ketat dan denyutan di vaginanya terasa meremas penisku. Ditekannya pantatku ke bawah dengan betisnya. Setelah beberapa saat kami sama-sama terkulai lemas
Udara sejuk dari AC sangat membantu kami untuk beristirahat dan memulihkan tenaga. Tina masih mengusap dan mempermainkan bulu dadaku. Ia berbaring miring di sebelahku dengan sebelah kakinya ditumpangkan di atas kakiku. Kupeluk tubuhnya dan kuusap-usap dengan lembut.”Aku masih ingin bersamamu sekali lagi untuk berbagi kenikmatan,” katanya sambil mengecup lenganku.

Setelah beberapa saat kemudian, maka napas dan detak jantung kamipun kembali normal dan kami tidur berpelukan. Ketika kulihat keluar dari lubang ventilasi di atas pintu langit sudah tampak gelap. Kuajak Tina untuk makan malam. Kami keluar dari hotel dan makan di rumah makan terdekat. Aku memesan sate yang dibakar setengah matang dan gulai kambing sementara Tina memesan soto ayam. Setelah makan kuajak Tina untuk kembali ke hotel.

Begitu kamar terkunci Tina langsung memelukku dan menyerbuku dengan ganas. Kulucuti pakaiannya satu persatu dan setelah itu ia gantian melucuti pakaianku.

“Mandi dulu Tin biar segar,” kataku.

“Enggh.. Nggak usah To, nanti saja sekalian”.

Kuangkat tubuhnya yang mungil dan kubawa ke kamar mandi. Ia meronta-ronta, namun tidak dapat melepaskan diri dariku. Di bawah segarnya guyuran air hangat dari shower terasa badanku menjadi lebih segar.

Tanpa mengenakan apa-apa lagi kubawa Tina kembali lagi ke ranjang. Ia sudah merengek genit minta untuk masuk babak berikutnya. Aku masih menatap dan menikmati pemandangan indah di depanku. Tina yang sedang dalam keadaan telanjang terlentang mengangkang di atas ranjang. Rambut hitam tipis menghiasi celah pahanya.

Kutarik kakinya sampai melewati tepi ranjang dan dalam posisi membungkuk aku segera menghisap dan mencium vaginanya.

“69 lagi To. Aku masih ingin bermain dengan penismu,” rengeknya. Kuikuti kemauannya dan kini kembali kami bermain dalam posisi 69 sampai ia benar-benar puas memberi dan menerima rangsanganku.

Aku berjongkok di depannya. Jari tengah dan Ibu jariku membuka vaginanya. Dengan penuh nafsu, aku menciumi kemaluannya dan kujilati seluruh bibir luar dan sampai bibir dalamnya.
“Oh.., teruss.. An.. To.. Aduhh.. Nikmat..”.

Aku terus mempermainkan klitorisnya yang sebesar biji kacang tanah. Seperti orang yang sedang berciuman, bibirku merapat di belahan vaginanya dan lidahku terus berputar-putar di dalamnya.
“Anto.., oh.., teruss sayamgg.. Oh.. Hh!!”.

Desis kenikmatan yang keluar dari mulutnya, semakin membuat gairahku berkobar. Kusibakkan bibir kemaluannya tanpa menghentikan aksi lidahku.

“ooh.. Nikmat.. Teruss.. Teruss..”, teriakannya semakin merintih.

Ia menekan kepalaku dan menjepit dengan pahanya. Ia mengangkat pinggul, cairan lendir yang keluar dari dinding vaginanya semakin membanjir. Vaginanya sudah basah terkena ludah bercampur lendirnya. Aku jilat lagi, terasa sedikit asin dan beraroma segar yang khas.

“Sudah Anto.. Sudah.. Ayo kita..!!”
Kulepaskan mulutku dari selangkangannya dan aku berbaring di sampingnya. Ia naik ke atas tubuhku dan menciumi bibir dan telingaku. Mulutku menghisap kedua payudaranya, kugigit putingnya bergantian. Ia hanya melenguh panjang dan gairah kami berduapun semakin memuncak.

