Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Cerita Sex: Kegelapan Malam Saat Camping Hot Terbaru 2016.
Cerita Sex | Pada waktu kemping di pegunungan dieng tahun 1998, ada 2 kemah untuk tidur kami berdua. Kemah satu untuk cowok yang berjumlah 4 orang dan lainnya untuk cewek yang berjumlah 4 orang. Pada suatu malam, kemah tempat cewek kebanjiran karena hujan yang besar tidak bisa tertampung di saluran yang mengelilingi kemah itu. Tentu saja mereka kalang kabut ditengah tidur lelap kami. Tentu saja kami jadi ikut terbangun dengan kegaduhan suara cewek-cewek itu.
Yang dituju pertama untuk melindungi diri dari hujan deras tentu kemah kami para cowok. Kami sepakat untuk malam ini kami tidur masal. Walaupun cukup sempit tetapi masih cukuplah kami tidur berhimpit-himpitan. Setelah diatur, maka muatlah ketujuh orang itu dengan posisi tidur, dengan catatan tidak boleh bergerak yang memang tidak bisa bergerak karena sempitnya. Vita, memilih tidur di dekatku, karena ia kebagian di tempat paling pinggir terkena kain kemah yang menggantung dan basah. Sementara aku sendiri berada di pinggir juga.
Ia membisikkan sesuatu kepadaku,
“Jangan macem-macem..” Tetapi hal ini justru kutafsirkan suatu tantangan untuk memulai suatu gerilya.
Setelah lentera padam, yang ada hanya kegelapan. Teman-teman yang lain tampaknya sudah tertidur. Vita memiringkan badannya sehingga menghadapku, sedangkan kakinya menindih pahaku. Nafas ringannya terasa di pundakku. Mataku terus melotot di dalam kegelapan, lalu timbul niat isengku. Pelan-pelan tangan kiriku kuangkat dan kutindihkan pada pinggulnya, sedangkan siku kuletakkan sedemikian rupa sehingga hampir menyentuh payudaranya.
Sehingga apabila Vita bergerak sedikit saja payudaranya akan tersenggol oleh lenganku. Aku menanti dengan hati berdebar-debar. Sementara tidur Vita nampaknya makin pulas. Aku menjadi kurang sabar, kugeser sedikit sikuku agar menyentuh payudaranya. Oh, rupanya payudaranya dilindungi oleh kedua tangannya. Usahaku sia-sia. Aku putar otak mencari posisi yang menguntungkan.
Selagi aku hampir kehabisan akal mencari strategi, tiba-tiba Vita bergerak, mengambil lenganku dan menariknya ke dalam pelukannya. Dalam keadaan yang gelap gulita aku memang merasa menyenggol benda yang halus. Tapi aku tidak tahu benar bagian tubuh mana itu, perut apa dada. Walaupun demikian cukuplah untuk pemanasan, pikirku.
Senjataku yang sejak siang tadi mengkerut kedinginan mulai bangun. Sebelum besar benar, kubetulkan posisi kemaluanku agar bisa mengembang dengan sempurna tanpa ada bulu yang tertarik oleh tegangnya kemaluanku. Gerakanku agaknya membuat Vita semakin mendekapkan tanganku ke dalam pelukannya, entah secara refleks atau apa aku tak tahu. Sebelah kaki yang menindihku dinaikkan lebih ke atas sehingga nyaris menimpa kemaluanku.
Lenganku masih dalam pelukannya. Tapi jari-jariku masih bebas, aku berusaha meraih apa saja yang ada di dekatnya, tetapi sia-sia. Gerakan-gerakan kecil kemaluanku pasti terasa juga oleh Vita, seandainya ia tidak tidur. Kembali Vita lebih memeluk tanganku dan ditekankannya ke dadaku. Kini aku merasakan lembut dan hangatnya bukit kembar Vita yang terbungkus jaket tebalnya. Dalam gerakan itu kuberanikan diri memegang pangkal pahanya. Vita hanya menggeliat dan menaikkan kakinya sehingga menindih kemaluanku.
Aduh, enak sekali. Burungku semakin menggeliat dan bergerak-gerak. Oleh gerakan-gerakan itu diangkatnya kaki Vita, kemudian diletakkan lagi pada tempat yang sama. Nah, di sinilah aku baru merasa bahwa Vita masih belum tidur dan semua gerakannya masih dilakukan dalam keadaan sadar.
Sebelah tanganku yang didekap kugeser-geser mencari sasaran, yang kutuju adalah kemaluannya. Namun sebelum sampai pada sasaran dicubitnya dengan pelan. Aku dan Vita tidak berani saling bersuara. Cubitan halus ini tidak menyurutkan niatku, dengan agak memaksakan diri akhirnya sampailah telapak tanganku bersandar di selangkangannya. Setiba di daerah itu tanganku justru dijepit oleh kedua kakinya. Kemaluannya yang empuk kurasakan meskipun masih tertutup Jeans. Namun oleh jepitan kakinya yang kencang aku tidak bisa berbuat banyak.
Namum sebelah tanganku masih bebas leluasa, dengan gerakan yang super hati-hati takut Vita kaget dan membangunkan teman di sebelahnya. Tanganku mulai menerobos double cover-nya. Vita merenggangkan kedua tangannya yang membentuk double cover itu. Dan mendaratlah tanganku di atas payudaranya. Kuelus-elus dan kuremas-remas, membuatnya keenakan.
Setelah beberapa lama aku mengarahkan tanganku untuk mengelus perutnya yang mudah disingkapkan. Pelan-pelan kuselipkan ke bagian dadanya. Akhirnya sampai juga ke arah BH-nya. BH yang terbuat dari nilon halus itu memang lebih nikmat rasanya untuk diremas-remas. Tetapi dasar pikiran yang sudah kotor, maka kucari pengait BH yang ada di punggungnya. Aku agak kesulitan membuka pengait itu. Vita dengan gerakan yang pelan membantunya. Dan, lepaslah pengait itu, membuat buah dadanya sangat mudah untuk disentuh secara langsung kulitnya. Ada rasa hangat, ada rasa lembut, ada rasa nikmat dan ada getaran aneh yang menjadikan kemaluanku, yang tanpa kuduga sudah ada di genggaman Vita, semakin besar.