Tangannya menyusup di sela pahaku, kemudian mengelus, meremas dan mengocok penisku. Pantatku sesekali kunaikkan dan menahan napas. Bibirnya mengarah ke leherku, mengecup, menjilatinya. Napasnya dihembuskan dengan kuat ke dalam lubang telingaku. Kini dia mulai menjilati putingku dan tangannya mengusap bulu dadaku kemudian menjalar sampai ke pinggangku. Aku semakin terbuai kenikmatan. Kupeluk dan kuusap pungungnya dengan lembut dari leher sampai pantatnya. Ketika sampai di pantatnya kuremas bongkahan pantatnya dengan gemas.

Tangan kiriku dibawanya ke celah antara dua pahanya. Jari tengahku masuk, mengusap dan menekan bagian depan dinding vaginanya dan bersama Ibu jari menjepit dan memilin sebuah tonjolan daging sebesar kacang. Setiapkali aku mengusap dan memilinnya Tina mendesis keras seperti orang yang kepedasan

“SShh.. Ouhh.. Sshhss”
Tangannya masih memegang dan mengusap kejantananku yang telah berdiri tegak. Kembali kami berciuman. Buah dadanya kuremas dan putingnya kupilin dengan jariku sehingga dia mendesis perlahan dengan suara merintih.

“SShh hhiihh.. Sshh.. Ngghh.. Ayo To.. Antokhh”.

Perlahan lahan diturunkankan pantatnya sambil memutar-mutarkannya. Kepala penisku dipegang dengan jemarinya, kemudian digesek-gesekkan di mulut vaginanya. Terasa sudah mulai lembab karena cairan dinding vaginanya.

Aku tersadar belum mengenakan kondom. Kudorong badannya perlahan dan kubisikkan, “Kondom..”.
Kuambil kondom yang tinggal satu dan mulai menyobek bungkusnya. Namun sebelum kupasang ia merebutnya dan membuangnya jauh ke sudut kamar. Kutatap mukanya, ia balas menatapku lembut dan berbisik,”Kali ini aku ingin naturally”.

“Tapi..” Aku tak sempat melanjutkan kata-kataku karena dia telah menyumbat mulutku dengan bibirnya.

Tangannya kembali meremas dan mengocok penisku sampai membesar dengan maksimal. Dia membawa penisku untuk segera masuk ke dalam vaginanya. Ketika sudah menyentuh bibir guanya, maka ditekannya pantatnya perlahan. Akupun menaikkan pantatku menyambutnya.

Tina merenggangkan kedua pahanya dan segera kepala penisku sudah mulai menyusup di bibir vaginanya.

“Ayolah Tina.. Tekan sekuatmu.. Dorong.. Aku akan menusuk dari bawah..!!”
Tina semakin menekan pantatnya dan peniskupun semakin dalam masuk ke lorong nikmatnya yang sempit. Tanpa memakai kondom jelas sekali bahwa kenikmatan yang ia berikan jauh di atas apa yang kurasakan dalam dua babak terdahulu.

“Ouhh.. Tina,” tanpa sadar aku setengah berteriak. Ditutupnya mulutku dengan telapak tangannya dan dimasukkan jarinya ke dalam mulutku. Kukulum jarinya dengan lembut.

Tina bergerak naik turun dan memutar. Perlahan-lahan kugerakkan pinggulku. Karena gerakan memutar dari pinggulnya maka penisku seperti disedot sebuah kompresor yang lembut. Tina mulai mempercepat gerakannya namun aku mengatur kecepatan gerakan pantatku dari bawah perlahan. Tina membuat denyutan-denyutan di dalam lubang vaginanya.

“Tina.. Pelan saja. Kita nikmati babak terakhir ini” desisnku sambil mengulum payudaranya.
Buah dadanya yang sedang putih mulus dengan puting yang coklat kemerahan terasa menantang untuk kulumat. Kuremas-remas lembut payudaranya yang semakin mengeras.

“Ohh.. Teruss To.. Teruss..!” desahnya. Kuhisap-hisap putingnya yang keras seperti biji kelengkeng, sementara tangan kiriku meremas pinggang dan buah pantatnya. Desahan kenikmatan semakin keras terdengar dari mulutnya.

Kemudian ciumanku beralih ke ketiaknya. Tina mengangkat lengannya untuk memberikan kesempatan padaku menciumi ketiaknya. Ia kegelian sambil mendesah, matanya terpejam dan kepalanya menengadah.

“Oh.., ennaakk.., terussh..!”
Rambutnya sudah awut-awutan. Ternyata, wanita bertubuh kecil ini benar-benar sangat ekspresif dalam menyalurkan gairahnya. Gairah kami semakin bergelora dan kini saatnya untukku kembali menimba kenikmatan. Kugulingkan badannya dan dengan posisi setengah kutindih ia menjilat leher kemudian dada dan putingku. Aku menumpukan berat tubuhku pada kedua lenganku. Sementara gerakan pantatku sedikit kukurangi justru Tina menggerakkan pantatnya dengan cepat.

Aku merasakan nikmat yang luar biasa. Tina tersenyum. Lalu kucium bibirnya. Kami berciuman kembali. Lidahnya dimasukkan ke dalam mulutku, menari dalam rongga mulutku dan menjilati langit-langit mulutku. Aku membalas dengan mengulum dan menghisap lidahnya.

Kutarik biji penisku sehingga terasa semakin keras dan memanjang. Pinggulnya naik menyambut hunjamanku. Kumasukkan penisku ke dalam vaginanya sampai terasa menyentuh dinding rahimnya.
“Oh.., Gimana.. Rasanya sayang.., Ouuh!!” aku berbisik.

“Hhahh!! Ooh.., enakk..”.

Kini Tina yang membuat gerakan peristaltik di sepanjang lorong vaginanya. Batang penisku seperti dipilin-pilin. Tina terus menggoyangkan pinggulnya.

“Oh.. Tinaku.. Terus.. Sayang.. Mmhhkk..”.

Pinggulku kuhujamkan lagi lebih dalam. Tina dengan gerakan pinggulnya yang naik turun dan berputar semakin menenggelamkan kontolku ke liang kenikmatannya.

“Oh.. Isap dadaku.. Sayaangg, remass.. Terus.. Oh.. Uhhu..!” Erangan dan rintihan kenikmatan terus memancar dari mulutnya.

“Oh.. Tina.., terus lebih cepat..”, teriakku menambah semangatnya.

Goyangan pinggulnya semakin di percepat. Tangannya memeluk erat leherku.

“Ahh.. Ah.., aku.. Cepat.. Aku.. Maa.. Uuu.. Keluuaarr, .. Oh..!” ia mendesah.

“Jangan.. Dulu aku masih ingin menikmatimu!” kataku terengah-engah.

Aku tahu wanita ini hampir mencapai puncak kepuasan tertinggi, namun aku masih ingin menikmati tubuhnya. Kuberikan isyarat agar ia menghentikan gerakannya dulu sambil beristirahat sejenak. Kami hanya berdiam dengan saling memeluk.

Kali ini tidak ada erangan atau pekikan. Yang ada hanya desisan kecil dan desahan lembut. Hanya otot kemaluan kami yang saling berkontraksi yang satu mendesak dan yang satu lagi menjepit. Rasanya penisku seperti diisap oleh sesuatu seperti lumpur hidup. Tangannya terus mengelus punggung dan pinggangku.