Aku remas-remas kekenyalan payudaranya, kupencet-pencet putingnya menjadikan nafas Vita semakin memburu. Akhirnya untuk lebih memberikan ruang gerakku, dia mengambil posisi terlentang. Kini tanganku dengan bebas mempermainkan payudaranya yang sudah tidak terlindungi lagi oleh jaketnya, tetapi masih dalam selimut tebalnya. Sekali-kali ada kilat, dan kulihat wajah Vita yang polos kelihatan setengah merem menikmati permainan itu.
Kepalaku menerobos masuk ke dalam selimutnya. Kuciumi kulit payudaranya yang mulus, tidak ketinggalan putingnya yang kecil itu. Membuat nafasnya makin naik turun saja. Sementara tanganku menggosok-gosok kemaluannya. Dia setuju saja, hal ini terbukti dengan lebih mengangkangkan kedua kakinya. Setelah kubuka reitsleting, kupelorotkan ke bawah sekalian dengan celana dalamnya. Dengan demikian kemaluannya yang ditumbuhi rambut tipisnya sudah basah oleh lendir karena kuusap-usap dengan halus.
Begitu kumasukkan sebuah jari tengahku ke dalam liang vaginanya, terasa sempit, dan berdenyut-denyut. Wah, aku sudah tidak tahan lagi. Apalagi tangan Vita sudah menerobos masuk ke dalam celana training-ku yang longgar. Mengocok-ngocok dengan halus. Aku agak kesulitan melepas celana jeans dan celana dalamnya, namun Vita membantunya diangkatnya pinggulnya tinggi-tinggi sambil memelorotkan celananya. Sementara teman-teman lain tertidur, kutindih dia, kuarahkan kemaluanku ke arah kemaluannya. Kupelorotkan celanaku sampai ke lutut. Aku mengambil posisi di atasnya, sambil kubetulkan selimut di punggungku.
Ia bimbing kemaluanku ke arah lubang yang benar lalu,
“Bless…” batang kenikmatanku menerobos masuk dalam kehormatannya yang sangat disembunyikan itu.
Kupompa beberapa kali kemaluanku ke dalam kemaluannya yang sempit, terasa dinding vaginanya bergetar menjadikan kemaluanku makin nikmat, kupercepat gerakanku, sampai akhirnya sampailah perasaan yang sulit dirasakan, tubuhku menegang perasaan nikmat, setengah ngilu berada di ujung kemaluanku dan menjalar ke pinggul lalu ke seluruh tubuh.
Sepersekian detik menjelang keluar spermaku, sekilas kuingat sesuatu, dan kucabut penisku dari rahimnya. Sehingga muncratlah spermaku ke atas perutnya, kugesek-gesekkan ke perutnya yang mulus. Ada beberapa kali semprotan sebelum habis sama sekali. Sejenak kunikmati perasaan yang sangat indah ini, sampai kudengar suara batuk di tengah kegelapan. Aku agak terkejut dan segera kembali pura-pura tidur di sebelah Vita dengan manisnya. Kudengar Vita tertawa namun ditahan. Ia pegang kemaluanku yang sudah mulai lemas dan mencium pipiku. Lalu memungut pakaiannya dan memakainya lagi.
Paginya sesuai rencana kami bersiap-siap untuk pulang, Vita bersikap seperti biasa terhadapku. Seperti tidak ada apa-apa semalam. Aku juga demikian.
Sejak kejadian itu, aku dan Vita sangat erat, saling curhat. Kadang-kadang melakukan hubungan suami isteri. Namun demikian kami belum memproklamirkannya sebagai pacar. Kadang hubungan dilakukan di rumahku ketika sedang sepi, atau di tempat kost-nya. Karena kami kebetulan sibuk dalam dalam kepengurusan organisasi mahasiswa di suatu tempat, maka sangat lazim untuk bersama-sama setiap saat. Aku masih belum menganggapnya sebagai pacar karena type orangnya yang egois dan kasar. Sedangkan dalam pengamatanku, agaknya ia suka yang culun dan penurut. Hubungan kami hanya organisasi dan seks.
Mengenai kegemaran Vita dibidang seks, ia sangat agresif kadang-kadang meskipun aku sudah keluar, seandainya ia belum mencapai orgasme maka ia dengan sangat agresif melakukan segala sesuatu. Untuk membuat barangku berdiri lagi.
Dalam melakukan hubungan intim, kami sudah sangat bervariasi, dari mulai blow job sebagai pemanasan, dogy style, 69 dan lain-lain. Pokoknya semuanya dicoba. Segala lubang sudah kumasuki termasuk lubang duburnya.
Agak susah juga merayu untuk ditembak bagian belakang. Dengan alasan ia belum orgasme. Pada suatu ketika aku sangat menggebu-gebu dan bernafsu, sudah tiga kali ia klimaks besar (orgasme yang panjang), sampai tubuhnya lemas. Dan barangnya sudah tidak bisa mencengkeram lagi. Aku sampai kehabisan gaya, akhirnya ketika ia tengkurap mula-mula kutembak kemaluannya dari belakang. Tetap saja belum keluar, sedangkan ia sudah kecapaian. Akhirnya kugosok-gosokkan diantara lipatan bokongnya, agak enak juga.
Setelah kering kugosok-gosokkan, kumasukkan lagi ke dalam vaginanya yang basah sebagai pelumas. Begitu kutempelkan pada lipatan bokongnya itu tampak ada denyutan tepat di ujung kemaluanku. Pelan-pelan kusodok sedikit, ternyata masuk walaupun sempit sekali. Ia mau bangkit dan menolak, tetapi kutekan terus akhirnya karena ia mungkin sedang kecapaian apa mungkin merasakan nikmat. Akhirnya ia diam saja. Mulanya hanya kepala saja yang bisa masuk, tetapi karena panasnya daerah itu dan remasannya yang sangat kuat tidak ada dua menit aku pun keluar.
Lama-lama ia agak terbiasa dengan tembakan belakang melalui anus, dengan syarat ia sudah terpuaskan dulu. Namun sampai sekarang ia tetap tidak suka dengan permainan itu. Ketika membicarakan seks secara serius ia selalu menghindar ketika menyinggung soal lubang anusnya.Jujur saja, hubungan aneh ini berlangsung sampai kini.