Setelah beberapa saat berdiam, maka dengan perlahan aku mulai menggenjotnya lagi. Aku menggenjotnya dengan pelan tujuh kali dan pada hitungan ke delapan kuhempaskan seluruh berat tubuhku di atas tubuhnya.

“Hhgghhkk..”. Ia menahan napas menahan berat tubuhku.

Bibirnya mengejar putingku dan mengulumnya.

“Ohh.. Tina.. Geli.. Desahku lirih. Namun Tina tidak peduli. Ia terus mengecup, mengulum putingku kanan kiri berganti-ganti.

Karena rangsangan pada putingku maka kupercepat genjotanku sehingga ia memekik-mekik kecil.
“Oh.. Anto.. Nikmatnya.. Jantanku.. Kuda liarku.. Kamu..!”
Ia diam hanya menunggu dan menikmati gerakanku. Beberapa saat ia hanya diam saja, seolah-olah pasrah. Aku menjadi gemas, kutarik rambutnya kebelakang. Dadanya naik dan kugigit putingnya. Kukecup gundukan payudaranya kuat sampai memerah

“Ouhh.. Sakit.. Ped.. Dih. Ouhh..!”
Kurasakan aku tidak akan kuat lagi menahan desakan dalam saluran kencingku. Kutatap matanya dan kubisikkan, ” Sekarang.. Yang.. Sekarang”.

Ia mengangguk lemah,” Yyachh.. Eghhkk”.

Begitu semprotan pertama kurasakan sudah di ujung lubang kencingku, maka kembali kuhempaskan tubuhku ke bawah. Tina menyambutnya dengan menaikkan pinggulnya kemudian memutar dengan cepat dan kembali turun. Tangannya menjambak rambutku dan kemudian memukul-mukul punggungku. Kutarik rambutnya dan kutekan kepalaku di lehernya.

“Oh.. To.. Anto.., kau begitu liar dan pintar memuaskanku.”, ujarnya.

Denyutan demi denyutan berlalu dan semakin lama semakin melemah. Kukecup bibirnya dan menggelosor di sampingnya.

“Kalau begini rasanya aku tidak mau pulang malam ini To” katanya mesra sambil mengusap-usap dadaku.

“Jangan, nanti kamu dicari keluargamu”.

Setelah beberapa lamanya berpelukan dan beberapa kali ciuman ringan. Hembusan udara dingin dari AC kembali terasa menggigit kulitku. Jam sembilan malam kami check out dan jam sebelas kami sudah sampai di rumah. Kami turun di terminal dan naik ojek ke rumah. Ia melarangku untuk mengantarnya.

“Nggak usah To, nanti nggak enak sama tetangga. Kalau aku pulang sendirian orang tidak akan curiga. Besok kamu pulang ya? Jangan lupa nanti kalau pulang kampung beritahu aku. Kita berangkat pagi-pagi agar mempunyai waktu lebih lama. Kalau perlu menginap dua atau tiga malam,” katanya sambil tersenyum.

Menginap dengan Tina? Ada yang mau? – Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Hot Terbaru 2016

Jumat, 22 Januari 2016

Cerita Sex: Pakaian Shinta Bikin Nafsu Terbaru 2016 | Agen Poker Online

Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Cerita Sex: Pakaian Shinta Bikin Nafsu Terbaru 2016



“Shit…, si botak udah ngasih tugas kelompok lagi, padahal baru aja selesai ulangan”
Di sekolahan emang ada guru biologi botak yang ngeselin banget, setiap abis ulangan pasti doi langsung ngasih tugas kelompok.

Alesannya sih, biar ngebantu nilai ulangan kalo nanti hasilnya jelek. Udah gitu, dapet kelompok bareng anak-anak yang males lagi. Tapi masih untung sih ada satu ceweknya yang pinter dan rajin.
Singkat cerita sekarang gw dengan amat sangat terpaksa ngerjain tuh tugas. Ngerjain tugasnya di rumah Sinta.