Ia bekerja dan sudah punya pacar, tetapi ia mengakui berlagak alim dengan pacarnya karena pacarnya sangat sopan. Lucunya kalau ia terangsang dengan pacarnya dia bisa tahan, karena berlagak alim tersebut. Tetapi begitu pacarnya pulang ia segara menelepon aku. Aku sendiri sudah punya pacar, aku masih berusaha merayunya untuk bisa disetubuhi. Biar aku telah meyakinkan bahwa akan aku keluarkan di luar. Begitulah kisah nyataku bersama Vita. – Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Hot Terbaru 2016
Minggu, 06 Maret 2016
Cerita Sex: Hari Yang Menyenangkan Hot Terbaru 2016 | Agen Poker Online
Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Cerita Sex: Hari Yang Menyenangkan Hot Terbaru 2016.
Cuaca yang panas membuat tubuh ini ingin mandi setelah seharian mengajar home school di rumah Sasha. Badan kembali segar setelah aku mandi dan selanjutnya bergegas untuk menikmati sore itu dengan membaca majalah yang aku beli siang tadi. Ketika sedang asyiknya membaca majalah, tiba-tiba telpon aku berbunyi, tulalit…tulalit… aku angkat telpon,
“ Hello selamat sore Yudha ? “
“Hello Foni, kamu lagi dimana ? udah di rumah ? “
“ Iya Yudha, aku sudah di rumah, baru selesai mandi, ada apa ? “
“ Aku mau ajak kamu makan malam sama Shasa, apa kamu bisa ? “
“ Baik Yudha aku siap-siap dulu kalau begitu “
“ Oke aku jemput 30 menit lagi “
30 menit kemudian bel rumah berbunyi tiiinng..tooong
Aku buka pintu rumah dan Shasa sudah di depan pintu menunggu aku
“Eh Shasa mana papa kamu ?”
“Papa sudah nunggu di mobil Miss Foni, kita berangkat sekarang “
“Oke Shasa, Miss Foni tutup pintu dulu “
Selanjutnya aku tutup pintu rumah dan bergegas ke mobil untuk jalan ke sebuah tempat makan di tengah kota.
Sekitar 2 jam kita makan dan bercerita tentang banyak hal di tempat makan, serasa makin hari hubungan aku dengan keluarga itu makin erat. Hinga akhirnya jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Dalam perjalanan pulang Shasa menanyakan sesuatu kepada papanya.
“ Pa, boleh gak Miss Foni tinggal di rumah kita ?”
“Hei, napa gitu Shasa? Ya jangan dong masa Miss Foni tinggal di rumah Shasa? “ jawabku
“Iya kalau miss Foni ga mau, ya sudah aku ga mau diajar lagi sama miss Foni” Shasa terlihat kecewa
Namun Yudha kemudian member pengertian kepada Shasa,
“ Mungkin miss Foni malam ini boleh tidur rumah dulu deh “
“ Asyikkk, aku ada yang menemani “ Shasa gembira mendengar jawaban papanya.
“Baiklah kalau kalian minta “ jawab aku sambil mencium dahi Shasa.
Akhirnya malam itu aku menginap di rumah Yudha untuk menemani Shasa.
Sesampai di rumah, kami membersihkan diri dulu sebelum tidur dan Shasa mulai manja ajak tidur aku dengan memintaku bercerita sebelum tidur. Malam itu Shasa gembira sekali mendengarkan cerita aku dan hingga sejam kemudian dia terlelap tidur.
Setelah Shasa tertidur pulas aku beranjak pindah ke kamar aku yang sudah disediakan oleh keluarga Yudha. Rasanya badan mulai terasa letih dan ingin segera tidur di ranjang karena seharian tadi mengajar Shasa di rumah ini.
Aku membuka pintu kamar dan menyalakan lampu yang ada di kamar tersebut, di dalam kamar ternyata Yudha sudah menunggu aku.
“ Malam Fon, sengaja aku menungu kamu di sini “
“ hai Yudha, lama nuggu ? “
“ Lumayan sih sejam ”
“Nunggu Shasa tidur “
Lalu kita saling berpelukan dan saling memandang satu sama lain, merasakan kerinduan yang tak terkatakan di antara kita berdua. Tanpa banyak kata kita saling melumat di kamar itu, rasa rindu yang lama terpendam tersebut membuat panasnya suasana malam itu. Satu persatu baju kami lepaskan dan mulai saling merangsang satu sama lain. Yudha rebahin aku di ranjang dan mulai lidahnya memainkan putingku. Jari-jarinya memainkan klitoris aku dan membuat aku makin menggelinjang teratur. Aku melenguh merasakan rangsangan bertubi-tubi dari Yudha.
“Oooh Yudha….
Yudha tak pedulikan aku yang makin terangsang hebat karena lumatan dan jari-jarinya yang merangsang tubuh aku. Lalu dia lebarin paha aku dan mulai menjilat vagina aku dengan lidahnya yang makin liar. Terasa basah lubang kewanitaanku dan dia makin semangat melumatnya seperti melumat bibir. Denyutan kecil mulai terasa dan aku merasakan lender yang makin banyak.
“Uhhhhh…Yudha
Sambil mengecup dan melumat lubang vagina, tangan Yudha memainkan putting aku dan aku makin menggelinjang dibuatnya. Semakin basah rasanya lubang vagina aku karena ulah Yudha dan terasa akan klimaks, namun Yudha menghentikan lumatan di vagina aku dan membiarkan vagina aku berkedut-kedut menggelinjang hingga sedikit lender keluar dari lubang kewanitaanku. Terasa melayang dibuatnya hingga klimaks.
Lalu Yudha bangkit dan menyodorkan batang penisnya ke mulut aku dan memintaku untuk mengulumnya. Batangnya yang keras menyodok mulut aku hingga aku tidak biisa bernafas. Kepala aku dipegangnya dan dia sodok dan tahan di mulut. Kerongkongan aku terasa tersedak kena batang Yudha yang menyodok semakin dalam.
Setelah foreplay yang makin panas, selanjutnya Yudha menarik batangnya dari mulut aku dan memainkan di bibir aku. Selang bebrapa saat dia lebarin paha aku dan mulai memasukkan batangnya ke dalam vagina aku. Dia gosok-gosokan batang penisnya di luar lubang vaginaku yang basah dan licin. Rasanya aku dibuat penasaran karena ulahnya itu, namun Yudha tahu kalau aku meintanya segera memasukkannya.