Dan bener firasat gw, anggota kelompok gw yang lain pada gak dateng. Dan sekarang nih tugas yang ngerjain cuma gw sama si Sinta. Kita berdua belajar kelompok di rumah Sinta yang pada waktu itu lagi sepi gila, dan ngerjainnya di kamar Sinta.

Sinta adalah salah satu cewek alim yang paling rajin dan pintar di sekolah. Wajahnya sih lumayan cantik, kulitnya putih bersih, dan bodynya kaya cewek-cewek SMA seumurannya.

Sinta bukan termasuk cewek yang modis, tapi dia ngoleksi semua aksesoris cewek yang warnanya pink. Kamarnya pun rapih banget dan di penuhi dengan banyak aksesoris dan pernak-pernik yang serba pink. Di sandaran kasurnya tergantung banyak sabuk yang tentunya berwarna pink.

Tanpa banyak basa-basi lagi tugas biologi pun kita kerjain di laptopnya Sinta. Kebetulan tema tugasnya adalah tentang sistem reprodusi manusia.

Tidak seperti di sekolah, Sinta yang alim dan berpakaian tertutup, hari ini memakai celana pantai yang pendek dan longgar dan sebuah tanktop ‘you can see’ minim yang berwarna pink.

Pakaian yang di pakai Sinta sungguh membuat gw jadi suka salah tingkah dan membuat penis gw jadi suka tegang. Karena, setiap posisi kakinya suka di ubah-ubah, CD nya Sinta suka keliatan dari sela-sela celana Sinta yang longgar.

Belum lagi karena minimnya celana yang dipakai Sinta, pahanya sinta yang putih dan jenjang ngebuat gw suka nelen ludah terus.

Udah gitu, kalo dia lagi ngetik sambil badannya agak membungkuk, belahan payudaranya suka keliatan. Payudara Sinta sudah terbentuk, warnanya putih mulus, dan sangat terlihat kenyal.
Selama ngerjain tugas, Sinta banyak ngajarin gw tentang sistem reproduksi. Dari mulai bentuk alat kelamin manusia sampai proses untuk membuat bayi. Akhirnya setelah 3 jam lebih, tugas kita selesai juga.

Karena merasa keringetan setelah ngerjain tugas, Sinta nyuruh gw ngoreksi lagi hasil tugasnya, dan selagi gw ngoreksi tugas, sinta ingin nyegerin badan dengan mandi.

Denger kata-kata Sinta ingin mandi di tambah di depan gw banyak gambar tentang alat kelamin manuia, pikiran kotor gw pun timbul.

Setelah Sinta masuk ke kamar mandi, gw langsung buru-buru jalan ke depan pintu kamar mandi mencari lubang untuk mengintip Sinta mandi.

Dan sungguh beruntung, pintu bawah kamar mandi yang terbuat dari triplek bolong lebar banget, mungkin karena sudah rapuh kena air. Dan gw pun dengan semangat ngintip Sinta mulai dari dia buka baju.

It’s show time. Yang paling pertama di lakukan Sinta adalah ngebuka tanktop pinknya yang sexy itu, dan terlihat buah dadanya yang masih dibalut bra itu terlihat sangat menggoda.

Lalu Sinta membungkukkan badannya untuk melepas celana pantainya. Terlihat pantat yang masih di balut celana itu indah mengembang. Dan kini celana Sinta sudah terlepas.

Terlihat jelas pantat Sinta yang putih padat, dan kemaluannya yang masih tertupi oleh G-String yang sangat sexy. Dan juga terlihat bulu-bulu halus Kemaluan sinta yang keluar dari sela-sela G-String mini nya.

Namun, kini G-String itu pun luluh di pelorotkan Sinta. Kemaluan Sinta terlihat agak menggembung kedepan, dan di tumbuhi oleh bulu-buluh halus yang tidak terlalu lebat yang membuat belahan vaginanya terlihat.