Pelan-pelan kepala penisnya menyusup ke dalam vagina aku dan mulai dia pompa dengan menindih aku. Semakin ke dalam dan menahannya sejenak sambil melumat bibir aku. Hujaman dari batang Yudha makin cepat sehanga aku mulai merasakan akan klimaks.
“OOOhhhh…aaaarrghhhhhhh
Tiba-tiba otot di vaginaku mulai mengejang dan aku klimaks namun Yudha tidak menghentikan hujamannya walaupun aku jepit dengan otot-otot vagina aku.
“oooohhhhh…uuuuhhhh “
Makin lama makin cepat dan terasa denyut batangnya menandakan akan keluar. HIngga pada akhirnya sperma Yudha menyembur ke dalam vagina aku dengan deras.
Terasa hangat semburannya di dalam liang vagina aku, sambil Yudha tetap menghujamnya sehingga menghasilkan bunyi kecipak di lubang vagina aku.
“ck..ck..ck.. “
Lalu yudha mencabutnya dan aku terkulai lemas di sampingnya setelah mendaki puncak kenikmatan. Sambil istirahat sejenak kita saling berciuman dan saling merangsang satu sama lain. Yudha rebahan di ranjang dan aku melihat batangnya masih cukup keras untuk dipergunakan kembali.
“ OOhhhhh Fonny lagiii “
Yudha suka akan permainanku itu dan aku gantian menindih Yudha dan sekarang posisi aku di atasnya, sehingga permainan aku kendalikan. Aku menggelinjang di atas tubuh Yudha saat kami bersetubuh kembali. Aku jepit tahan batangnya sehinga Yudha melenguh keenakan merasakan jepitan lubang vagina aku.
‘Oooooooooooooooooooohhhhhhhh……………..
Sambil memutar pinggul lalu menahan batangnya yang keras kembali aku jepit dan memerasnya di dalam agar segera klimaks kembali. Batang Yudha mengeras kembali hingga tak kuasa aku merasakan nikmat yang tiada tara. Gesekan antara kulit batangnya dan lubang vagina menyebabkan kenikmatan tersendiri. Hingga pada akhirnya kita mulai merasakan ada denyut otot penis dan vagina saling berkontraksi. Sejenak aku merasakan sensai denyutan tersebut dan akhirnya masing-masing dari kita klimaks.
“Oooooooooooohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh……….
Sambil pelukan kita merasakan denyutan di dalam vagina hingga denyutan itu makin berkurang dan kembali seperti sedia kala. – Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, NgentotHot Terbaru 2016
Cuaca yang panas membuat tubuh ini ingin mandi setelah seharian mengajar home school di rumah Sasha. Badan kembali segar setelah aku mandi dan selanjutnya bergegas untuk menikmati sore itu dengan membaca majalah yang aku beli siang tadi. Ketika sedang asyiknya membaca majalah, tiba-tiba telpon aku berbunyi, tulalit…tulalit… aku angkat telpon,
“ Hello selamat sore Yudha ? “
“Hello Foni, kamu lagi dimana ? udah di rumah ? “
“ Iya Yudha, aku sudah di rumah, baru selesai mandi, ada apa ? “
“ Aku mau ajak kamu makan malam sama Shasa, apa kamu bisa ? “
“ Baik Yudha aku siap-siap dulu kalau begitu “
“ Oke aku jemput 30 menit lagi “
30 menit kemudian bel rumah berbunyi tiiinng..tooong
Aku buka pintu rumah dan Shasa sudah di depan pintu menunggu aku
“Eh Shasa mana papa kamu ?”
“Papa sudah nunggu di mobil Miss Foni, kita berangkat sekarang “
“Oke Shasa, Miss Foni tutup pintu dulu “
Selanjutnya aku tutup pintu rumah dan bergegas ke mobil untuk jalan ke sebuah tempat makan di tengah kota.
Sekitar 2 jam kita makan dan bercerita tentang banyak hal di tempat makan, serasa makin hari hubungan aku dengan keluarga itu makin erat. Hinga akhirnya jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Dalam perjalanan pulang Shasa menanyakan sesuatu kepada papanya.
“ Pa, boleh gak Miss Foni tinggal di rumah kita ?”
“Hei, napa gitu Shasa? Ya jangan dong masa Miss Foni tinggal di rumah Shasa? “ jawabku
“Iya kalau miss Foni ga mau, ya sudah aku ga mau diajar lagi sama miss Foni” Shasa terlihat kecewa
Namun Yudha kemudian member pengertian kepada Shasa,
“ Mungkin miss Foni malam ini boleh tidur rumah dulu deh “
“ Asyikkk, aku ada yang menemani “ Shasa gembira mendengar jawaban papanya.
“Baiklah kalau kalian minta “ jawab aku sambil mencium dahi Shasa.
Akhirnya malam itu aku menginap di rumah Yudha untuk menemani Shasa.
Sesampai di rumah, kami membersihkan diri dulu sebelum tidur dan Shasa mulai manja ajak tidur aku dengan memintaku bercerita sebelum tidur. Malam itu Shasa gembira sekali mendengarkan cerita aku dan hingga sejam kemudian dia terlelap tidur.
Setelah Shasa tertidur pulas aku beranjak pindah ke kamar aku yang sudah disediakan oleh keluarga Yudha. Rasanya badan mulai terasa letih dan ingin segera tidur di ranjang karena seharian tadi mengajar Shasa di rumah ini.
Aku membuka pintu kamar dan menyalakan lampu yang ada di kamar tersebut, di dalam kamar ternyata Yudha sudah menunggu aku.
“ Malam Fon, sengaja aku menungu kamu di sini “
“ hai Yudha, lama nuggu ? “
“ Lumayan sih sejam ”
“Nunggu Shasa tidur “
Lalu kita saling berpelukan dan saling memandang satu sama lain, merasakan kerinduan yang tak terkatakan di antara kita berdua. Tanpa banyak kata kita saling melumat di kamar itu, rasa rindu yang lama terpendam tersebut membuat panasnya suasana malam itu. Satu persatu baju kami lepaskan dan mulai saling merangsang satu sama lain. Yudha rebahin aku di ranjang dan mulai lidahnya memainkan putingku. Jari-jarinya memainkan klitoris aku dan membuat aku makin menggelinjang teratur. Aku melenguh merasakan rangsangan bertubi-tubi dari Yudha.