Kini tinggal bra nya yang masih melekat. Dengan lembut Sinta pun melepas branya, kontan saja setelah bra itu terlepas, payudara Sinta menyumbul keluar.

Payudara Sinta begitu indah, warnanya putih mulus dengan punting kecil yang berwarna pink. Saat Sinta bergerak menuju shower, payudaranya bergerak kenyal naik-turun beraturan.

Dan saat berhenti dari langkahnya, payudara sinta naik-turun dengan cepat dan terlihat sangat kenyal.
Sinta mandi di pancuri shower yang mengalir indah menjelajahi seluruh lekuk tubuh Sinta.

Dan air shower yang dingin, membuat Sinta sesekali menggelinjang yang membuat seluruh tubuhnya bergetar juga termasuk payudaranya yang kenyal ikut bergetar.

Sinta menyabuni tubuhnya dengan perlahan dan dengan menyenandungkan lagu-lagu yang keluar dari bibir mungilnya.

Sesekali Sinta menyabuni vaginanya dengan lembut perlahan dan menggosokan tangannya dengan lembut di belahan vaginannya.

Lalu tangan Sinta merambat ke atas untuk menyabuni payudaranya. Sinta menyabuni payudaranya dengan mengusap kesuluruhannya dan sesekali meremasnya dan memainkan putingnya.
Sungguh pemandangan indah saat melihat Sinta mandi. Sebelum membersihkan badannya dari busa sabun, Sinta melakukan hal yang membuat penis gw semakin tegang dan memacu adrenalin gw.
Sinta memainkan payudaranya dengan mengusap-ngusapkan tangannya ke payudaranya. Dan bahkan ia menggesek-gesekan payudaranya ke tembok kamar mandi.

Setelah itu ia meremas-remas payudaranya dengan sangat nikmat, dan juga tak lupa ia memutar-mutar pentingnya dengan nakal. Dan Sinta mengakhiri permainannya dengan penuh nafsu.
Yaitu ia membelai-belai belahan kemaluannya, dan sesekali memasukkan jari kelingkingnya maju-mundur ke vaginanya dengan penuh irama.

Dan setelah itu ia membersihkan seluruh badannya yang mulus dari sisa-sisa busa sabun.
Tanpa gw sadarin, sinta telah menyudahi mandinya dan ingin membuka pintu kamar mandinya. Kontan gw dengan tergesa-gesa langsung kembali ke laptop agar tidak di curagai. Saat itu penis gw lagi sangat tegang dan keras, dan sepertinya seluruh darah dan adrenalin gw memuncak.

Sekarang gw jadi gak berani ngeliat sinta. Gw takut kalo dia tau perbuatan gw tadi. Dan sekarang gw jedi bener-bener takut banget karena dia ada di depan gw dan lagi mandangin gw.

“Hei, kenapa gelisah sampe keringetan gitu? Wah.., lw tadi abis ngintipin gw mandi ya…?”
“Mampus gw ketauan. Aduhhh… gimana nih???” gusar gw dalam hati
“Eh enggak kok. Gw cuma bercanda. Kok lw jadi malah tambah gelisah gitu sih!”
“Tugas nya udah lw cek kan? Gw mau pake baju dulu nih, soal nya tadi gw lupa bawa baju ganti ke kamar mandi. Tapi awas lho, jangan di intip.” ucap sinta sambil menggigil.

Waduh, gawat nih. Pikiran gw lagi bener-bener kacau banget. Yang ada di otak gw Cuma Sinta yang lagi mandi. Pikiran gw lagi kotor banget nih.

Apalagi, sekarang Sinta lagi di hadapan gw. Sinta sekarang bikin gw jadi horny banget. Badan nya yang habis mandi harum banget.

Dan juga sekarang Sinta cuma pake sehelai handuk yang ketat dan agak pendek. Belahan dada nya keliatan banget mengkilat basah. Udah gitu pahanya juga seksi banget. Gw udah gak tau lagi mau berbuat apa.