“Oooh Yudha….
Yudha tak pedulikan aku yang makin terangsang hebat karena lumatan dan jari-jarinya yang merangsang tubuh aku. Lalu dia lebarin paha aku dan mulai menjilat vagina aku dengan lidahnya yang makin liar. Terasa basah lubang kewanitaanku dan dia makin semangat melumatnya seperti melumat bibir. Denyutan kecil mulai terasa dan aku merasakan lender yang makin banyak.
“Uhhhhh…Yudha
Sambil mengecup dan melumat lubang vagina, tangan Yudha memainkan putting aku dan aku makin menggelinjang dibuatnya. Semakin basah rasanya lubang vagina aku karena ulah Yudha dan terasa akan klimaks, namun Yudha menghentikan lumatan di vagina aku dan membiarkan vagina aku berkedut-kedut menggelinjang hingga sedikit lender keluar dari lubang kewanitaanku. Terasa melayang dibuatnya hingga klimaks.
Lalu Yudha bangkit dan menyodorkan batang penisnya ke mulut aku dan memintaku untuk mengulumnya. Batangnya yang keras menyodok mulut aku hingga aku tidak biisa bernafas. Kepala aku dipegangnya dan dia sodok dan tahan di mulut. Kerongkongan aku terasa tersedak kena batang Yudha yang menyodok semakin dalam.
Setelah foreplay yang makin panas, selanjutnya Yudha menarik batangnya dari mulut aku dan memainkan di bibir aku. Selang bebrapa saat dia lebarin paha aku dan mulai memasukkan batangnya ke dalam vagina aku. Dia gosok-gosokan batang penisnya di luar lubang vaginaku yang basah dan licin. Rasanya aku dibuat penasaran karena ulahnya itu, namun Yudha tahu kalau aku meintanya segera memasukkannya.
Pelan-pelan kepala penisnya menyusup ke dalam vagina aku dan mulai dia pompa dengan menindih aku. Semakin ke dalam dan menahannya sejenak sambil melumat bibir aku. Hujaman dari batang Yudha makin cepat sehanga aku mulai merasakan akan klimaks.
“OOOhhhh…aaaarrghhhhhhh
Tiba-tiba otot di vaginaku mulai mengejang dan aku klimaks namun Yudha tidak menghentikan hujamannya walaupun aku jepit dengan otot-otot vagina aku.
“oooohhhhh…uuuuhhhh “
Makin lama makin cepat dan terasa denyut batangnya menandakan akan keluar. HIngga pada akhirnya sperma Yudha menyembur ke dalam vagina aku dengan deras.
Terasa hangat semburannya di dalam liang vagina aku, sambil Yudha tetap menghujamnya sehingga menghasilkan bunyi kecipak di lubang vagina aku.
“ck..ck..ck.. “
Lalu yudha mencabutnya dan aku terkulai lemas di sampingnya setelah mendaki puncak kenikmatan. Sambil istirahat sejenak kita saling berciuman dan saling merangsang satu sama lain. Yudha rebahan di ranjang dan aku melihat batangnya masih cukup keras untuk dipergunakan kembali.
“ OOhhhhh Fonny lagiii “
Yudha suka akan permainanku itu dan aku gantian menindih Yudha dan sekarang posisi aku di atasnya, sehingga permainan aku kendalikan. Aku menggelinjang di atas tubuh Yudha saat kami bersetubuh kembali. Aku jepit tahan batangnya sehinga Yudha melenguh keenakan merasakan jepitan lubang vagina aku.
‘Oooooooooooooooooooohhhhhhhh……………..
Sambil memutar pinggul lalu menahan batangnya yang keras kembali aku jepit dan memerasnya di dalam agar segera klimaks kembali. Batang Yudha mengeras kembali hingga tak kuasa aku merasakan nikmat yang tiada tara. Gesekan antara kulit batangnya dan lubang vagina menyebabkan kenikmatan tersendiri. Hingga pada akhirnya kita mulai merasakan ada denyut otot penis dan vagina saling berkontraksi. Sejenak aku merasakan sensai denyutan tersebut dan akhirnya masing-masing dari kita klimaks.
“Oooooooooooohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh……….
Sambil pelukan kita merasakan denyutan di dalam vagina hingga denyutan itu makin berkurang dan kembali seperti sedia kala. – Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, NgentotHot Terbaru 2016
Cerita Sex: Tante Win Janda Kesepian Hot Terbaru 2016 | Agen Poker Online
Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Cerita Sex: Tante Win Janda Kesepian Hot Terbaru 2016 – Kebiasaanku tidur ngelantur belum bisa dibuang. Sejak aku SMA aku sulit sekali dibangunkan pagi- pagi, apalagi sekolahku selama kelas 1 dan kelas 2 selalu siang hari. Ini pula yang menjadi kebiasaanku sewaktu mulai kuliah. Waktu aku menginjak kota Bandung pertama kali, udara dingin kota itu benar-benar membuatku masih terbuai mimpi meski sudah terang.
Cerita Sex | Aku kuliah di salah satu PTS yang hampir semua kegiatannya di waktu sore hari, sehingga bagiku hidup dengan tertidur lelap di pagi hari cerah merupakan kebiasaan. Kawan-kawan satu kost-ku biasanya sudah sunyi waktu aku bangun untuk sarapan dan mandi, tapi kebiasaanku adalah sarapan sambil nonton TV, baru mandi.
Tante kost-ku termasuk yang baik, tak jarang untukku sengaja disiapkannya secangkir kopi atau kue untuk sarapan, atau semangkuk mie rebus hangat. Aku disayangnya, karena bila pagi hari rumah kost itu kosong dan akulah yang menemaninya mengurus segala sesuatu, menyapu, masak, atau apa saja. Walau aku suka tidur ngelantur, tapi aku termasuk anak yang rajin kerja di rumah.
Tante ini usianya masih muda, tetapi sudah janda. Ia memeiliki 1 orang anak dan sudah bekerja di Sumatera. Praktis, ia hanya seorang diri di rumah. Namun kecantikannya tetap ia pelihara, sehingga di usianya yang mendekati kepala lima ia masih tetap cantik dan kencang.
Suatu hari aku nonton film bokep pinjaman dari kawanku. Di rumah rupanya seperti biasa hanya aku saja lagi yang merupakan penghuninya. Aku ke kamar kecil sebentar, lalu memutar film itu di VCD komputerku. Karena asyiknya, melihat adegan yang panas aku tidak tahan, aku melucuti satu-satu pakaianku, tinggal CD-ku saja yang bertahan, itupun cuma sebentar, lalu kupelorotkan hingga ke paha.
Aku merasa penisku menghentak-hentak minta dikeluarkan. Aku nonton dengan mata setengah membuka, sambil berbaring kuelus-elus penisku yang makin tegak. Gerakan tanganku sudah menjadi cepat, ah.. aku nggak tahan lagi, lalu aku kocok terus dan terus, kugigit selimut untuk menahan jeritan nikmat yang benar-benar menyelimuti pagi yang indah itu.
Sesaat kemudian nafasku mendengus sambil menyemprotkan mani ke dadaku.
“Ah.. hmm.. ah..” aku merasa tubuhku ringan, lalu aku merasa ngantuk dan terlelap.
Tiba-tiba aku merasa pahaku dielus orang. Aku tersentak kaget. Ah, ternyata tante sudah ada di dalam kamarku. Ia menggunakan gaun putih yang tipis dan longgar. Kuhirup bau segar parfumnya yang menawan. Aku buru-buru bangkit menarik CD yang kupelorotkan, air maniku meleleh ke sprei, nggak kupedulikan. Tante kemudian menatap mataku, tampak bergelora api nafsu yang menggelegak di balik pandangannya itu.
Tangannya meraih tanganku,
“Raf, Tante minta maaf masuk kamarmu tanpa mengetuk, abis tadi Tante lihat pintu kamarmu nggak dikunci. Tante bawa sarapan, tapi, Tante lihat kamu lelap kayak gitu,” katanya sambil mengelus pahaku kembali.
Aku salah tingkah. Matanya melirik VCD-ku yang ternyata masih memainkan film “laga” itu. Adegan demi adegan diawasinya, sambil tangannya meremas bahuku. Dielusnya tanganku sambil menarikku duduk di kasur. Kurasakan getaran halus lewat jari-jarinya, menahan gelora nafsunya yang membahana. Aku mulai aktif dan terbakar suasana. Kupeluk ia dari belakang, lalu kuhembuskan nafasku ke tengkuknya. Ia menggeliat dan menjadi lebih beringas. Tubuhnya berbalik. Dibalasnya hembusan nafasku dengan ciuman lembut.
Kedua tangannya dengan liar menelusuri pinggulku, perutku, lalu puting susu di dadaku.
“Raf, beri Tante.. Tante mau..” katanya penuh harap.
Ia kemudian menarik CD-ku sampai tuntas, lalu dengan lembut mengelus rambut kemaluanku, penisku yang masih terkulai lemas diremasnya dengan lembut pula. Aku menggelinjang kegelian, tapi tangan tante lebih dahulu menekan tanganku, seakan isyarat agar aku menurut. Aku memejamkan mata. Nafasku bergemuruh, kemudian tubuh kami terhempas di kasur.
Tante kemudian mengulum zakarku, sambil sesekali mencium penisku. Aku hanya dapat menahan nafas, sambil mengerang penuh nikmat. Kemudian lidahnya dengan liar menjilat penisku yang sudah tegak, sambil sesekali mengulum dan menyedotnya penuh gairah. Aku benar-benar sudah siap laga, ketika ia kemudian merebahkan tubuhnya di sampingku. Aku maklum. Kubuka gaunnya yang longgar, kemudian BH dan CD-nya.
Tante dan aku sudah sama-sama bugil. Aku mengambil posisi di atas, untuk memulainya. Pelan kupeluk badannya, lalu kubelai rambutnya yang mulai beruban itu. Kucium leher dan kupingnya, ia menggelinjang kegelian. Nampak, bulu lengannya merebak menahan rasa itu, tapi mulutnya hanya mengerang. Lalu, bagian leher bawahnya kujilat lembut, sambil sesekali jenggotku yang habis dicukur kemarin kugesekkan.
Badan tante kemudian menggeliat lebih liar, sambil mendesahkan kata-kata yang tidak jelas. Aksiku kulanjutkan dengan memainkan puting susunya yang menegang, sambil kujilat dan kuhisap perlahan.
“Ayo Raf, ayo!” katanya.
Aku tidak peduli. Aku telusuri terus semua titik nyerinya. Sampai kemudian wajahku berada di selangkangannya yang mulai berpeluh. Kubelai pubisnya dengan lidahku. Kubuka labia minora- nya dengan lembut, kemudian tanganku membelai perlahan labia minora-nya yang sudah mulai basah itu berkali-kali. Kakinya kemudian menekuk dan mengangkat pinggulnya. Dimainkannya pinggulnya dengan goyangan yang berirama. Lidahku kemudian beraksi, menjilat bagian labia minora-nya, lalu naik hingga klitorisnya. Kulihat klitoris itu sudah menonjol kemerahan.
Lalu, aku mengangkat pinggulnya, dan kumasukkan penisku perlahan, sambil kugoyang maju-mundur. Tante mengerang dengan tangan memegang erat pinggir kasur.
“Ayo, Raf, terus..!” katanya menyuruhku menggoyang badanku terus.
Aku menengkurapinya, lalu dengan sigap kusentakkan pinggulku sehingga penisku menghujam dalam ke vaginanya.
“Aduh, aduh.. Raf, nikmat sekali,” katanya sambil memelukku.
Leher dan puting susunya terus kucium dan kujilat.
“Teruskan Raf! ayo sayang, aku sudah hampir sampai nih,” katanya.
Aku makin menyentak. Keringatku mulai bercucuran, sementara tante pun demikian pula. Rupanya tante sudah sampai ketika tiba-tiba tante memelukku dengan tangan dan kakinya erat-erat sehingga aku tidak dapat bergerak sama sekali. Di mulutnya hanya suara desah puas selama beberapa saat.
Kemudian pelukannya mengendur. Tante lemas. Aku masih penasaran, karena aku belum sampai.