Saat Sinta sedang berbalik ingin memakai baju. Nggak tau kenapa gw teriak manggil namanya. Dan kontan aja Sinta langsung nengok dan berbalik.

Gw gak tau setan apa yang lagi mempengaruhi gw, gw berdiri dan buru-buru nyamperin Sinta. Pas sampe di depan Sinta, tanpa aba-aba lagi gw langsung ngedorong pundak Sinta sampe Sinta jatoh pas tepat di atas kasur nya. Dapet prilakuan kaya gitu, Sinta langsung pengen bangun.

Tapi sebelum Sinta sempet bangun, gw langung loncat ke arah kasur dan nibanin Sinta.

Gw langsung tindihin badannya Sinta dan mencium Sinta. Kerena di tindihin dan di cium sama gw, Sinta langsung berontak dengan sekuat tenaga dan mukul-mukulin gw.

Dan kerena Sinta nggak bisa diem, gw mutusin untuk ngiket kedua tangan Sinta di masing-masing ujung kasur nya dengan sabuk-sabuk kepunyaan Sinta.

Tanpa menunggu basa-basi lagi gw kembali mencium-cium Sinta. Tapi sekarang malah kaki Sinta yang berontak-berontak nendangin gw.

Merasa terus dapet perlawanan dari Sinta, gw pun ngiket kedua kaki Sinta di ujung masing-masing kasurnya. Alhasil, sekarang Sinta terbaring telentang lebar dengan kedua kaki dan tangan di ikat.

Setelah gw bisa nanganin Sinta, gw dengan paksa melumat habis-habisan mulut mugnil Sinta. Tapi Sinta malahan menutup rapat-rapat mulutnya. Karena kesal nggak mau buka mulut nya.
Gw remes-remes aja payudaranya sampe Sinta mengerit, trus langsung gw lumat bibirnya. Karena sedikit capek, gw istirahat sebentar sambil ngumpulin tenaga.

Setelah gw amatin, karena Sinta terus berontak, jadi ngebuat handuknya agak naik. Karena melihat paha mulus nya Sinta, gw tanpa sabar langsung ngeraba-raba pahanya Sinta.

Namun Sinta terus berontak dan semakin membuat handuknya ketarik keatas.

Karena gw merasa risih sama handuknya, akhirnya gw buka aja iketan handuknya yang cuma dililitin doang. Sungguh pemandangan yang sangat indah saat handuknya Sinta kebuka lebar.

Badan Sinta yang putih keliatan mulus banget tanpa di tutupin sehelai benangpun. Takjub akan payudara Sinta yang kenyal dan sudah mengembang. Gw langsung jilat-jilat sama gw isep-isep payudara sebelah kanannya.

Dan payudara sebelah kirinyanya gw remes-remes sampe Sinta ngejerit-jertit kesakitan. Kerena satu tangan gw gak ngapa-ngapain, akhirnya gw berhasil juga ngusap-ngusap vaginanya Sinta.

Saat belahan vaginanya gw belai-belai, terasa ada cairan yang keluar dari lubang vaginanya. Mungkin ini yang di sebut mani, yang waktu bikin tugas di jelasin sama Sinta.

Udah puas ngejilat sama ngeremes payudaranya Sinta dan sekaligus ngorek-ngorek vaginanya Sinta. Sekarang gw ikut bugil bareng Sinta. Abis telanjang bulet, gw sodorin penis gw ke mulut Sinta.
Gw pengen ngerasain penis gw di isep-isep sama cewek. Namun Sinta nggak mau ngebuka mulutnya. Karena nggak di kasih lubang atas, gw langsung mau nyoba ke lubang yang bawah.

Pas gw gesek-gesek sama belai-belai vaginanya Sinta pake penis gw. Vaginanya Sinta ngeluarin cairan lagi dan membuat Sinta jadi menggelinjang.