Kutarik perlahan penisku yang masih menegang. Kulihat penisku berkilat-kilat karena lumasan vagina tante. Kubuka selangkangan tante, ia mengerang dan menggelinjangkan pantatnya ketika vaginanya kuraba lagi. Kurangsang tante agar aku dapat mencapai orgasme. Lidahku beraksi, kugapai labia minora-nya lalu kujilat habis bagian itu, bahkan maniku yang meleleh di situ kujilat sampai habis. Lalu, klitorisnya yang memerah itu kusedot perlahan,
“Ah, emm.. mm,” ia memekik lirih.
Badannya yang mulai menggelinjang itu kemudian kutelungkupkan. Kunaiki pantatnya, lalu kutekankan penisku ke vaginanya. Kemudian terasa suatu sensasi di penisku, karena tante menutup rapat kakinya. Tanganku kemudian memeluknya dari belakang, lalu aku menciumi tengkuknya yang wangi. Tanganku terus memainkan putingnya yang mengeras itu sambil kugoyang pinggulku, perlahan mula-mula, dan kemudian kemudian makin cepat.
“Rafael, terus Raf, Tante hampir dapat lagi nih,” katanya berbisik.
Aku tidak dapat menyahut. Nafasku memburu, karena nafsuku mulai memuncak. Kurasakan nikmat menyelimutiku sampai habis, lalu rasanya itu maniku sudah menghentak-hentak hendak keluar.
“Tante, Rafael mau keluar nih,” kataku berbisik.
Ia hanya mengangguk. Kemudian dengan sekali hentakan lagi, aku merasakan suatu sensasi baru, kenikmatan yang sangat panjang,
“Cret.. creet.. creet..” terasa maniku menyemprot deras ke dalam vagina tante, sambil tanganku memeluknya dengan erat.
Aku hanya dapat mengerang penuh nikmat surgawi. Aku lemas di atas badan tante, lalu terlelap beberapa saat lagi. Beberapa saat ia menggeliat. Ia bangkit dan mengenakan kembali pakaiannya. Kurasakan tante memeluk dan menciumku mesra sekali. Disekanya keringatku yang meleleh, lalu diselimutinya badanku yang masih telanjang. Pergulatan itu memporak-porandakan kasurku, tapi aku kini merasa tidak sendiri dalam menikmati dunia ini. Tante Win, di pagi hari siap selalu mengantarkan sarapanku, dan jika suatu saat ia memerlukan kehangatan diriku, aku Rafael, boy friend-nya, selalu ada di sampingnya. – Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Hot Terbaru 2016
Cerita Sex | Aku kuliah di salah satu PTS yang hampir semua kegiatannya di waktu sore hari, sehingga bagiku hidup dengan tertidur lelap di pagi hari cerah merupakan kebiasaan. Kawan-kawan satu kost-ku biasanya sudah sunyi waktu aku bangun untuk sarapan dan mandi, tapi kebiasaanku adalah sarapan sambil nonton TV, baru mandi.
Tante kost-ku termasuk yang baik, tak jarang untukku sengaja disiapkannya secangkir kopi atau kue untuk sarapan, atau semangkuk mie rebus hangat. Aku disayangnya, karena bila pagi hari rumah kost itu kosong dan akulah yang menemaninya mengurus segala sesuatu, menyapu, masak, atau apa saja. Walau aku suka tidur ngelantur, tapi aku termasuk anak yang rajin kerja di rumah.
Tante ini usianya masih muda, tetapi sudah janda. Ia memeiliki 1 orang anak dan sudah bekerja di Sumatera. Praktis, ia hanya seorang diri di rumah. Namun kecantikannya tetap ia pelihara, sehingga di usianya yang mendekati kepala lima ia masih tetap cantik dan kencang.
Suatu hari aku nonton film bokep pinjaman dari kawanku. Di rumah rupanya seperti biasa hanya aku saja lagi yang merupakan penghuninya. Aku ke kamar kecil sebentar, lalu memutar film itu di VCD komputerku. Karena asyiknya, melihat adegan yang panas aku tidak tahan, aku melucuti satu-satu pakaianku, tinggal CD-ku saja yang bertahan, itupun cuma sebentar, lalu kupelorotkan hingga ke paha.
Aku merasa penisku menghentak-hentak minta dikeluarkan. Aku nonton dengan mata setengah membuka, sambil berbaring kuelus-elus penisku yang makin tegak. Gerakan tanganku sudah menjadi cepat, ah.. aku nggak tahan lagi, lalu aku kocok terus dan terus, kugigit selimut untuk menahan jeritan nikmat yang benar-benar menyelimuti pagi yang indah itu.
Sesaat kemudian nafasku mendengus sambil menyemprotkan mani ke dadaku.
“Ah.. hmm.. ah..” aku merasa tubuhku ringan, lalu aku merasa ngantuk dan terlelap.
Tiba-tiba aku merasa pahaku dielus orang. Aku tersentak kaget. Ah, ternyata tante sudah ada di dalam kamarku. Ia menggunakan gaun putih yang tipis dan longgar. Kuhirup bau segar parfumnya yang menawan. Aku buru-buru bangkit menarik CD yang kupelorotkan, air maniku meleleh ke sprei, nggak kupedulikan. Tante kemudian menatap mataku, tampak bergelora api nafsu yang menggelegak di balik pandangannya itu.
Tangannya meraih tanganku,
“Raf, Tante minta maaf masuk kamarmu tanpa mengetuk, abis tadi Tante lihat pintu kamarmu nggak dikunci. Tante bawa sarapan, tapi, Tante lihat kamu lelap kayak gitu,” katanya sambil mengelus pahaku kembali.
Aku salah tingkah. Matanya melirik VCD-ku yang ternyata masih memainkan film “laga” itu. Adegan demi adegan diawasinya, sambil tangannya meremas bahuku. Dielusnya tanganku sambil menarikku duduk di kasur. Kurasakan getaran halus lewat jari-jarinya, menahan gelora nafsunya yang membahana. Aku mulai aktif dan terbakar suasana. Kupeluk ia dari belakang, lalu kuhembuskan nafasku ke tengkuknya. Ia menggeliat dan menjadi lebih beringas. Tubuhnya berbalik. Dibalasnya hembusan nafasku dengan ciuman lembut.
Kedua tangannya dengan liar menelusuri pinggulku, perutku, lalu puting susu di dadaku.
“Raf, beri Tante.. Tante mau..” katanya penuh harap.
Ia kemudian menarik CD-ku sampai tuntas, lalu dengan lembut mengelus rambut kemaluanku, penisku yang masih terkulai lemas diremasnya dengan lembut pula. Aku menggelinjang kegelian, tapi tangan tante lebih dahulu menekan tanganku, seakan isyarat agar aku menurut. Aku memejamkan mata. Nafasku bergemuruh, kemudian tubuh kami terhempas di kasur.
Tante kemudian mengulum zakarku, sambil sesekali mencium penisku. Aku hanya dapat menahan nafas, sambil mengerang penuh nikmat. Kemudian lidahnya dengan liar menjilat penisku yang sudah tegak, sambil sesekali mengulum dan menyedotnya penuh gairah. Aku benar-benar sudah siap laga, ketika ia kemudian merebahkan tubuhnya di sampingku. Aku maklum. Kubuka gaunnya yang longgar, kemudian BH dan CD-nya.
Tante dan aku sudah sama-sama bugil. Aku mengambil posisi di atas, untuk memulainya. Pelan kupeluk badannya, lalu kubelai rambutnya yang mulai beruban itu. Kucium leher dan kupingnya, ia menggelinjang kegelian. Nampak, bulu lengannya merebak menahan rasa itu, tapi mulutnya hanya mengerang. Lalu, bagian leher bawahnya kujilat lembut, sambil sesekali jenggotku yang habis dicukur kemarin kugesekkan.
Badan tante kemudian menggeliat lebih liar, sambil mendesahkan kata-kata yang tidak jelas. Aksiku kulanjutkan dengan memainkan puting susunya yang menegang, sambil kujilat dan kuhisap perlahan.
“Ayo Raf, ayo!” katanya.
Aku tidak peduli. Aku telusuri terus semua titik nyerinya. Sampai kemudian wajahku berada di selangkangannya yang mulai berpeluh. Kubelai pubisnya dengan lidahku. Kubuka labia minora- nya dengan lembut, kemudian tanganku membelai perlahan labia minora-nya yang sudah mulai basah itu berkali-kali. Kakinya kemudian menekuk dan mengangkat pinggulnya. Dimainkannya pinggulnya dengan goyangan yang berirama. Lidahku kemudian beraksi, menjilat bagian labia minora-nya, lalu naik hingga klitorisnya. Kulihat klitoris itu sudah menonjol kemerahan.
Lalu, aku mengangkat pinggulnya, dan kumasukkan penisku perlahan, sambil kugoyang maju-mundur. Tante mengerang dengan tangan memegang erat pinggir kasur.
“Ayo, Raf, terus..!” katanya menyuruhku menggoyang badanku terus.
Aku menengkurapinya, lalu dengan sigap kusentakkan pinggulku sehingga penisku menghujam dalam ke vaginanya.
“Aduh, aduh.. Raf, nikmat sekali,” katanya sambil memelukku.
Leher dan puting susunya terus kucium dan kujilat.
“Teruskan Raf! ayo sayang, aku sudah hampir sampai nih,” katanya.
Aku makin menyentak. Keringatku mulai bercucuran, sementara tante pun demikian pula. Rupanya tante sudah sampai ketika tiba-tiba tante memelukku dengan tangan dan kakinya erat-erat sehingga aku tidak dapat bergerak sama sekali. Di mulutnya hanya suara desah puas selama beberapa saat.
Kemudian pelukannya mengendur. Tante lemas. Aku masih penasaran, karena aku belum sampai.
Kutarik perlahan penisku yang masih menegang. Kulihat penisku berkilat-kilat karena lumasan vagina tante. Kubuka selangkangan tante, ia mengerang dan menggelinjangkan pantatnya ketika vaginanya kuraba lagi. Kurangsang tante agar aku dapat mencapai orgasme. Lidahku beraksi, kugapai labia minora-nya lalu kujilat habis bagian itu, bahkan maniku yang meleleh di situ kujilat sampai habis. Lalu, klitorisnya yang memerah itu kusedot perlahan,
“Ah, emm.. mm,” ia memekik lirih.
Badannya yang mulai menggelinjang itu kemudian kutelungkupkan. Kunaiki pantatnya, lalu kutekankan penisku ke vaginanya. Kemudian terasa suatu sensasi di penisku, karena tante menutup rapat kakinya. Tanganku kemudian memeluknya dari belakang, lalu aku menciumi tengkuknya yang wangi. Tanganku terus memainkan putingnya yang mengeras itu sambil kugoyang pinggulku, perlahan mula-mula, dan kemudian kemudian makin cepat.
“Rafael, terus Raf, Tante hampir dapat lagi nih,” katanya berbisik.
Aku tidak dapat menyahut. Nafasku memburu, karena nafsuku mulai memuncak. Kurasakan nikmat menyelimutiku sampai habis, lalu rasanya itu maniku sudah menghentak-hentak hendak keluar.
“Tante, Rafael mau keluar nih,” kataku berbisik.
Ia hanya mengangguk. Kemudian dengan sekali hentakan lagi, aku merasakan suatu sensasi baru, kenikmatan yang sangat panjang,
“Cret.. creet.. creet..” terasa maniku menyemprot deras ke dalam vagina tante, sambil tanganku memeluknya dengan erat.
Aku hanya dapat mengerang penuh nikmat surgawi. Aku lemas di atas badan tante, lalu terlelap beberapa saat lagi. Beberapa saat ia menggeliat. Ia bangkit dan mengenakan kembali pakaiannya. Kurasakan tante memeluk dan menciumku mesra sekali. Disekanya keringatku yang meleleh, lalu diselimutinya badanku yang masih telanjang. Pergulatan itu memporak-porandakan kasurku, tapi aku kini merasa tidak sendiri dalam menikmati dunia ini. Tante Win, di pagi hari siap selalu mengantarkan sarapanku, dan jika suatu saat ia memerlukan kehangatan diriku, aku Rafael, boy friend-nya, selalu ada di sampingnya. – Cersex Cerita Sex, Sex Hot, Cerita Dewasa, Cerita Sex Terbaru, Ngentot Hot Terbaru 2016
Langganan:
Postingan (Atom)