Sekarang kepala penis gw tepat di atas lubang vaginanya Sinta dan siap untuk di masukkin. Pertama-tama gw paksa masukkin, tapi gak bisa masuk-masuk juga, mungkin karena vaginanya Sinta yang masih kecil dan sempit.

Akhirnya gw coba buka dulu aja bibir vaginanya Sinta pake tangan gw, biar penis gw lebih gampang masuknya. Tapi setelah dicoba-coba, Cuma kepala penis gw aja yang masuk ke lubang vaginanya Sinta.

Pas penis gw masuk ke lubang vaginanya Sinta, vagina Sinta yang agak menggembunh keluar, jadi ikut ketarik masuk. Dan saat gw keluarin penis gw, vaginanya Sinta ikut ketarik ke atas, menjadi menggelembung lagi.

Sekarang gw pengen nyoba masukinnya dengan sekuat tenaga, tapi ternyata masih susah juga. Akhirnya sambil gw terus berusaha, gw coba ngeremes lagi payudara Sinta, biar Sinta berontak dan maju-mundurin pinggang nya, biar bisa ngebantu gw masukkin penis gw ke lubang vaginanya Sinta.
Dan ternyata Usaha gw sudah lumayan berhasil, sekarang hampir setengah batang penis gw sudah masuk di lubang vaginanya Sinta.

Karena baru setengah batang penis gw yang masuk, gw coba ngocok penis gw di lubang vaginanya Sinta biar lebih dalam lagi masuknya.

Setelah bebapa menit gw kocok batang penis gw di vaginanya Sinta, Sinta tiba-tiba menggelinjang dan kembali mengeluarkan cairan maninya.

Ternyata setelah cairan maninya keluar, penis gw lebih gampang masuk keluar di vaginanya Sinta. Beberapa menit kemudian penis gw sudah masuk semua ke vaginanya Sinta dan dapat terus mengocoknya dengan perlahan dan berirama.

Setelah penis gw leluasa masuk di vaginanya Sinta. Gw nyoba untuk mompa penis gw lebih cepet dan lebih keras di vaginanya Sinta.

Kurang lebih gw ngocok dengan hardcore di vagina Sinta selama setengah menit. Badan Sinta menggelinjang dengan hebat dan mengeluarkan cairan lebih banyak dan lebih kental.

Namun ada yang beda dengan cairan mani Sinta kali ini, warnanya lebih ke merah mudaan. Oh, ya ampun. Barusan itu adalah darah perawannya Sinta, dan gw baru aja ngerenggut kesucian Sinta.
Karena gw ngerasa sedikit iba, dan kayanya mani gw juga udah mau keluar. Gw cabut penis gw perlahan dan ngeluarin mani gw di atas vaginanya Sinta.

Pas gw bilang ke Sinta kalo sekarang dia udah gak perawan lagi. Sinta langsung lemes dan nangis. Sekarang gw jadi kasian sama Sinta, tapi gw juga masih pengen nikmatin lagi badannya Sinta.
Akhirnya gw sama Sinta bikin kesepakatan. Karena Sinta sekarang sudah nggak perawan, di mau nerusin sex oral kami. Tapi kali ini ia ingin menikmatinya dan ingin iketan kedua tangan dan kakinya di lepas.

Dan ternyata Sinta benar-benar memenuhi kesepakatan kami. Sinta menjado sangat menikmati kegiatan sex ini, tanpa ada perlawanan.

Bahkan setelah beberapa jam, Sinta menjadi mahir membuatku merasakan nikmatnya dunia. Bahkan di akhir permainan sex kami, Sinta menjadi sangat liar dan tidak terkendali.

Terimakasih Sinta. Karena sudah mengajariku pelajaran biologi tentang sistem reproduksi manusia. Bahkan, aku juga dapat langsung mempraktekkannya. – Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Terbaru 2016